Rabu, 14 Desember 2011

FAKTOR2 YG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN HARA


Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang mempen­garuhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang disediakan.  Tujuan dari uji tanah adalah mengukur faktor-faktor ini dan menginterpretasikan hasil-hasilnya dalam konteks perlakuan penyembuhan yang mungkin diperlu­kan.  Beberapa faktor dapat ditentukan melalui pekerjaan laboratorium.  Sedangkan faktor lainnya seperti kandungan oksigen udara tanah, suhu tanah dan lainnya harus ditentukan di lapangan.
 Faktor yang mempengaruhi konsentrasi larutan tanah
Unsur hara yang melarut dalam larutan tanah berasal dari beberapa sumber seperti pelapukan mineral primer, dekomposisi bahan organik, deposisi dari atmosfer, aplikasi bahan pupuk, rembesan air tanah dari tempat lain, dan lainnya.  Kondisi pH tanah merupakan faktor penting yang menentukan kelarutan unsur yang cenderung berkesetimbangan dengan fase padatan . Kelarutan oksida- oksida hidrous dari Fe dan Al secara langsung tergantung pada konsentrasi hidroksil (OH) dan menurun kalah pH meningkat.
Faktor lain yang sangat penting dalam menentukan konsentrasi hara dalam larutan tanah adalah potensial redoks.  Faktor ini berhubungan dengan keadaan aerasi tanah yang selanjutnya sangat tergantung pada laju respir­asi jasad renik dan laju difusi oksigen. Ia mempengaruhi kelarutan unsur hara mineral yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi (valensi), seperti C, H, O, N, S, Fe, Mn, dan Cu.  Kandungan air yang mendekati atau melebihi kondisi kejenuhan  merupakan sebab utama dari buruknya aerasi karena kecepatan difusi oksigen melalui pori yang terisi air jauh lebih lambat daripada pori yang berisi udara.
Kalau tanah yang semula dalam kondisi oksidasi menjadi lebih reduksi maka akan dapat terjadi reaksi-reaksi:
(a).       denitrifikasi nitrat,
(b). reduksi MnO2 menjadi Mn++;
(c).      reduksi Cu++ menjadi Cu+  ;
(d). reduksi oksida hidrous Fe+++ menjadi Fe++,
(e). reduksi SO4= menjadi H2S,
(f)        produksi CH4,
(g).       produksi H2.

 Pergerakan Unsur Hara Menuju Permukaan Akar
1. Intersepsi akar
Kalau akar tanaman tumbuh berkembang dalam ta-nah, mereka menempati ruang yang semula ditempati oleh unsur hara yang dapat diserap. Oleh karena itu permukaan akar harus kontak dengan unsur hara ini selama proses penggan­tian ruang tersebut. Estimasi sumbangan intersepsi akar terhadap kebutu­han hara tanaman dapat dilakukan atas dasar tiga asumsi berikut:
(1).  Jumlah maksimum hara yang di-intersep adalah jumlah yang diperkir­akan tersedia dalam volume tanah yang ditempati oleh akar
(2).  Akar menempati rata-rata 1% dari total volume tanah
(3).  Sekitar 50% dari total volume tanah terdiri atas pori; oleh kare­nanya akar menempati sekitar 2% dari total ruang pori.
2. Aliran massa
Air secara konstan  bergerak mendekati atau menjauhi permukaan akar. Sejumlah air kontak dengan permukaan akar kalau ia diserap untuk menggan­tikan kehilangan transpirasi.  Sejumlah air lainnya kontak dengan permu­kaan akar kalau ia bergerak dalam responnya terhadap gradien potensial air dalam tanah.  Air tanah ini mengandung unsur hara terlarut dan jumlah unsur hara tertentu yang diangkut ke prmukaan akar oleh salah satu dari proses ini disebut sebagai hara yang diangkut oleh aliran massa.
Persentase kebutuhan hara yang dapat dipenuhi oleh aliran massa tergan­tung pada (a) kebutuhan ta-naman akan unsur hara, (b) konsentrasi hara dalam larutan tanah, (c) jumlah air yang ditranspirasikan  per unit bobot jaringan, dan (d) volume efektif air, yang bergerak karena gradien poten­sial dan yang kontak dengan permukaan akar.
3. Difusi
Persamaan berikut ini melukiskan faktor-faktor penting yang menentukan kecepatan difusi unsur hara menuju ke permukaan akar:
dq/dt = DAP(C1 - C2)/L
dimana: dq/dt = mencerminkan laju difusi ke permukaan akar; D = koefisien difusi unsur hara dalam air; A = luas penampang yang diasumsikan mencer­minkan total permukaan penyerapan dari akar tanaman untuk maksud difusi ini; P = fraksi dari volume tanah yang ditempati oleh air (juga termasuk faktor tortuosity); C1 = konsentrasi hara terlarut pada suatu titik yang jarak L dari permukaan akar; C2 = konsentrasi hara terlarut pada permu­kaan akar; dan L = jarak dari permukaan akar ke titik tertentu C1
Persamaan ini tidak akan berlaku secara tepat untuk sistem tanah, akan tetapi ia mampu menunjukkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan difusi unsur hara seperti P dan K ke permukaan akar, yaitu:
(1). Faktor P, mencerminkan fraksi dari total volume tanah yang mengan­dung air.  Laju difusi akan tergantung pada kadar air tanah, dan tanah yang bertekstur halus diharapkan akan memungkinkan difusi yang lebih cepat pada kondisi konsentrasi larutan yang sama dibandingkan dengan tanah yang teksturnya kasar karena ia mempunya kapasitas menahan air yang lebih besar pada potensial air tanah yang setara.
(2).  Besarnya gradien konsentrasi (C1-C2)/L.  Konsentrasi yang tidak sama akan menyediakan gaya dorong bagi difusi.  Kalau C1 merupakan kon­sentrasi larutan tanah dan C2 konsentrsi pada permukaan akar, laju difusi akan lebih tinggi kalau C1 semakin besar dan C2 semakin kecil dan L konstan. Sehingga kemampuan tanaman untuk menyerap hara menurunkan kon­sentrasi C2 hingga sangat rendah dan hal ini akan meningkatkan laju difusi yang tinggi karena konsentrasi hara dalam larutan (C1) menjadi tinggi. Faktor jarak L akan dipengaruhi oleh adanya faktor kapasitas dalam kesetimbangan dengan larutan tanah karena reaksi kesetimbangan akan cenderung mempertahankan konsentrasi yang relatif tinggi di dekat permu­kaan akar.
(3).  Faktor A, mencerminkan total luas permukaan akar yang tersedia untuk penyerapan dan menjadi fakor yang sangat penting.  Sejumlah hara yang sama dapat diserap dengan laju yang lebih lambat per satuan luas permu­kaan kalau total luas permukaan penyerapan lebih besar.  Oleh karena itu, luasnya sistem perakaran merupakan faktor penting yang mempengaruhi serapan yang dikendalikan oleh difusi.  Distribusi akar dalam kaitannya dengan distribusi spasial unsur hara tersedia dan air tersedia sangat penting.
 Pembaharuan Hara dalam Larutan Tanah
Kalau unsur hara diambil dari larutan tanah, akan terjadi kecenderungan untuk menggantikan defisit hara dari fase padatan tanah.  Konsentrasi hara dalam larutan tanah sering disebut sebagai faktor intensitas dan sumber hara pada fase padatan tanah yang mensuplai kembali larutan tanah disebut sebagai faktor kapasitas. Faktor kapasitas dapat dibagi-bagi secara sembarangan menjadi tiga kategori, yaitu:
(1).  bentuk-bentuk yang berkesetimbangan secara cepat dengan larutan tanah.
(2).  bentuk-bentuk yang berkesetimbangan secara lambat hingga agak lambat (kesetimbangan semu) dengan larutan tanah
(3).  bentuk-bentuk yang tidak berkesetimbangan de-ngan larutan tanah, karena tidak ada reaksi balik (unsur hara dibebaskan tetapi tidak dijerap kembali).
Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi kemampuan tanaman menyrap hara adalah:
(1).  Konsentrasi oksigen dalam udara tanah.  Energi yang diperlukan untuk serapan hara berasal dari proses respirasi dalam akar tanaman.  Untuk semua tanaman akuatik ternyata proses respirasi ini tergantung pada suplai oksigen  dalam udara tanah.
(2).  Temperatur tanah. Penyerapan unsur hara berhubungan dengan aktivi­tas metabolik yang selanjutnya sangat tergantung pada suhu.  Konsentrasi hara dalam larutan tanah yang lebih besar seringkali diperlukan  untuk mencapai laju pertumbuhan maksimum dalam kondisi tanah dingin dibandingkan dengan tanah-tanah yang hangat.
(3).  Reaksi-reaksi antagonistik yang mempengaruhi serapan hara.  Walau­pun konsentrasi hara pada permukaan akar bisa menjadi faktor paling kritis yang mempengaruhi laju serapan pada kondisi lingkungan normal, reaksi-reaksi antagonistik antara ion-ion juga dapat menjadi penting.  Kurva baku respon hasil tanaman terhadap penambahan unsur hara tunggal pertama kali menunjukkan daerah respon pertumbuhan, kemudian daerah ha- sil maksimum yang mendatar, dan akhirnya zone depresi hasil kalau konsen­trasi mendekati tingkat toksik.
(4).  Substansi toksik. Suatu substansi yang mengganggu proses metabo­lisme tanaman juga dapat mempengaruhi serapan hara.  Substansi toksik seperti ini di antaranya adalah konsentrasi Mn atau Al yang tinggi dalam tanah masam, konsentrasi garam terlarut yang sangat tinggi, jumlah B yang berlebihan, dan lainnya.

Gejala Kekurangan Unsur Hara bagi Tanaman


1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas

2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang

3. Kekurangan unsur hara Kalium (K)
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
a. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
b. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
c. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
d. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
e. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah
Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air
b. Batang
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah
c. Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
d. Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.

4. Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
b. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
c. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
d. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita
5. Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.

6. Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas.

7. Kekurangan unsur hara Besi (Fe)
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

8. Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih
b. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
c. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi
d. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
e. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
f. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).
9. Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula
b. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
c. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat
d. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).

10. Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak
b. Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
c. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau
d. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.

11. Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
b. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.

12. Kekurangan unsur hara Borium (Bo)
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati
b. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
c. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
d. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi
e. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
d. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.

13. Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)
a. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
b. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.

MENINGKATKAN DAYA SIMPAN AIR


     Bercocok tanam / menanam di musim kemarau banyak plus minusnya terutama ketersediaan air untuk pengairan demi kelangsungan hidup tanaman yg di budidayakan terutama tanaman yang memakai guludan / bedengan.Banyak tanaman yg tidak bsa optimal baik produksi maupun pertumbuhan karena faktor air.
     Berikut ini tips yang bisa di coba pada beberapa macam tanaman hortikultura yang memakai sistem bedengan/ guludan:
  1. Siapkan batang pisang yg sdh tidak produktif,potong sepanjang 2 meter tuk di ambil pelepahnya
  2. Jemur pelepahnya hingga kering
  3. Buat bedengan stengah jadi dan berikan pupuk kandang
  4. Tutup bedengan setengah jadi dengan pelepah pisang yang sudah kering.
  5. sebelum di pakai menutup celup pelepah piasang yang sudah kering tersebut hingga basah
  6. Penutupan bedengan dengan pelepah pisang harus merata atau menutupi permukaan ,setelah rata tertutup pelepah urug kembali bedengan tersebut dengan sempurna dan tutup dengan mulsa.
  7. Pelepah yang di letakkan di tengah bedengan selain akan mampu menahan air juga mengandung unsur K dan P.
  8. Kemampuan pelepah pisang menahan air di cuaca yg terik antara 10-20 hari sehingga mampu menghemat dan mengoptimalkan air pada waktu kesulitan mendapatkan air.

ETHYLEN MEMPERCEPAT PROSES PEMASAKAN BUAH MELON



Ethylen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan hormon lainnya seperti auxin, gibberellin dan cytokinin. Dalam keadaan normal, ethylen berada dalam bentuk gas (C2 H4) dengan struktur kimia yang sangat sederhana.
Ethylen dihasilkan pada proses respirasi buah, daun dan jaringan lainnya di dalam tanaman. Karena dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah banyak maka hormon ini dapat mempercepat pemasakan buah.
Struktur kimia ethylen sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom karbon dan empat atom hidrogen seperti yang terlihat pada struktur kimia pada skema 1 :
Biosintesis ethylen terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari senyawa awal asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN ( Flavin Mono Nucleotida ) menjadi methionil. Senyawa tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethylen, methyl disulphide dan formic acid seperti pada skema 2 :
Akhir-akhir ini zat tumbuh etilen hasil sintetis (buatan manusia) banyak yang beredar dan diperdagangkan bebas dalam bentuk larutan adalah Ethrel atau 2 - Cepa.
Ethrel inilah yang dalam praktek sehari-hari banyak digunakan oleh petani-petani melon di Jawa Timur, khususnya karesidenan Madiun untuk mempercepat proses pemasakan buah melon. Ethrel adalah zat tumbuh 2 - Chloro sthyl phosphonic acid (2 - Cepa ) dengan rumus bangun pada skema 3
Pada pH di bawah 3,5 molekulnya stabil, tetapi pada pH di atas 3,5 akan mengalami disintegrasi membebaskan gas etilen, khlorida dan ion fosfat.
Karena sitoplasma tanaman pHnya lebih tinggi daripada 4,1 maka apabila 2 - Cepa masuk ke dalam jaringan tanaman akan membebaskan etylen. Kecepatan disintegrasi dan kadar etylen bertambah dengan kenaikan pH. Sudah diketahui bahwa untuk mempercepat proses pemasakan buah dipakai karbit yang juga mengeluarkan gas etylen tetapi jika dibandingkan dengan penggunaan ethrel atau 2 - Cepa ternyata bahwa penggunaan ethrel atau 2-Cepa lebih baik pengaruhnya daripada karbit baik dari segi waktu, warna, aroma dan cara penggunaannya pada buah yang telah masak.
CARA APLIKASI :
Cara menggunakan ethrel adalah dengan mengencerkan larutan terlebih dahulu. Biasanya konsentrasi yang digunakan adalah + 30 cc / lt. air. Penggunaan dosis dengan konsentrasi yang terlalu rendah memberikan efektivitas yang kurang baik sebaliknya bila konsentrasi terlalu tinggi akan memberikan suatu pemborosan. Setelah larutan ethrel diencerkan ( 30 cc / lt. air ) disemprot pada tanaman melon yang berumur antara 57 - 60 hari setelah pindah tanam.
Di sini perlu diperhatikan bahwa :
1. Bagian buah melon yang disemprot hanya 2/3 bagian dari bawah ke atas. Usahakan agar penyemprotan tidak mengena pada tangkai buah karena akan mempercepat buah menjadi rontok.
2. Apabila penyemprotan ethrel dilakukan pada buah melon yang belum tua (belum masak) lalu buah tersebut segera dipetik akan memberikan pengaruh yang negatif terutama pada warna, rasa dan aroma.
3. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan antara jam 10.00 - 11.00 WIB siang dengan harapan sudah tidak ada embun yang melekat pada buah sehingga ethrel yang disemprot langsung kena pada buah. Bila sehabis semprot langsung turun hujan, maka reaksi ethrel tidak akan efektif.
4. Lamanya waktu antara 3 - 4 hari setelah disemprot maka buah melon siap dipanen dengan kualitas buah yang standar (warna, rasa dan aroma).
5. Bagaimanapun juga baiknya ethrel dalam proses percepatan pemasakan buah melon, tetapi tetap ada saja efek negatifnya, yaitu buah melon harus segera dipetik (kurun waktu 3-4 hari), mengurangi lamanya daya simpan dan dapat mengecewakan pembeli karena terkecoh oleh warna yang menarik tetapi buah melonnya sendiri kurang umur (kurang masak) sehingga rasanya tidak manis.
MENGAPA ETHYLEN MEMPERCEPAT PROSES PEMASAKAN BUAH MELON
Mobilitas Ethylen Dalam Buah
Secara teoritis dari segi fisiologis tanaman disebutkan bahwa mekanisme / kerja ethylen dalam proses pemasakan buah adalah :
1. Pada tingkat molekular C2H4 (ethylen ) dapat terikat pada ion logam pada enzim atau ikut serta dalam sistem pengangkutan elektron yang khusus.
2. Pada tingkat sel, C2H4 menambah permeabilitas membran sel maupun membran-membran bagian sub seluler sehingga membuatsubstrat lebih mudah dapat dicapai oleh enzim-enzim yang bersangkutan karena C2H4 mudah larut dalam air dan lemak.
3. Dengan mudahnya enzim mencapai substrat menyebabkan terjadinya percepatan proses respirasi di dalam buah dan mempercepat proses perubahan karbohidrat menjadi gula pada proses pemasakan tersebut.

Dasar penentuan kebutuhan pupuk


Kebutuhan pupuk didasarkan atas:
Jumlah hara yang terangkut bersama panen
Cadangan hara yang ada di dalam tanah
Tanda kekurangan unsur hara pada tanaman.
Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan cadangan hara di dalam tanah
memerlukan analisis tanah di laboratorium. Namun secara umum, tanah di Jawa
Timur, NTB dan NTT mengandung kalium cukup tinggi sehingga tidak memerlukan
pemupukan kalium kecuali bila system pertaniannya intensif.
Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan tanda kekurangan hara yang
diperlihatkan tanaman, memerlukan keahlian dan pengalaman khusus.
Kadang-kadang gejala kekurangan antara unsur yang satu dengan lainnya sulit
dibedakan dan gejala tersebut tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk yang
harus diberikan.
Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara yang terangkut
bersama penen merupakan cara yang paling sederhana dan mudah, oleh karena
itu cara tersebut dibahas di dalam tulisan ini.
Setiap jenis tanaman mengandung unsur hara yang berbeda. Tabel 1 memberikan
kandungan unsur N, P, dan K (kg) di dalam satu ton hasil panen berbagai tanaman.
Apabila hasil panen jagung dalam 1 ha adalah 3 ton, maka hasil panen tersebut
mengandung 48 kg N; 8,4 kg P dan 12 kg K. Unsur hara yang terbawa panen ini
perlu dikembalikan ke dalam tanah melalui pemupukan supaya kesuburan tanah
tetap terjaga dan produksi tanaman dapat dipertahankan.

Tabel 1. Kandungan hara N, P, dan K (kg) di dalam 1 ton hasil panen

Tanaman                             Hara terbawa panen (kg)
                                             N                      P                      K
Padi varietas
Unggul                                 15,0                  2,7                    3,7
Padi lokal                             15,0                  2,5                    2,5
Jagung                                16,0                  2,8                    4,0
Kacang tanah                      32,0                  3,2                    4,8
Singkong                              1,7                    0,5                    2,5
Ubi jalar                               3,7                    0,5                    5,2
Kentang                               2,7                    0,3                    3,6
Wortel                                  3,0                    0,5                    3,8
Bawang                                1,6                    0,3                    1,7
Tomat                                   3,3                    0,4                    4,2
Pisang                                  2,4                    0,3                    5,6
Jeruk                                    1,8                    0,2                    2,5
Rumput                                30,0                  3,7                    26,7
Leguminose                         37,5                  4,4                    33,2

Bagaimana cara penentuan kebutuhan pupuk untuk tanaman kacang
-kacangan?

Dari Tabel 1 terlihat bahwa polong kacang tanah dan hijauan kacang-kacangan
seperti lamtoro dan benguk, mengandung N yang sangat tinggi sehingga N yang
terbawa panen juga tinggi.
Tetapi tanaman kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai, lamtoro), melalui
kerjasama (symbiose) dengan bakteri Rhyzobium sanggup mengikat N dari udara.
Dengan demikian pemupukan N untuk tanaman kacang-kacangan sangat rendah
(hanya sekitar 30 kg urea/ ha pada waktu tanam). Kebutuhan P dan K kacang-
kacangan ditentukan dengan cara yang sama seperti pada penentuan kebutuhan
pupuk tanaman lainnya. kacang-kacangan ditentukan dengan cara yang sama
seperti pada penentuan kebutuhan pupuk tanaman lainnya

Pupuk buatan

Jika pemupukan menggunakan pupuk buatan seperti Urea, SP36 dan KCl, maka
jumlah pupuk yang diperlukan untuk menggantikan 48 kg N; 8,4 kg P dan 12 kg K
yang terangkut bersama 3 t/ha panen jagung adalah (lihat Tabel 2):
Urea    = 100/46 x 48 kg/ha    = 104 kg/ha
SP36   = 100/16 x 8,4 kg/ha   = 53 kg/ha
KCl      = 100/52 x 12 kg/ha    = 23 kg/ha
Akan tetapi zat hara di dalam tanah tidak semuanya dapat digunakan oleh
tanaman.
Sebagian akan hilang karena penguapan (N), pencucian ke lapisan tanah yang
lebih dalam sehingga tidak terjangka oleh akar (N, K), terikat oleh mineral liat tanah
(P, K), atau hanyut karena tererosi (N, P, K). Oleh karena itu pemberian pupuk
sebaiknya 1,5 sampai 2 kali jumlah hara yang hilang bersama panen. Jadi urea,
SP36 dan KCl yang diperlukan untuk penanaman jagung dengan perkiraan hasil
3 t/ha kurang lebih:

Urea    = 150 sampai 200 kg/ha
SP36   = 75 sampai 100 kg/ha

 Tabel 2. Kandungan unsur dan oksida di dalam 100 kg pupuk

Pupuk                                      Unsur                           Oksida
Urea                                         46 kg N                         -
TSP                                          20 kg P                         46 kg P2O5
SP36                                        16 kg P                         36 kg P2O5
KCl                                           52 kg K                         63 kg K2O

Pupuk kandang

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsure hara yang sangat bervariasi
tergantung pada waktu dan cara penyimpanannya, jenis hewan, dan kesehatan
hewan. Selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, pupuk kandang juga
membantu memperbaiki struktur tanah dan aktifitas hewan dan  mikroba tanah.
Tabel 3 memberikan kandungan rata-rata unsur hara beberapa jenis pupuk kandang.
Tabel 3. Kandungan unsur hara di dalam 1 ton pupuk kandang
Pupuk kandang                                             Kandungan
                                                                       N          P          K          Ca
                                                                         kg /ton pupuk kandang
Sapi                                                                 5          2          5          3
Kambing                                                          8          7          15        8
Domba                                                            10        7          15        17
Babi                                                                 9          3          6          12
Ayam                                                               15        5          6          23
Berdasarkan Tabel 3, bila seorang petani menggunakan 4 ton pupuk kandang sapi per
hektar, berarti dia menambahkan 20 kg N, 8 kg P, dan 20 kg K. Jadi dengan
menambahkan 4 t /ha pupuk kandang sapi, maka petani tersebut dapat mengurangi
penggunaan pupuk buatan sebanyak:
Urea= 100/46 x 20 kg/ha = 43 kg/ha
SP36= 100/16 x 8 kg/ha = 50 kg/ha
KCl = 100/52 x 20 kg/ha = 38 kg/ha
Dengan demikian, kalau seharusnya pupuk buatan diberikan sebanyak:
Urea= 150 kg/ha
SP36= 75 kg/ha
KCl = 30 kg/ha
Maka dengan pemberian 4 t/ha pupuk kandang (kotoran sapi), pemberian pupuk buatan
dapat dikurangi menjadi:
Urea= (150-43) kg/ha = 107 kg/ha
SP36= (75-50) kg/ha = 25 kg/ha
KCl = (30-38) kg/ha = 0 (tidak perlu pemberian KCl).

Sisa tanaman

Sisa tanaman mengandung unsur hara yang cukup tinggi, terutama kalium. Untuk sistem
pertanian tradisional (tidak intensif), pengembal ian s i sa tanaman dapat mengurangi
kebutuhan pemberian pupuk untuk tanaman berikutnya sebanyak 50% untuk K, 30% P,
dan N sampai 90% tergantung jenis tanamannya. Karena itu sisa tanaman (jerami, batang jagung) perlu dikembalikan ke lahan pertanian

PENYAKIT BUSUK DAUN TANAMAN TOMAT


Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) telah lama dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tomat ditanam di pekarangan atau ditanam dalam petak-petak kecil, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Seperti tanaman sayuran lainnya, banyak penyakit yang menyerang tanaman ini. Salah satu penyakit yang menyerang tomat adalah busuk daun.
Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur, jamur yang menyerang tomat sama dengan jamur yang menyebabkan busuk daun pada kentang Phytophthora infestans. Untuk tomat di dataran tinggi busuk daun merupakan penyakit yang sangat merugikan, khususnya di musim hujan. Penyakit ini tidak terdapat pada tomat yang ditanam pada dataran rendah.
Gejala yang ditimbulkan oleh jamur ini dapat timbul pada semua tingkat perkembangan tanaman. Timbulnya bercak hitam kecoklatan atau keunguan dapat timbul pada anak daun, tangkai, atau batang, jika lingkungan mendukung maka jamur ini dapat meluas dengan cepat sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pada buah penyakit ini juga dapat timbul pada semua tingkat perkembangannya. Bercak berwarna hijau kelabu kebasah-basahan meluas menjadi bercak yang bentuk dan besarnya tidak tertentu. Dalam pengangkutannya penyakit dapat menyebabkan busuk lunak dan berair, yang mungkin terutama disebabkan oleh jasad-jasad sekunder (Walker, 1952).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit busuk daun tomat antara lain tingginya curah hujan, kelembaban nisbi udara yang tinggi dan suhu yang rendah. Jamur akan tumbuh optimal pada kelembaban 100%, suhu optimum 18-22 ºC.
Semua varietas tomat ternyata rentan terhadap busuk daun. Sehingga dalam pengendalian yang ditempuh selama ini adalah dengan pengaplikasian fungisida dan menghindari penanaman pada musim penghujan. Akan tetapi petani tak dapat menghindari penanaman pada musim penghujan sehingga tidak menutup kemungkinan pengaplikasian fungisida dalam penanganan penyakit busuk daun

Bauveria bassiana sebagai Insetisida Hayati


Bauveria bassiana sebagai Insetisida Hayati
Kembali pada filosofi makan memakan dan siapa makan siapa. Tanaman bisa sakit karena diserang (‘dimakan’) oleh hama atau penyakit. Ternyata hukum makan memakan ini berlaku juga untuk hama. Hama pun bisa juga kena ‘peyakit’, dengan kata lain ada yang ‘memakan’-nya. Nah…kita bisa memanfaatkan ‘hukum alam’ ini. Kita bisa melawan hama dengan memanfaatkan musuh alaminya. Salah satu musuh alami hama/insek yang sudah banyak dikenal adalah Bauveria bassiana dari kelompok jamur. Ternyata seragga bisa ‘jamuren’ juga ya…..kaya manusia yang kena panu. Tetapi jamur ini mamatikan bagi serangga.Jamur Bauveria bassiana cukup mudah dibiakkan. Saya katakan cukup mudah, karena mungkin agak sedikit sulit untuk sebagian orang. Caranya mirip dengan membuat tempe, tetapi jamur yang digunakan adalah Bauveria bassiana dan medianya jagung/beras. Teknik ini bisa diajarkan dan bisa dilatih. Jadi perlu orang yang terlatih untuk mengerjakan kegiatan ini.
Kultur murni:                                                                                                          Kultur murni Bauveria bassiana, kultur ini bisa diperoleh di lab-lab yang menjual kultur murni Bauveria bassiana.
Bahan:Bahan ini untuk media pertumbuhan jamur yaitu jagung/beras 1 kg
Alat: plastik tahan panas (HDPE) ukuran 1 kg, kukusan, kompor
Tempat: Sebaiknya gunakan tempat khusus untuk ini, yaitu tempat yang cukup bersih, terlindungi dari udara luar, dan higienis.
Cara membuat:
  1. Jagung atau beras dibersihkan dan direndam di dalam air selama 20 menit
  2. Kukus beras itu sampai menjadi nasi jagung/nasib beras.
  3. Kemas di dalam kantong plastik tahan panas. Masukkan kira-kira 1/3 bagian dari volume plastik. Tutup dengan rapat dengan tali karet.
  4. Kukus lagi selama 2 jam.
  5. Media kemudian didinginkan. Setelah dingin inokulasikan kultur Bauveria bassiana dengan perbandingan 1: 10 (isolat: media). Dan tutup kembali dengan rapat dan baik.
  6. Simpan/inkubasi selama kira-kira seminggu sampai jamur tumbuh dengan baik.
  7. Jamur siap digunakan Cara aplikasi:
  1. Kultur Bauveria bassiana diblender dan dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram kultur dilarutkan dalam 1 liter air matang.
  2. Disemprotkan ke bagian tanaman yang terserang serangga setiap seminggu sekali.
  3. Kebutuhan per ha kurang lebih 1.5 kg kultur Bauveria bassiana.
  4. Catatan: jangan campur dengan pestisida kimia

KAHAT / DEFISIENSI ZN


Fungsi dan mobilitas Zn
Seng (Zn) sangat penting dalam beberapa proses
biokimia tanaman padi. Zn terakumulasi dalam akar,
tetapi dapat dipindahkan (ditranslokasi) ke bagianbagian lain tanaman yang sedang tumbuh. Karena
pemindahan kembali (retranslokasi) Zn jarang terjadi
dalam tajuk daun, terutama pada tanaman kahat N,
gejala kahat Zn lebih umum ditemukan pada daundaun muda.
Gejala kahat Z
Gejala muncul 2–4 minggu setelah tanam pindah,
dengan pertumbuhan tanaman yang tidak merata
(Gambar a) dan kelompok-kelompok rumpun yang
tumbuh  jelek  di   tengah  lapang.    Per tumbuhan
tanaman kerdil dan ukuran helai daun menyusut. Di
Jepang, kahat Zn merupakan penyebab “Akagare
Tipe II”, yaitu  kelainan pada tanaman padi. Tanaman
dapat pulih tanpa intervensi. Dalam keadaan kahat
Zn parah, anakan berkurang bahkan  bisa terhenti
sama sekali (Gambar b), dan umur pemasakan dapat
bertambah. Kahat Zn juga dapat meningkatkan
kemandulan bulir. Tulang tengah daun, terutama
yang dekat pangkal daun muda, menjadi klorotik.
Daun kehilangan turgor dan berubah menjadi coklat
ketika garis-garis coklat muncul pada daun bagian
bawah, masing-masing membesar dan kemudian
menyatu (Gambar c dan d). Garis putih kadangkadang muncul sepanjang tulang tengah daun.
Kahat dalam tanah
Tingkat kritis bagi terjadinya kahat Zn:
• 0,6 mg Zn/kg: 1N NH4
-asetat, pH 4,8
• 1,0 mg Zn/kg: 0,05N HCl
• 2,0 mg Zn/kg: 0,1N HCl
Penyebab kahat Zn
Kahat Zn disebabkan oleh:
1. Sedikitnya ketersediaan Zn dalam tanah.
2. Varietas tanaman peka terhadap kahat Zn (misal:
IR26).
3. Tingginya pH (≥7 dalam kondisi anaerob).
4. Tingginya konsentrasi HCO3
-
, karena kondisi reduksi
dalam tanah berkapur dengan kandungan bahan
organik yang tinggi atau besarnya konsentrasi
HCO3
-
 dalam air irigasi.
5. Penyerapan Zn yang tertekan karena meningkatnya ketersediaan Fe, Ca, Mg, Cu, Mn, dan P
setelah penggenangan.
6. Imobilisasi Zn setelah pemberian banyak pupuk P
(kahat Zn terinduksi P).
7. Tingginya kadar P dalam air irigasi (hanya di daerah
dengan air tercemar).
8  .  P e m b e r i a n   b a n y a k   p u p u k   o r g a n i k   d a n   s i s a
tanaman.
9. Pengapuran yang berlebihan.
Terjadinya kahat Zn
1 . Tanah  yang di tanami   secara  intens i f  dengan
pemberian banyak pupuk N, P, dan K (yang tidak
mengandung Zn) di masa lalu.
2. Penanaman padi 3 kali setahun.
Tanah yang cenderung kahat Zn
1. Tanah yang tercuci, sulfat masam tua, netral salin,
b e r k a p u r,   g amb u t ,   b e r p a s i r,   t e r l a p u k   b e ra t ,
masam, bertekstur kasar.
2. Tanah dengan status ketersediaan P dan Si tinggi.
Pengaruh penggenangan pada ketersediaan
dan penyerapan Zn
Dalam kondisi tergenang, PH tanah naik dan jumlah
Zn terlarut menurun. Akibatnya, ketersediaan Zn
bagi tanaman menurun.
Perlakuan kahat Zn
Kahat Zn dapat dikoreksi paling efektif dengan
p e m b e r i a n   Z n   t a n a h .   D i   t a n a h   b e r - p H   t i n g g i ,
penaburan di atas permukaan tanah lebih efektif
dar ipada pembenaman.  Zn  sul fat  pal ing umum
digunakan sebagai sumber Zn (tetapi ZnO lebih
murah). Cara-cara berikut, baik terpisah maupun
kombinasi, efektif tetapi perlu diterapkan segera
setelah munculnya gejala:
1. Bila gejala kahat Zn terlihat di lapang, 10–25 kg
ZnSO4
• H2
O atau 20–40 kg ZnSO4
• 7 H2
O/ha
ditaburkan ke permukaan tanah. Zn sulfat (25%)
campur dengan pasir (75%) agar penaburan lebih
merata.
2. 0,5–1,5 kg Zn/ha disemprotkan  pada daun (misal:
larutan 0,5% ZnSO4
 dalam sekitar 200 l air/ha)
sebagai tindakan darurat untuk mengatasi kahat
Zn dalam pertumbuhan tanaman.
Sumber: Padi: Panduan Praktis Pengelolaan Hara. 2007  T.H.
Fairhurst, C. Witt, R.J. Buresh, dan A. DobermannStrategi pencegahan kahat Zn
1. Pemilihan varietas yang efisien Zn.
2 .  Te k n i k   b u d i   d a y a :   p e n c e l u p a n   a k a r   a t a u
perendaman  benih sebelum tanam dalam larutan
ZnO 2–4% (misal:20–40 g ZnO/liter air).
3. Pengelolaan pupuk: berikan pupuk organik 5–
10 kg Zn/ha diberikan dalam bentuk Zn sulfat,
Zn oksida, atau Zn klorida sebagai profilaktik, baik
Keterangan gambar:
(a) Pertumbuhan tanaman tidak merata dan tanaman kerdil (latar depan).
(b) Anakan berkurang, daun terkulai dan mengering.
(c) dan (d) Munculnya bercak-bercak dan garis-garis coklat kotor.
dibenamkan dalam tanah sebelum penyemaian
atau tanam pindah, atau diberikan di pesemaian
b e b e r a p a   h a r i   s e b e l u m   t a n a m   p i n d a h .   D i
kebanyakan tanah, secara umum ZnSO4
 harus
diberikan setiap 2–8 pertanaman.
4. Pengelolaan air: Drainase secara berkala lahan yang
ditanami tiga kali setahun. Jangan menggunakan
air ber-pH tinggi (>8) untuk irigas


Sumber: Padi: Panduan Praktis Pengelolaan Hara. 2007  T.H.
Fairhurst, C. Witt, R.J. Buresh, dan A. Dobermann

MANFAAT CACING TANAH


Peranan  Cacing  Tanah  Terhadap Ketersediaan  Hara  di  Dalam  Tanah
   Pengaruh cacing tanah pada penyediaan hara bagi pertumbuhan

seharusnya  diperhitungkan untuk menekan penggunaan pupuk.
Cacing tanah mempengaruhi siklus dan perubahan dari hara di dalam
tanah melalui peranannya pada sifat biologi, kimia dan fisik tanah.  Besar
pengaruh dari cacing dipengaruhi oleh kelompok secara ekologi dan ukuran
cacing, tumbuhan, bahan induk tanah, iklim, waktu, dan sejarah penggunaan
(Zhang et al. 2007).
Pada ekosistem padang penggembalaan, kehadiran sejumlah cacing tanah
menjadi indikator dari kesuburan tanah.   Peranan cacing tanah pada sifat fisik,
kimia dan biologi tanah yang dapat meningkatkan kesuburan tanah antara lain :
1. Memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan hara dalam tanah
Satchell (1983) melaporkan bahwa cacing tanah mempunyai kontribusi
yang penting pada struktur tanah dan pembentukan agregat tanah.   Hasil uji
oleh Blanchart’s (1992) di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan agregat
pada padang rumput di daerah tropis dapat diatasi oleh cacing
(Megascolecidae): tanah yang diinokulasi dengan cacing tanah memiliki
12.9% makroagregat    (> 2 mm) setelah 3 bulan; dan makroagregat menjadi
31,7% setelah 6 bulan dan menjadi 60,6% setelah 30 bulan inokulasi cacing.
Agregat yang dibentuk oleh cacing memiliki stabilitas terhadap air yang lebih
tinggi.
Edwards (2004) menemukan bahwa ketika bahan organik dan tanah
masuk ke dalam pencernaan tanah kalsium, asam humat, bahan organik dan
polisakarida akan  melekat satu dengan lainnya dan membentuk kotoran
cacing, dimana kotoran cacing tersebut lebih porous dan remah dan
mempunyai banyak kelebihan  seperti stabilitas terhadap hantaman air sangat
kuat, ketersediaan hara tinggi, dan kemampuan menahan hara yang tinggi. 
Ketterings  et al. (1997) juga menemukan bahwa kebanyakan kompleks
organik-mineral dibentuk setelah aktifitas cacing tanah.  Sebagai hasilnya,
agregat yang tahan air dengan > 1000  μm meningkat dengan nyata.  
Bossuyt et al. (2005) juga setuju bahwa karbon terkombinasi dengan agregat
tanah yang stabil melalui aktifitas cacing tanah.  Dengan meningkatnya
stabilitas agregat, bahan organik yang terkombinasi akan lebih tahan lama di
dalam tanah dan tidak didekomposisi dengan mudah.  Ditambah lagi saluran/
lubang dari cacing penuh dengan kotoran cacing baik.  Kotoran-kotoran yang
diproduksi terus menerus akan memproduksi pori nonkapiler, selanjutnya
memperbaiki ventilasi dan permeabilitas, dan memperbaiki struktur tanah.
2. Meningkatkan dan menstabilkan suplai hara tanah
Cacing dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah, memperlancar
proses mineralisasi bahan organik, dan menstabilkan siklus hara                     
(Parkin dan Berry, 1999).   Aktivitas cacing tanah meningkatkan ketersediaan
hara tanah dan meningkatkan laju siklus hara (Basker et al. 1992).  Nisbah
C/N dari bahan organik berkurang dengan cepat dengan adanya aktifitas
cacing tanah (Amador et al. 2003). Semua hal tersebut berkontribusi terhadap
perubahan bentuk N organik, P dan K yang terikat menjadi ke bentuk yang
tersedia bagi tanaman dan memperpendek masa penyediaan hara.    Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tanah yang dipengaruhi oleh cacing tanah
selalu memiliki bahan organik, total N, kapasitas tukar kation (KTK),  Ca,
Mg, dan K yang dapat dipertukarkan,  N dan P  tersedia yang lebih tinggi
(Cortez et al, 2000 ; Sabrina, 2007). Hal ini disebabkan karena aktifitas
cacing tanah sangat meningkatkan konsentrasi N  inorganik (terutama NH4
+
-
N) dalam tanah.  Kandungan N mineral (NO3-N+NH4
+
- N), total karbon, total
nitrogen, dan biomasa mikroba meningkat pada lahan yang diinokulasi cacing
tanah dan jika dilakukan pengembalian residu tanaman gandum pada sistem
rotasi tanam gandum dan padi, hasil ini menunjukkan adanya fungsi ganda
dari cacing tanah dengan peningkatan biomassa mikroba dan peningkatan
mineralisasi N organik (Li et al. 2002).   Aktifitas cacing tanah meningkatkan
permeabilitas tanah dan juga memungkinkan meningkatnya kehilangan
nitrogen akibat pencucian. Walaupun inokulasi cacing tanah pada tanah yang
mengalami pengembalian bagian atas tanaman di permukaan tanah
meningkatkan pencucian nitrogen, namun kehilangan N yang berasal dari
pupuk tidak dijumpai dalam jumlah yang cukup berarti (Wang et al, 2004).
3. Hara yang dilepaskan ke dalam tanah melalui aktifitas metabolisme cacing
tanah
Cacing tanah dan sekresinya kaya akan hara dan dalam bentuk yang
tersedia bagi tanaman.   Sebagai contoh cairan ekstrak cacing tanah

mengandung    Mn Zn ,  Ca , Cu , Mg , Fe , Na, K, dan Se
Namun jenis dan kandungan hara bervariasi
tergantung kondisi lingkungan tempat hidupnya (Li  et al. 2005). Tubuh
cacing juga merupakan sumber hara yang potensial.  Tubuh cacing dapat
terdekomposisi secara sempurna hanya dalam 4 hari saja setelah cacing itu
mati dan 70% N yang berasal dari tubuh cacing akan diserap tanaman setelah
16 hari.  Cacing tanah juga melepaskan hara ke dalam tanah dari  aktifitas
metabolismnya    (Whalen et al. 1999).
Amador  et al. (2003) memperhitungkan N organik yang lepas dari
cacing tanah yang mati mencapai 21.1-38.6 ton ha
setiap tahun. Sebagai tambahan, cacing tanah memotong sisa tanaman menjadi ukuran yang kecil,
dan selanjutnya akan didekomposisi oleh protozoa dan mikroba tanah.
Sementara itu,ada hubungan yang langsung dan tidak langsung antara cacing
tanah dan mikroba dalam  siklus N dan P di dalam tanah melalui perannya
dalam mengubah jumlah, jenis dan struktur mikroba dan meningkatkan
pelepasan hasil metabolismenya.
4. Peranan cacing tanah terhadap peningkatan serapan hara oleh tanaman
(efektifitas cacing tanah)
Kontribusi cacing tanah dalam meningkatkan serapan hara P oleh
tanaman  Setaria splendida lebih tinggi dibandingkan kontribusi dari jamur
mikoriza arbuskula (Sabrina et al, 2007).  Bahkan kehadiran cacing tanah
dapat mengurangi besar kontribusi jamur mikoriza dalam meningkatkan
serapan P oleh tanaman

TENTANG PUPUK


Khasiat Unsur Hara Bagi Tanaman

Tiap-tiap unsur hara mempunyai fungsi/khasiat tersendiri dan mempengaruhi proses-proses tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Berikut ini uraian singkat fungsi/khasiat unsur hara bagi tanaman, yakni:

1. Karbon (C)
Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02.

2. Oksigen
Terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangunan bahan organik, diambil dari tanaman berupa C02, sumbernya tidak terbatas dan diperlukan untuk bernafas.

3. Hidrogen
Merupakan elemen pokok pembangunan bahan organik, sumbernya dari air dan jumlahnya tidak terbatas.

4. Nitrogen (N)
Diambil dan diserap oleh tanaman dalam bentuk : NO3- NH4+
Fungsi Nitrogen bagi tanaman adalah:
a. Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.
b. Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.
c. Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.
d. Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
e. Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.
Adapun sumber Nitrogen adalah :
a. Terjadi halilintar di udara ternyata dapat menghasilkan zat Nitrat, yang kemudian di bawa air hujan meresap ke bumi.
b. Sisa-sisa tanaman dan bahan-bahan organis.
c. Mikrobia atau bakteri-bakteri.
d. Pupuk buatan (Urea, ZA dan lain-lain)

5. Fosfor
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk : H2PO4- HPO4–
Secara umum, fungsi dari Fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.
b. Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji.
c. Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.
d. Sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.

6. Kalium (K)
Diambil/diserap tanaman dalam bentuk : K+
Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
a. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
b. Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
d. Meningkatkan mutu dari biji/buah.
Sumber-sumber Kalium adalah :
a. Beberapa jenis mineral.
b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis.
c. Air irigasi serta larutan dalam tanah.
d. Pupuk Buatan (KCl, ZK dan lain-lain)
e. Abu tanaman misalnya: abu daun teh muda mengandung sekitar 50% K2O
7. Kalsium (Ca)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Ca++
Fungsi kalsium bagi tanaman adalah:
a. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar
b. Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman
c. Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji
d. Menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme
e. Kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa atau suasana keasaman tanah

8. Magnesium (Mg)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mg++
Fungsi magnesium bagi tanaman ialah:
a. Magnesium merupakan bagian tanaman dari klorofil
b. Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan Carboxy peptisida
c. Berperan dalam pembentukan buah
Sumber-sumber Magnesium adalah:
a. Batuan kapur (Dolomit Limestone) CaCO3MgCO3
b. Garam Epsom (Epsom salt) MgSO4.7H2O
c. Kleserit MgSO4.H2O
d. Magnesia MgO
e. Zat ini berasal dari air laut yang telah mengalami proses sedemikian:
Mg Cl2 + Ca(OH)2 ——– Mg (OH)2 + Ca Cl2
Mg (OH)2—-panas—— Mg O + H2O
f. Terpentin Mg3SiO2 (OH)4
g. Magnesit MgCO3
h. Karnalit MGCl2KCl. 6H2O
i. Basic slag
j. Kalium Magnesium Sulfat (Sulfat of Potash Magnesium)

9. Belerang (Sulfur = S)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: SO4-
Fungsi belerang bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar
b. Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta thiamine
c. Membantu pertumbuhan anakan produktif
d. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain
e. Membantu pembentukan butir hijau daun
Sumber-sumber belerang adalah:
a. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis
b. Bahan ikutan dari pupuk anorganik (buatan) seperti pupuk ZA dan pupuk Superfosfat

10. Besi (Fe)
Diambil atau diserap oleh tanaman dalam bentuk: Fe++
Fungsi unsur hara besi (Fe) bagi tanaman ialah:
a. Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)
b. Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein
c. Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase dan Cytohrom oxidase
Sumber-sumber besi adalah:
a. Batuan mineral Khlorite dan Biotit
b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

11. Mangan (Mn)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Sumber-sumber Mangan adalah:
a. Batuan mineral Pyroluste Mn O2
b. Batuan mineral Rhodonite Mn SiO3
c. Batuan mineral Rhodochrosit Mn CO3
d. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

12. Tembaga (Cu)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cu++
Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa, Butirid Coenzim A. dehidrosenam
b. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)

13. Seng (Zincum = Zn)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Zn++
Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
a. Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan
b. Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis
c. Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah
Seng dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1. Sulfida Zn S
2. Calamine Zn CO3

14. Molibdenum (Mo)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mo O4-
Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa
b. Sebagai katalisator dalam mereduksi N
c. Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran
Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2

15. Boron (Bo)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3-
Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
a. Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman
b. Meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan
c. Berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar
d. Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca)
e. Unsur hara Bo dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit
Boron (Bo) dalam tanah terdapat dalam bentuk:
a. Datolix Ca (OH)2 BoSiO4
b. Borax Na2 Bo4 O2. 10H2O

16. Khlor (Cl)
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Cl -
Fungsi unsur hara Khlor (Cl) bagi tanaman ialah:
a. Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperti: tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran
b. Banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman
c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sisal
Disamping ke-16 unsur hara tersebut masih ada unsur-unsur lain yang berhubungan erat dengan tanaman yang akan diuraikan secara ringkas, yaitu:

1. Natrium (Na)
Natrium dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman apabila tanaman yang dimaksud menunjukkan gejala kekurangan Kalium (K).
Natrium dalam proses fisiologi dengan K, yaitu menghalangi atau mencegah pengambilan/penyerapan K yang berlebihan.

2. Silikum (Si)
Tanaman rumput-rumputan, seperti alang-alang dan padi ternyata banyak yang menyerap Si.
Dibandingkan dengan unsur hara N dan P, ternyata Si dalam tanaman lebih besar jumlahnya.

3. Nikel (Ni)
Unsur ini merupakan aktifator daripada enzim, dalam bentuknya yang kecil dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.

4. Titan (Ti)
Unsur Titan selalu terdapat dalam tanaman, dan banyak terdapat pada nodula dan legum. Dengan pemberian Ti SO4 nodula akan bertambah sedangkan fiksasi menjadi lebih meningkat

5. Selenium
Jumlah yang berlebihan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman, akan tetapi menimbulkan keracunan bagi binatang yang memakan tumbuhan tersebut.

6. Vanadium
Berfungsi mempercepat reproduksi azotobacter yang mengakibatkan meningkatnya fiksasi N dari udara.

7. Argon
Unsur Argon dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Kelebihan unsur ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Keracunan akar oleh Argon banyak terdapat pada tanah persawahan.

8. Yodium
Unsur yodium walaupun keadaannya sedikit ternyata diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sehat.

Gejala Kekurangan Unsur Hara bagi Tanaman

Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda.

Gejala kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.

Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan unsur hara terlihat sebagai berikut:

1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas

2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang

3. Kekurangan unsur hara Kalium (K)
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
a. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
b. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
c. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
d. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
e. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah
Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air
b. Batang
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah
c. Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
d. Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.

4. Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
b. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
c. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
d. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita
5. Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.

6. Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas.

7. Kekurangan unsur hara Besi (Fe)
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

8. Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih
b. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
c. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi
d. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
e. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
f. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).
9. Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula
b. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
c. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat
d. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).

10. Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak
b. Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
c. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau
d. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.

11. Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
b. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.

12. Kekurangan unsur hara Borium (Bo)
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati
b. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
c. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
d. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi
e. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
d. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.

13. Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)
a. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
b. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.

Anti Stres dan Perangsang Akar Tanaman

Penggunaan bahan anti stres dan perangsang akar dalam beberapa tahun ini cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan munculnya produk-produk kombinasi vitamin B-1 (Thiamine HCl) dan zat pengatur tumbuh akar kelompok Auksin yang sering digunakan adalah NAA (Naphtalene Acetic Acid).

Peranan Vitamin B-1 dan NAA bagi tanaman:

1. Vitamin B-1 (Thiamine HCl)
Merupakan kelompok vitamin B, yang mempunyai peranan di dalam metabolisme tanaman dalam hal mengkonversikan karbohidrat menjadi energi untuk menggerakkan aktifitas di dalam tanaman. Sehingga dengan demikian tanaman yang mengalami stres karena kondisi bare root (pengiriman tanpa media) ataupun dikarenakan pemindahan tanaman ke media baru, segera melakukan aktifitas metabolisme untuk beradaptasi dengan lingkungan ataupun media yang baru.

2. Zat Pengatur Tumbuh NAA (Napthalene Acetic Acid)
Merupakan kelompok zat pengatur tumbuh dari kelompok Auksin, yang mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan akar lateral/samping. Pemilihan NAA dikarenakan mempunyai sifat perangsang akar yang kuat dan stabil.

Beberapa produk kombinasi vitamin B-1 dan NAA:
- Superthrive
- Liquinox Start B-1
- Grow Quick Plus+

Cara Penggunaan:
- Tujuan pertumbuhan aktif dan ketahanan terhadap stres (0,5 - 1 ml/L, 1 minggu 1 & 2 kali)
- Tujuan perendaman tanaman tanpa media (dari pengiriman) yang akan ditanam (rendam 15 menit dalam larutan 1,5 ml/L per sekali perlakuan)

Zat Pengatur Tumbuh Tanaman

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa sintetis yang mempunyai aktifitas kerja yang sama seperti halnya hormon tanaman, dimana dengan konsentrasi tertentu dapat mendorong ataupun menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kelompok zat pengatur tumbuh, peranan dan jenis:

1. Auksin
a.Bersama Sitokinin mendorong pembelahan sel.
b.Merangsang pertumbuhan akar lateral/samping.
c.Mencegah gugur daun.
d.Merangsang pembungaan pada kelompok tanaman Bromelia.
Jenis: IAA, IBA, NAA

2. Sitokinin
a.Bersama Auksin mendorong pembelahan sel.
b.Merangsang pertumbuhan tunas lateral/samping.
c.Meningkatkan khlorofil daun.
d.Mencegah gugur daun.
Jenis: 6-Benzyl Aminopurine (BA), Kinetin, Zeatin

3. Gibberelin
a.Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel (anti kerdil/dwarf).
b.Merangsang perkecambahan biji.
c.Meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.
d.Kasus pada tanaman anggur, dapat meningkatkan buah tanpa biji.
e.Merangsang pembungaan pada beberapa tanaman hias.
Jenis: GA-3

Info produk:

1. Auksin

a.Grow Quick R
(10 ml/10 ml air + fungisida 10 g aduk sampai terbentuk pasta), dioleskan ke stek dan didiamkan 1-2 jam, selanjutnya ditanam ke media.

b.Root Up; Root Plus; Grow Tone
(1 sendok teh serbuk Auksin dari botol dilarutkan dengan air sampai membentuk pasta, kemudian dioleskan ke bagian pangkal batang dan diamkan 15 – 30 menit kemudian tanam).

c.Naphtelene Acetic Acid (NAA) atau Indol Butyric Acid (IBA)
(1 g dilarutkan di dalam alkohol 95%,kemudian ditambahkan air sampai 1.000 ml atau 1 liter, selanjutnya siap digunakan dengan merendam stek selama 15 menit dan ditanam ke media.

2. Sitokinin

a.Novelgro Alpha
(1 ml/liter) disemprotkan ke daun 1 kali per 2 – 4 minggu.

b.Grow Quick S
(2 - 4 ml/liter) disemprotkan ke daun 2 – 3 hari sekali.

c.6-Benzyl Aminopurine (BA)
(1 g dilarutkan dengan HCl 0,1 N 1 – 2 tetes diaduk sampai larut, kemudian ditambahkan dengan air sampai 1.000 ml atau 1 liter air, selanjutnya dapat digunakan dari pemakaian 0,1 – 1 ml/liter). Penggunaan disemprotkan ke bagian mata tunas pada batang setiap hari selama 2 – 3 minggu.

3. Gibberelin

a.Grow Quick F
(2 - 4 ml/liter) perangsangan bunga, disemprotkan 2 kali seminggu sampai muncul tunas bunga, dengan sasaran penyemprotan daun dan tunas-tunas pucuk.

b.Sunerellin
(1 g dilarutkan dengan alkohol 95% sampai penuh dan dikocok, kemudian ditambahkan dengan air sampai 2 liter air), disemprotkan ke seluruh bagian tanaman 3 kali per 10 hari untuk perangsangan bunga dan buah tanpa biji (anggur).


Peranan Zat Perata atau Perekat Bagi Tanaman

Zat perata atau perekat merupakan suatu senyawa kimia yang berfungsi untuk memberikan penetrasi suatu insektisida/fungsida/bakterisida/pupuk cair ke bagian permukaan tanaman, sehingga mempunyai pengaruh yang lebih efisien dan efektif.

Pemberian nutrisi melalui daun ataupun pengendalian hama ataupun penyakit seringkali menghadapi kendala dalam hal penetrasi. Kendala itu baik berupa faktor internal tanaman (kondisi permukaan daun tanaman) dan faktor eksternal berupa hama yang mempunyai perisai dan cuaca (hujan).

Faktor Internal Tanaman
a. Permukaan atas dan bawah daun yang berbulu (Adenium Arabicum, dll)
b. Permukaan atas dan bawah daun yang berlilin (Alocasia, dll.)

Faktor Eksternal Tanaman
a. Hama dengan tubuh berperisai – berupa lapisan lilin (Mealybug) dan menyerupai lapisan kitin (Kutu Perisai/Scale)
b. Hujan – akan membasuh hasil penyemprotan

Kandungan dari zat perata atau perekat ini adalah kelompok detergen yang berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan di daun dan batang, sehingga insektisida/fungisida/bakterisida/pupuk dapat melakukan penetrasi ke bagian yang dimaksud.

Selain itu kelompok detergen ini mempunyai pengaruh yang aman bagi tanaman, terutama permukaan daun. Penggunaan zat perata/perekat ini tidak banyak, hanya 0,2 – 0,25 ml/L yang dicampurkan dengan insektisida / fungsida / bakterisida / pupuk cair.

Macam zat perata/perekat tanaman
  • Cultistick
  • Booster
  • APSA 800 WSC

Pupuk “Slow Release” (Lambat Urai/Lepas)

Pupuk “slow release” merupakan pupuk NPK alternatif selain pemberian pupuk utama (wajib). Umumnya pupuk ini merupakan kelompok pupuk non organik yang dikemas dengan lapisan khusus dari bahan resin yang bersifat permeable pada setiap butirannya.

Pemberian pupuk ini mempunyai keuntungan atau manfaat bila ditinjau dari sifatnya yaitu menambah kebutuhan nutrisi bila terjadi keterlambatan pemberian pupuk wajib, dengan demikian pasokan nutrisi akan selalu terjaga.

Umumnya pupuk “slow release” ini dapat diberikan lagi setiap 3 bulan sekali dengan cara ditaburkan di sekitar media tanam. Selanjutnya nutrisi ini akan dilepaskan ke media bila media tanam mendapatkan siraman air.

Macam dari pupuk ini antara lain:
  • Dekastar
  • Osmocote
  • Magamp

Lebih lanjut, pupuk ini terbagi lagi menjadi 2 fase pemberian, yaitu untuk
(1) fase vegetatif (perbandingan N dan K lebih tinggi dibandingkan P) dan
(2) fase generatif (perbandingan P dan K lebih tinggi dibandingkan N). Ada pula pupuk ini mempunyai perbandingan N, P dan K yang berimbang yang dikhususkan untuk menjaga perimbangan pertumbuhan vegetatif.

Nutrisi Khusus Tanaman Hias Daun

Tanaman hias daun (foliage plant) mempunyai nilai keindahan tersendiri. Sebagai tanaman hias yang lebih mengutamakan keindahan bentuk, warna (polos/campur/variegata), tekstur dan urat/tulang daun, peranan nutrisi terpilih dapat membantu penampilan daun.

Tanaman hias daun banyak ragamnya, contohnya Anthurium, Aglaonema, Philodendron, Spatyphillum, dan sebagainya. Untuk menjaga tanaman ini tumbuh dan berkembang dengan baik dan menarik, tentunya terkait dengan pemilihan nutrisi yang dipergunakan.

Secara umum tanaman hias daun memerlukan unsur N (Nitrogen) untuk mendukung pertumbuhan daun dan perlu diperhatikan N dapat diperoleh dari Urea (CO(NH2)2), Amonium (NH4) dan Nitrat (NO3). Terlalu banyak pemberian N dalam bentuk Urea dan Amonium dapat membuat batang dan daun tanaman menjadi lebih besar, namun batang dan tangkai daun melemah, selain itu mudah terserang hama atau penyakit serta mudah rebah dan tidak mudah tahan terhadap tekanan lingkungan (kekeringan). Sehingga dengan demikian perlu adanya perimbangan pemberian N dalam bentuk NO3, dengan demikian dapat membuat batang dan tangkai daun lebih vigor (kuat).

Selanjutnya ada beberapa nutrisi lain yang mendukung penampilan tanaman hias daun, yaitu
- K (Kalium/Potasium) yang dapat menjaga tekanan turgor sel dan tekanan osmotik sel dan sebagainya
- Ca (Calcium) merupakan komponen pembentuk dinding sel dan regulator pada translokasi karbohidrat
- Mg (Magnesium) merupakan bagian esensial molekul klorofil, kofaktor beberapa enzim dan membantu pembentukan gula
- Fe (Ferrum) adalah nutrisi utama sintesis klorofil, transport electron
- S (Sulfur) merupakan unsur pembentuk asam amino Sistein, Sistin dan Methionin yang merupakan asam amino esensial pembentuk protein
- Cu (Cuprum) berperanan di dalam beberapa enzim dan terlibat di dalam pembentukan dinding sel
- B (Boron) mempunyai peranan dalam transport gula, sintesis dinding sel, metabolisme karbohidrat, pembentukan asam amino dan sintesis protein.

Peranan nutrisi khusus untuk tanaman hias daun dapat disarikan sebagai berikut:
1. K - KNO3 (Kalinitra) dan K2HPO4/KH2PO4 (Kaliphos) = meningkatkan warna
2. Mg dan S - MgSO4 = warna kontras
3. Ca - Ca(NO3)2 (Calcium Nitrat) - vigor daun
4. B - H3BO3 (Asam Borat/Growmore Soluble Micro Mix) - pertumbuhan tunas baru
5. Cu - CuSO4 - warna kontras

Zat Pengatur Tumbuh untuk Perangsang Bunga

Munculnya bunga pada suatu tanaman menunjukkan tingkat kematangan tanaman memasuki fase atau masa dari vegetatif ke generatif. Perubahan ini dapat dikarenakan pengaruh internal hormon tanaman atau zat pengatur tumbuh tanaman secara eksternal.

Secara alamiah di dalam tanaman terdapat banyak hormon yang mengatur dan memicu terjadi proses fisiologis. Proses-proses fisiologis itu antara lain pertumbuhan akar, tunas, pembungaan dan sebagainya. Pembahasan topik dibatasi pada hormon ataupun zat pengatur tumbuh yang berperan dalam mendorong pembungaan.
Catatan: zat pengatur tumbuh adalah hormon yang disintesis (buatan)

Ada beberapa hormon di dalam tanaman yang berpengaruh dalam pembungaan, yaitu Gibberelin. Sedangkan zat pengatur tumbuh tanaman yang berperanan adalah kelompok Auksin NAA, gas etilen (karbid) dan penghambat tanaman (retardan) Paklobutrasol, Alar dan Cycocel.

Contoh penggunaan zat pengatur tumbuh untuk perangsang pembungaan:
1. Tanaman kelompok Bromelia (Nanas) dirangsang dengan gas Etilen (Karbid) dan Ethepon (Ethrel).
2. Tanaman Mangga dan Durian dirangsang dengan Paklobutrasol (Patrol, Golstar).
3. Tanaman Aglaonema dan Spathiphyllum dirangsang dengan Gibberelin/GA3 (Grow Quick Flower, Sunerellin).
Keseimbangan Penggunaan Pupuk Organik dan Non Organik

Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman memerlukan nutrisi berupa pupuk. Sumber pupuk dapat diperoleh dari bahan organik dan non organik.

Ada suatu perkembangan info yang menarik mengenai pupuk, perkembangan ini menyangkut silang pendapat antara penggunaan pupuk organik dan non organik pada tanaman. Ada satu pihak menyatakan bahwa pupuk organik dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan non organik, demikian pula sebaliknya.

Tanaman (tanaman hias, sayuran, buah, perkebunan, kehutanan) memerlukan nutrisi berupa pupuk tidak memandang dari mana sumbernya. Misal tanaman memerlukan unsur N (Nitrogen) untuk mendukung pertumbuhan daun, unsur N ini dapat berupa dari N-NH4 (Amonium) dan N-NO3 (Nitrat).

Kandungan N dalam berbagai bentuk tersebut dapat diperoleh dari bahan organik maupun non organik dan tanaman tidak pernah membedakan asal sumbernya, karena yang diperlukan tanaman adalah unsur N.

Mengenai nitrogen yang berasal dari NH4 dan NO3, tentunya dapat terlihat pada pertumbuhan tanaman lebih lanjut, dimana bila pemberian N dalam bentuk NH4 terlalu banyak maka yang terlihat adalah pertumbuhan tanaman yang besar, misal daunnya lebih besar, namun lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit dan tekanan lingkungan (cepat layu dalam kondisi kekeringan).

Di dalam setiap tanaman terdapat potensi genetik untuk dapat memberikan hasil yang maksimal, dimana potensi hasil yang maksimal dapat diberikan dengan dukungan nutrisi yang terukur (misal 1 gram per liter atau 1 ml per liter). Nutrisi tanaman dalam bentuk pupuk organik pada dasarnya sudah memberikan hasil yang baik namun belum maksimal, misal pupuk kandang mempunyai kandungan N yang berfluktuasi (naik-turun), hal ini tergantung dari makanan yang dimakan oleh hewan tersebut. Untuk itu diperlukan tambahan pupuk non organik yang terukur misal pupuk Urea, Gandasil Hijau, Bayfolan, dan lain-lain untuk memberikan hasil yang maksimal. Jadi mana yang lebih baik? Yang lebih baik tentunya adalah keseimbangan pemberian keduanya.

Kelompok pupuk organik:
  • Pupuk kandang (fermentasi kotoran hewan seperti sapi, kambing, ayam)
  • Pupuk hijau (dari kelompok kacang-kacangan)
  • Pupuk kascing (dari kotoran cacing)
  • Kompos daun (fermentasi dari sampah daun kaliandra, bambu, dll)
  • Pupuk organik konsentrat padat Green Farm, Subur Ijo, NPK organik Novelgro
  • Pupuk organik konsentrat cair (Wide Spectrum, Nungtulo, Green Source)

Kelompok pupuk non organik:
  • Pupuk tunggal Urea, SP36, KCl
  • Pupuk majemuk NPK padat (The Farmer, Gandasil, Growmore, Hyponex, Rapid Gro, Vitabloom, Calcinit, Kalinitra, Kaliphos, Dekastar, Osmocote)
  • Pupuk majemuk NPK cair (Bayfolan, Liquinox Grow, Liquinox Bloom, Miracle Gro All Purpose, Bloom Plus, Quick Start)

Tips Perkecambahan Benih

Teknik perkecambahan benih tanaman yang baik mempunyai dampak dalam menentukan keberhasilan benih untuk berkecambah. Kemampuan benih untuk berkecambah ditentukan oleh beberapa faktor kualitas benih, lingkungan media tanam, zat perangsang pertumbuhan (ZPT) dan serangan penyakit benih.

Kualitas benih terkait dengan proses pematangan benih dalam buah yang secara tidak langsung terkait dengan cara pemupukan dan penanganan pasca panen.

Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam perkecambahan benih, karena untuk mampu berkecambah benih memerlukan kondisi media tanam yang lembab. Kondisi lembab akan merangsang munculnya akar utama yang akan diikuti oleh pergerakan lain sampai menjadi bibit.

Untuk lebih meningkatkan keberhasilan benih berkecambah dan waktu berkecambah lebih cepat, penggunaan zat pengatur tumbuh dapat dilakukan. Secara umum beberapa kasus perkecambahan meningkat sampai 100% dan benih dapat berkecambah lebih cepat 4 - 5 hari dari normalnya. Beberapa zat pengatur tumbuh yang dapat dipergunakan adalah Atonik (Polyphenol), Superthrive (Vitamin B-1+NAA), Liquinox Start B-1 (Vitamin B-1+NAA), Grow Quick Plus (Vitamin B-1+NAA), Sunerelin (GA-3).

Faktor lain yang sama pentingnya adalah mencegah serangan penyakit rebah bibit (Damping Off) yang utamanya disebabkan oleh cendawan Phytophtora sp. dan Phytium sp. Beberapa kasus dapat menyebabkan benih gagal berkecambah sampai 80 - 100%. Penyakit ini akan muncul dalam kondisi media tanam yang telah mengandung penyakit (media lama) dan kelembaban tinggi. Untuk mencegah penyakit rebah bibit ini dapat menggunakan fungisida protektan untuk benih seperti Previcur N (Propamocarb HCl), Topsin (Thiophanate), Vilan (Hexaconazole), Score (Difeconazole), Benstar (Benomyl), Daconil (Chlorotalonil)

Penggunaan secara bersamaan dengan zat pengatur tumbuh dengan cara dicampur (mix) contoh: Atonik 0,5 - 1 ml/L dicampur dengan fungisida Previcur 0,5 - 1 ml/L, kemudian benih direndam selama 15-20 menit, selanjutnya ditanam. Dapat pula dengan cara terpisah yaitu perendaman benih dengan zat pengatur tumbuh terlebih dahulu selama 15 - 20 menit, kemudian setelah benih berkecambah dapat disemprot dengan fungisida 1-2 kali semingu.