Selasa, 13 Desember 2011

FUNGSI HARA & AKIBAT KEKURANGAN HARA

Usaha pertanian, perkebunan, perikanan serta tambak  zaman sekarang berorientasi pada hasil yang lebih tinggi serta kwalitas yang lebih baik. konsekwensinya akan terjadi peningkatan kebutuhan tanaman pada seluruh unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Namun Telah puluhan tahun, pupuk yang diberikan hanyalah pupuk dengan kandungan hara makro nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K), atau lebih populer dengan sebutan namanya yaitu Urea, TSP dan Kcl.

Sementara unsur hara lainnya yang di butuhkan tanaman hanya mengandalkan persediaan yang ada dalam tanah, atau memang tidak dimengerti atau tidak dipedulikan, seperti kebutuhan akan unsur hara Kalsium dan Magnesium. Akibatnya, akhir-akhir ini gejala kekurangan unsur hara tersebut mulai di rasakan.
Meningkatnya perhatian praktisi para usaha tani, serta para ahli pertanian pada unsur hara lainnya, disebabkan oleh makin sering dan meluasnya laporan kerugian usaha tani, akibat merosot dan menurunnya produktifitas tanaman. Hal tersebut antara lain akibat kekurangan unsur Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO).
Tanaman untuk menunjang kehidupan dan produktifitasnya, membutuhkan unsur hara yang lengkap untuk di serap. Untuk memberikan pemahaman yang praktis, berikut akan di uraikan secara ringkas tentang pupuk dan pemupukan yang sempurna.
Pupuk di definisikan sebagai material yang ditambahkan kedalam tanah atau melalui tajuk dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman untuk menunjang kehidupan dan produksinya membutuhkan :
•    Carbon (C)
•    Oxygen (O)
•    Hidrogen (H)
Ketiga unsur tersebut selalu tersedia di alam bebas  dan gratis di berikan oleh yang maha kuasa. Masih ada 13 unsur hara lagi yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang banyak di butuhkan tanaman, yaitu:
1. Nitrogen (N)   2. Phospor (P)  3. Kalium (K)  4. Kalsium (CaO)  5. Magnesium (MgO)  6. Sulfur (S)
Sementara yang di maksud dengan unsur hara mikro adalah unsur  hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit atau sangat kecil, yaitu: Seng (Zn, Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Chlor (Cl).
Berikut akan di uraikan satu persatu tentang unsur hara makro meliputi kegunaan dan fungsinya serta efek kekurangannya, sumber dan nama-nama pupuk dan kandungannya. Dengan memahami unsur hara yang di butuhkan tanaman, dan nama pupuk serta kandungannya, di harapkan pemupukan yang lebih sempurna, sehingga tanaman akan berproduksi optimal dengan kwalitas yang lebih baik.
A.
1. Unsur Hara (Makro)          : Nitrogen (N)
2. Nama pupuk                      : Urea, ZA, Amonium Sulfat
3. Fungsi Nitrogen                :
•     Meningkatkan pertumbuhan tanaman
•     Meningkatkan  kadar protein dalam tanah
•     Meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak
•     Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah
 4. Sumber-sumber nitrogen :
 a. Nitrogen antara lain bersumber dari pupuk buatan pabrik seperti urea, ZA, dan Amonium Sulfat.
 b. Udara merupakan sumber nitrogen paling besar  yang dalam proses pemanfaatannya oleh tanaman melalui perubahan terlebih dahulu, dalam bentuk amonia dan nitrat yang sampai ketanah melalui air hujan, atau yang di ikat oleh bakteri pengikat nitrogen.
c. Sumber nitrogen lainnya adalah pupuk kandang dan bahan2 organis lainnya.
5. Gejala kekurangan nitrogen :
Tanaman tumbuh kurus kerempeng, daun tua berwarna hijau muda, lalu berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringatanaman mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok.
6. Kelebihan nitrogen berakibat :
•    Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah dan vegetatif
•    Kurang menghasilkan biji dan biji-bijian
•    Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian
•    Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan sulit diserap tanaman.
•    Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.
II. 1. Unsur Hara Makro        : Fosfor (P)
    2. Nama Pupuk                 : TSP, SP 36, CIRP, Pospat Alam
    3. Fungsi Fosfor                : 
•    Mempercepat Pertumbuhan akar semai
•    Memperkuat batang tubuh tanaman
•    Mempercepat proses pembungaan, pemasakan buah dan biji-bijian
•    Meningkatkan produksi buah dan biji-bijian
    4. Sumber - sumber Fosfor (P) :
•    Bahan organik, pupuk kandang, dan lainnya
•    Bahan tambang mineral alami seperti CIRP
•    Pupuk buatan pabrik seperti TSP, SP 36 dll.
    5. Gejala kekurangan Fosfor :
•    Daun berubah berwarna tua atau tampak mengkilap kemerahan
•    Tepi Daun, cabang dan batang berwarna merah ungu, lalu berubah menjadi kuning, buah kecil, pematangan buah lambat
•    Perkembangan bentuk dan warna buah jelek, biji berkembang tidak normal, akar lambat berkembang
III. 1. Unsur Hara Makro      : Kalium (K)
     2. Nama pupuk                : KCL, ZK, Kalium Majemuk dll.
     3. Fungsi Kalium             :
•    Pembentukan protein dan karbohidrat
•    Membantu membuka dan menutup stomata
•    Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan serangan hama
•    memperluas pertumbuhan akar tanaman
•    Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan)
•    Memperbaiki ukuran dan kwalitas buah pada masa generatif dan menambah rasa manis/enak pada buah
•    Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah rontok.
     4. Gejala kekurangan Kalium :
•    Daun terlihat lebih tua, mengerut keriting dan timbul bercak-bercak merah coklat lalu kering dan mati
•    Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek dan tidak tahan simpan (cepat busuk)
•    Kematangan buah terhambat, ukuran kecil dan mudah rontok
•    Batang dan cabang lemah mudah rebah
•    Biji buah menjadi kempes mengkerut
IV. 1. Unsur hara makro      : Sulfur (S)
      2. Nama pupuk               : Patentkali, Gypsum, elemental sulfur
      3. Fungsi Sulfur              :
•    Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas serta membantu pembentukan bintil akar tanaman
•    Pertumbuhan anakan pada tanaman
•    Berperan dalam pembentukan klorofil serta meningkatkan ketahanan terhadap jamur
•    Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain
       4. Gejala kekurangan sulfur :
•    Gejala kekurangan sulfur pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur nitrogen. misalnya daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning, tanaman kurus dan kerdil, perkembangannya lambat
       5. Sumber Sulfur :
•    Terutama sisa-sisa tanaman dan jasad renik , dimana zat belerang dari sisa-sisa tersebut baru terlepas bila telah ada pelapukan, khususnya dari zat proteinnya
•    Bahan mineral magnesium sulfat, belerang dan gypsum


V.1. Unsur hara makro      : Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO)
     2. Fungsi Kalsium (CaO) & Magnesium (MgO) :
•    Mengoreksi keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan tanaman, kolam dan tambak
•    Menetralisir kejenuhan zat - zat yang meracuni tanah, tanaman, kolam dan tambak bilamana zat tersebut berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe (zat besi), Cu (Tembaga)
•    Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat - zat hara yang sudah ada dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun pemberian pupuk lainnya seperti Urea, TSP dan Kcl
•    Menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Artinya dengan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang cukup unsur mikropun memadai
•    Memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi tanah sekaligus bermanfaat bagi mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi gembur, sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai bebas bergerak menghisap unsur hara dari tanah
•    Aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak, serta karbohidrat
•    Membantu translokasi pati dan distribusi phospor didalam tubuh tanaman
•    Unsur pembentuk warna daun (Klorofil), sehingga tercipta hijau daun yang sempurna
•    Kalsium dan magnesium yang diberikan pada tambak / kolam ikan adalah salah satu cara konvensional mempertinggi produktifitas kolam / tambak serta sebagai cara sanitasi untuk membersihkan kolam / tambak dari hama dan penyakit
    3. Gejala kekurangan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) :
•    Pada tanaman penghasil biji-bijian akan menghasilkan biji lemah, keriput, dan kempes tidak berisi
•    Kuncup bunga dan buah busuk dan akhirnya akan gugur
•    Matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar tanaman
•    Tepi daun muda mengalami klorosis lalu menjalar ketulang daun, kuncup tanaman atau tunas muda mati
•    Pada daun tua tampak bercak coklat, lalu menguning, mengering lalu mati
     4. Dampak dan kerugian kekurangan Kalsium dan Magnesium :
•    Kekurangan Kalsium dan Magnesium dalam tanah, menjadikan tanah bereaksi masam, mengakibatkan unsur hara lain seperti Phospor dan Kalium terikat sehingga tak terserap oleh tanaman dengan maksimal, pempukan yang diberikan kurang efektif dan tidak efisien. produktifitas tanaman menurun rendah dengan mutu hasil kurang baik. secara ekonomis merugikan karena pendapatan rendah.
•    Kekurangan Kalsium dan Magnesium akan menaikkan unsur Al (Alumunium), Fe (zat besi), Mn (mangan), Zn (sen) dan Cu (tembaga), unsur tersebut dalam jumlah berlebihan akan menjadi racun bagi tanah, mengganggu tanaman, kolam dan tambak
•    Denutrisi pada tanaman mengakibatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit menjadi rendah, tanaman mudah terserang hama dan penyakit, demikian pula dengan udang, ikan dan rumput laut yang berada pada tanah yang kekurangan Kalsium dan Magnesium

UNSUR HARA ESSENSIAL UNTUK PERKEMBANGAN TANAMAN

Unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman terdiri dari unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan unsur mikro (Zn, Cu, Mn, Mo, B, Fe, dan Cl). Secara umum semua unsur hara bersumber dari bebatuan induk tanah/mineral-mineral, kecuali unsur N yang berasal dari bahan organik (Harmsen 1977).
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Unsur-unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. Sembilan  unsur makro dan tujuh unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial.
Tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial: a. Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal. b. Unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokimia tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain. c. Peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung.
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan tanaman yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan beberapa contoh unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanaman (Cottenie 1983).
Pemupukan yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Padahal meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim.
Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH, N pada pH 5.5 – 8.5, P pada pH 5.5 – 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 – 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman (Darmawan 1982).
Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang unsur hara essensial untuk perkembangan tumbuhan guna untuk mengetahui unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan. Bahan tanaman yang digunakan  adalah jagung (Zea mays). Komposisi larutan yang digunakan untuk mengetahui unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan terbagi dua yaitu komposisi lengkap (FeEDTA dan FeCl3 ) dan komposisi defesiensi (Ca, S, Mg, K,N,P,Fe, Hara mikro, dan larutan tidak diketahui).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terlihat beberapa gejala yang terjadi pada tanaman jagung pada dua tipe komposisi. Gejala yang terlihat pada komposisi lengkap FeEDTA adalah daun menguning dan hampir mati dan komposisi lengkap FeCl3 adalah subur dan daun menguning. Gejala defisiensi yang terjadi pada komposisi defisiensi adalah Ca (mati) , S (masih tumbuh subur, daun-daun sedikit menguning), Mg (sebagian daun subur dan sebagian lagi daunnya menguning), K (sebagian daun subur, sebagian lagi daunnnya menguning dan kering), N (daun-daun sebagian menguning dan kering), P (daun-daun sebagian menguning, kering dan busuk), Fe (mati), hara mikro (daun tanaman masih sehat), tidak diketahui (daun tanaman masih subur). Nilai perhitungan kontrol komposisi defisiensi dalam praktikum ini melebihi dari kontrol komposisi lengkap. Hal ini disebabkan karena selama melakukan praktikum dalam kurun waktu satu bulan banyak terjadi kesalahan sehingga hasil penampakan yang diperlihatkan tanaman juga kurang baik. Kesalahan yang dominan dilakukan adalah tidak dilakukannya penyiraman secara teratur tiap hari selama kurun waktu sebulan sehingga perhitungan yang dilakukan melebihi dari kontrol komposisi lengkap. Selain itu kesalahan ini juga menyebabkan tumbuhan memperlihatkan gejala yang tidak sesuai literatur pada beberapa komposisi misalnya komposisi lengkap yang harusnya tumbuh subur tapi dalam praktikum ini tumbuh dengan daun menguning dan hampir mati.
Menurut Darmawan (1982) defisiensi N menunjukkan penguningan pada daun tua (klorosis), P menunjukkan daun yang menguning dan tumbuhan kerdil, K menunjukkan penguningan pada daun tua dan muda (nekrosis), S menunjukkan klorosis, Mg menunjukkan klorosis, Ca menunjukkan nekrosis, Fe menunjukkan klorosis. Literatur yang dinyatakan Darmawan (1982) ini hampir sama dengan yang terlihat pada praktikum ini. Unsur Ca dan Fe pada praktikum ini mengalami kematian yang disebabkan defisiensi ini mrupakan hal yang fatal karena Ca dan Fe tergolong unsur makro sehingga apabila mengalami defisiensi akan berakibat buruk bagi tumbuhan. Ca sangat dibutuhkan sebagai kofaktor oleh beberapa enzim yang terlibat dalam hidrolisis ATP dan fosfolipid. Sedangkan Fe  merupakan penyusun protein sitokrom dan nonheme yang terlibat dalam fotosintesis, fiksasi N2, dan respirasi (Darmawan 1982).
Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH, N pada pH 5.5 – 8.5, P pada pH 5.5 – 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 – 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah (Darmawan 1982). Hal ini hampir sesuai dengan hasil praktikum yaitu pH N (5-7), P (5-8), dan K (5-6) dan hara mikro pada pH 6. Keadaan pH yang tidak sesuai menyebabkan penyerapan unsur hara menjadi terhambat sehingga pertumbuhan tanaman pun menjadi kurang baik. Tanaman yang tumbuh pada larutan hara mikro tumbuh dengan baik karena berada pH yang sesuai. Larutan tidak diketahui juga tumbuh dengan baik. Setelah melihat dari data yang diperoleh diperkirakan larutan tidak duketahui ini memiliki komposisi defisiensi S. Hal ini terlihat dari nilai perhitungan yang tidak jauh berbeda, nilai pH yang sama (5-7) dan gejala defisiensi yang serupa (subur).
Simpulan
Unsur hara essensial (makro dan mikro) adalah faktor yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Komposisi FeEDTA dan FeCl3¬ adalah larutan yang memiliki komposisi unsur hara yang lengkap sehingga menurut literatur tanaman yang diberi perlakuan larutan ini tumbuh dengan baik. Namun dalam praktikum ini tidak sesuai literatur karena selama praktikum tidak dilakukannnya penyiraman teratur sehingga tanaman tumbuh tidak baik. Komposisi difiseiensi dalam praktikum ini tumbuh sesuai dengan literatur.
Daftar pustaka
Cottenie, A., 1983. Trace Elements In Agriculture and In The Environment [reports]. Belgium : Faculty of Agriculture State University of Ghent.
Darmawan  J, Bharsjah  J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.      Jakarta: Erlangga.
Harmsen, K., 1977. Behavior of Heavy Metals in Soils [reports]. Wageningen: Centre for Agricultural Publishing and Documentation.

PRINSIP DASAR BERTANI ORGANIK

Prinsip-prinsip ini adalah akar dari mana pertanian organik tumbuh dan berkembang. Mereka mengungkapkan bahwa pertanian organik kontribusi dapat membuat untuk dunia, dan sebuah visi untuk meningkatkan semua sektor pertanian dalam konteks global.
Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia karena semua orang perlu makan setiap hari. Sejarah, nilai-nilai budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian. Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk cara orang cenderung tanah, air, tanaman dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan mendistribusikan makanan dan barang lainnya. Mereka keprihatinan cara orang berinteraksi dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan bentuk warisan generasi mendatang.
Prinsip-prinsip Pertanian Organik berfungsi untuk mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Mereka memandu perkembangan IFOAM dari posisi, program dan standar. Selain itu, mereka disajikan dengan visi seluruh dunia adopsi mereka.
Pertanian organik didasarkan pada:

Prinsip kesehatan
Prinsip ekologi
Prinsip keadilan
Prinsip perawatan

Setiap prinsip diartikulasikan melalui pernyataan diikuti dengan penjelasan. Prinsip-prinsip ini harus digunakan secara keseluruhan. Mereka terdiri sebagai prinsip-prinsip etis yang mengilhami tindakan.

Prinsip kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, manusia hewan, dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem - tanah yang sehat menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan adalah keutuhan dan integritas sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi pemeliharaan fisik, mental, sosial dan ekologi kesejahteraan. Imunitas, ketahanan dan regenerasi adalah karakteristik kunci dari kesehatan.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi, atau konsumsi, adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil di tanah untuk manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas tinggi, makanan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan preventif dan kesejahteraan. Dalam pandangan ini harus menghindari penggunaan pupuk, pestisida, obat hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.

Prinsip ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem ekologi yang hidup dan siklus, bekerja dengan mereka, meniru mereka dan membantu mempertahankan mereka.
Prinsip ini akar pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Hal ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan yang dicapai melalui ekologi lingkungan produksi yang khusus. Sebagai contoh, dalam kasus tanaman ini adalah tanah yang hidup; bagi hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.
Pertanian organik, pastoral dan sistem panen liar harus sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik lokasi. Organik manajemen harus disesuaikan dengan kondisi lokal, ekologi, budaya dan skala. Input harus dikurangi dengan cara dipakai kembali, daur ulang dan manajemen yang efisien bahan dan energi dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya.
Pertanian organik harus mencapai keseimbangan ekologis melalui desain sistem pertanian, pembentukan habitat dan pemeliharaan keanekaragaman genetik dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, perdagangan, atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan manfaat lingkungan umum termasuk lanskap, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.

Prinsip keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan umum dan kesempatan hidup
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, menghormati, keadilan dan pelayanan dari dunia bersama, baik di antara orang-orang dan dalam hubungan mereka dengan makhluk hidup lainnya.
Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan manusia dengan cara yang menjamin keadilan di semua tingkat dan untuk semua pihak - petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan semua orang yang terlibat dengan kualitas hidup yang baik, dan berkontribusi untuk kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan kecukupan pasokan makanan berkualitas baik dan produk lainnya.
Prinsip ini menekankan bahwa ternak harus disediakan dengan kondisi dan kesempatan hidup yang sesuai dengan fisiologi mereka, perilaku alam dan kesejahteraan.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang secara sosial dan ekologis hanya dan harus diadakan di percaya untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka dan adil dan account untuk biaya lingkungan dan sosial yang nyata.

Prinsip perawatan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan internal dan eksternal dan kondisi. Praktisi pertanian organik dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas, tapi ini tidak harus berada di risiko membahayakan kesehatan dan kesejahteraan. Akibatnya, teknologi baru harus dinilai dan metode yang ada terakhir. Mengingat pemahaman yang tidak lengkap ekosistem dan pertanian, perawatan harus diambil.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab adalah hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Namun, pengetahuan ilmiah saja tidak cukup. Pengalaman praktis, kebijaksanaan terakumulasi dan tradisional dan pengetahuan asli menawarkan solusi yang valid, diuji oleh waktu. Pertanian organik harus mencegah risiko yang signifikan dengan mengadopsi teknologi tepat guna dan menolak yang tak terduga, seperti rekayasa genetika. Keputusan harus mencerminkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua yang mungkin terkena dampaknya, melalui proses yang transparan dan partisipatif.
© IFOAM 2009

Hal tsbt diatas standart batasan2 yg tdk boleh dilampaui dlm ber "organik " mau pakai pola budidaya semi organik/ organik monggo tdk masalah selama penguasaan tehnik budidaya benar2 dipahami, tdk memutus rantai ekologi, etc.......
Tdk spt yg dipahami spt sekarang ini bhw pola organik adalah pola pertanian yg " mengharuskan " pemakaian bahan2 yg serba " organik " untuk budidaya pertaniannya, indikasi organik sdh bisa di baca dr hsl produksi yg aman bg kesehatan dgn minimalisasi residu logam berat & racun yg terserap oleh tanaman. Berlandaskan pola pengertian ini, akan memunculkan pertanian organik dgn landasan utama “ bagaimana mengaplikasikan tehnologi yang bisa mereduksi residu logam berat yg terlarut dlm hasil panen? Bukan “ pola budidaya yg memanfaatkan bahan2 yg serba organik……
Yang perlu dipahami adalah apakah bhn2 dr kompos, kohe sdh menjamin tdk ada kandungan residu logamnya ?
Sbg ilustrasi :                                                                                                                                                          
Pupuk P mempunyai kandungan residu logam tertinggi Arsen ( 2-1200 ppm ), timah ( 40-2000 ppm ), seng ( 50-1450 ppm ), N : arsen ( 2,2-120 ppm ), ppk Kohe : timah ( 30-969 ppm ), seng ( 15-566 ppm ), K : timah ( 40-1200ppm ), seng ( 10-450ppm), Kompos : kromium ( 1,8-4110ppm ), tembaga ( 13-3580 ppm ), nikel ( 1,3-2240 ppm ), seng ( 82-5894ppm ).
Piye jal ?????
Yang paling baku dalam pola pertanian organik adalah penguasaan keilmuan & tehnologi dalam berbudidaya.

PENGGUNAAN BIOFUNGISIDA PADA USAHA PERKEBUNAN

PENGGUNAAN BIOFUNGISIDA PADA USAHA PERKEBUNAN
Sumber: Iptek Net Topik: Teknologi   Tags: Biofungisida, pengendalian jamur, Proteksi Bibit Tanaman, Proteksi Tanaman, Tindakan Kuratif
Biofungisida bentuk granula telah berhasil diproduksi oleh peneliti BPPT pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi, dikenal dengan nama Naturalindo. Fungsi dari biofungisida ini adalah untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah, yang pada umumnya menyerang sistem perakaran tanaman dan berakibat tanaman dapat mengalami hambatan dalam pertumbuhan hingga kematian.
Berbeda dengan jenis-jenis fungisida yang telah banyak beredar dan dikenal petani, maka produk biofungisida Naturalindo ini merupakan jenis fungisida yang ramah lingkungan. Sebagai bahan aktif dari produk ini adalah jenis jamur yang secara spesifik dapat mematikan jenis jamur lain yang bersifat patogen pada tanaman.
Naturalindo telah digunakan pada tanaman hortikultura seperti cabai, jagung, kedelai, kacang tanah dan sayur-mayur dengan hasil yang memuaskan. Untuk tanaman keras telah dicoba pada alpukat dengan hasil yang baik pula. Usaha serupa pada jenis tanaman buah-buahan lainnya sedang dilakukan, misalnya pada durian.
MEKANISME PENGENDALIAN
Mekanisme pengendalian jamur patogen oleh biofungisida Naturalindo secara alamiah dapat dikelompokkan menjadi 3 fenomena dasar, yaitu :
a.    Terjadinya kompetisi bahan makanan antara jamur patogen dengan bahan aktif biofungisida Naturalindo di dalam tanah. Adanya pertumbuhan yang berjalan begitu cepat dari jamur agensia aktif dari biofungisida Naturalindo ini akan mendesak pertumbuhan jamur patogen.
b.    Mikoparasitisme. Jamur agensia aktif biofungisida Naturalindo merupakan jamur yang mempunyai sifat mikoparasitik, artinya jamur Trichoderma tergolong dalam kelompok jamur yang menghambat pertumbuhan jamur lain melalui mekanisme parasitisme. Mekanisme yang terjadi adalah bahwa selama pertumbuhan jamur ini di tanah yang berjalan begitu cepat, jamur ini akan melilit hifa jamur patogen. Bersama dengan pelilitan hifa tersebut, dia mengeluarkan enzim yang mampu merombak dinding sel hifa jamur patogen, sehingga jamur patogen mati. Beberapa jenis enzim pelisis yang telah diketahui dihasilkan adalah enzim kitinase dan b -1,3 glucanase.
c.    Antibiosis. Ternyata agensia aktif biofungisida Naturalindo selain menghasilkan enzim pelisis dinding sel jamur juga menghasilkan senyawa antibiotik yang termasuk kelompok furanon dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen, diidentifikasikan dengan rumus kimia 3-(2-hydroxypropyl-4-2-hexadienyl ) -2-(5H)-furanon
Ketiga mekanisme ini berjalan secara simultan dan sekaligus.
KEUNGGULAN
Keunggulan biofungisida Naturalindo dibandingkan dengan jenis fungisida kimia sintetik adalah selain mampu mengendalikan jamur patogen di dalam tanah, ternyata juga dapat mendorong adanya fase revitalisasi tanaman. Revitalisasi ini terjadi karena adanya mekanisme interaksi antara tanaman dan agensia aktif Naturalindo dalam memacu hormon pertumbuhan tanaman.
KEUNTUNGAN
Minimal ada 2 hal pokok keuntungan penggunaan produk biofungisida Naturalindo, yaitu :
1. Biaya lingkungan.
Agensia aktif dari Biofungisida Naturalindo adalah jasad hidup yang berasal dari tanah. Saat aplikasi dikembalikan ke dalam habitatnya yaitu tanah, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Dengan demikian biaya lingkungan bisa dikatakan tidak ada, berbeda dengan fungisida kimiawi yang memberikan efek residu yang membahayakan lingkungan dan mahluk hidup lainnya.
2. Revitalisasi tanaman
Telah dikemukakan di depan bahwa biofungisida Naturalindo mempunyai efek ganda, karena adanya hormon tanaman yang dihasilkan selama proses aplikasi. Aplikasi biofungisida ini memberikan kelulusan hidup yang bermakna terhadap tanaman yang telah terserang penyakit busuk akar, karena kemampuan mendorong revitalisasi tanaman.
3. Keuntungan ekonomis
Dibandingkan dengan penggunaan fungisida kimia sintetik, aplikasi biofungisida Naturalindo jauh lebih murah dan menguntungkan terutama dalam upaya untuk pemeliharaan perkebunan.
TEKNIK APLIKASI
Cara aplikasi biofungisida Naturalindo tergantung pada maksud dan tujuannya. Namun secara umum, dengan menaburkan biofungisida bentuk granula ke dalam lubang tanam atau ditebarkan pada daerah sekitar perakaran tanaman yang telah digali, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Berikut ini diberikan contoh penggunaan pada tanaman alpukat.
1.    Proteksi Bibit Tanaman
Tindakan ini mempunyai tujuan untuk melindungi tanaman muda dari serangan jamur patogen tular tanah yang akan merusak sistem perakarannya. Dengan adanya proteksi ini diharapkan kelulusan hidup tanaman akan lebih tinggi. Untuk proteksi bibit dapat diberikan biofungisida Naturalindo granula dengan dosis 30 – 50 g/pohon.
2.    Proteksi Tanaman
Wabah penyakit busuk umumnya akan memuncak pada musim hujan. Untuk itu tindakan proteksi tanaman perlu dilakukan dengan dosis 50 g/pohon, diberikan pada awal musim penghujan sehingga pada waktu musim hujan penuh, diharapkan populasi jamur patogen dapat ditekan dan tidak sempat menyerang akar tanaman.
3.    Tindakan Kuratif
Tindakan kuratif dimaksudkan untuk mengendalikan jamur patogen yang telah menyerang tanaman. Penyerangan jamur patogen ini biasanya ditandai dengan sosok tanaman yang layu dengan sistem perakaran yang busuk dan dipenuhi hifa jamur patogen. Untuk tindakan kuratif dapat diberikan dosis 100 – 150 g/pohon.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa produk biofungisida “Naturalindo” dapat digunakan untuk mengatasi serangan jamur akar putih pada tanaman Alpukat melalui tahapan perlakuan : proteksi bibit, proteksi tanaman vegetatif dan tindakan kuratif (bila terjadi serangan penyakit).

Tabel 1. Perkiraan selisih biaya penggunaan Fungisida kimia sintetik dan Biofungisida Naturalindo untuk pemeliharaan tanaman Alpukat
Jenis Fungisida    Aplikasi /tahun    Biaya/pohon/tahun    Total biaya /tahun
(250 pohon)
Bayleton EC-250    3 kali    Rp .3600    Rp. 900.000.-
Biofungisida :
•    Proteksi (50 g/pohon)    2 kali    Rp. 500.-    Rp. 125.000.-
•    Kuratif (100 g/pohon)         Rp. 1.000.-    Rp. 250.000.-
Penghematan biaya    72.2%-86.1%


PENGOMPOSAN LIMBAH TEH

Bahan : -      limbah teh            : 1 ton.
-    Mkroorganisme   : 2 liter.
-    Dedak/bekatul     : 100 kg.
-    Air kelapa              : 60 lt.
-    Molase                   : 3 lt.
Kandungan limbah mentah ( sblm difermentasi ) : C-organik : 5,23 %, N : 0,11 %, P tersedia : 125 ppm, K-dd : 13,85 ppm, Mg : 1,119 ppm, c/n ratio : 47,54
Indikasi peningkatan kualitas kompos ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan hara ( makro/mikro ) & terjadinya proses penurunan nisbah C/N yang diimbangi penurunan kandungan C-organik & peningkatan kandungan N total dalam bahan kompos.
Kadar nisbah C/N pada saat proses pengomposan : hr ke 5 : 18,62, hari ke 10 : 15,61, hari ke 15 : 14,41, hari ke 20 : 12,81.
Kompos dianggap matang bila nisbah C/N dalam keadaan dibawah 20, sehingga jika diberikan ke dalam tanah sudah tidak menimbulkan immobilisasi N oleh mikroorganisme yang dapat mengakibatkan ketersediaan N bagi tanaman berkurang.
Penurunan C/N disebabkan senyawa karbon dalam bahan kompos digunakan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme perombak. Mikroorganisme heterotrop,  memperoleh energi untuk sintesis protoplasmanya dari oksidasi senyawa2 yang mengandung karbon dari material organik.
Populasi mikroorganisme pada saat proses dekomposisi aerobic akan berfluktuasi. Bakteri & cendawan mesofilik yang memproduksi asam muncul pada tahap awal pengomposan. Pada tahap selanjutnya diganti oleh bakteri actinomicetes & cendawan termofilik.
Penambahan decomposer dimaksudkan untuk meningkatkan proses perombakan selulosa sehingga akan mempercepat proses pengomposan. Mikroorganisme selulotik merupakan mikroorganisme zimogen / fermentative yang memerlukan substrat selulosa sebagai sumber energinya.
Proses pengomposan akan berpengaruh pada kecepatan dekomposisi & peningkatan ketersediaan unsure hara pada kompos ( makro & mikro ) sehingga unsur2 hara tersebut menjadi lebih tersedia bagi tanaman.
Pada awal sebelum di dekomposisi kandungan N pada limbah the 0,11% dengan pengomposan terjadi peningkatan unsure N total menjadi 0.26% ( hr ke 5 ), 0,29% ( hr ke 10 ), 0.30% ( hr ke 15 ), 0,33% ( hr ke 20 ) yang terkonversi dalam sel2 mikroorganisme.
Pengomposan juga meningkatkan kandungan K yaitu dari 13,85 ppm menjadi 25 – 31 ppm : 25,14 ppm ( hr ke 5 ), 27,15 ppm ( hr ke 10 ), 29,08 ppm ( hr ke 15 ), 31,16 ppm ( hr ke 20 ). Hal ini terjadi karena bertambahnya mikroorganisme perombak yang mengakibatkan kenaikan intensitas perombakan bahan2 resisten, akibatnya terjadi transformasi K-organik menjadi K-anorganik, unsure K disini tidak termasuk unsure structural sel tetapi berperan sebagai agen pengatur/ katalis.
Kandungan P awal : 125 ppm, pada proses pengomposan terjadi peningkatan Ptersedia menjadi : 137,41 ppm ( hr ke 5 ), 152,18 ppm ( hr ke 10 ), 173,48 ppm ( hr ke 15 ), 185,18 ppm ( hr ke 20 ).