Budidaya Kentang
PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L.)
adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat
dimakan dan disebut “kentang” pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah
satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari
Amerika Selatan.Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa
dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini
tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika,
tanaman ini pernah menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika
pada abad ke-19, di kala terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang
diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut ergot. Tanaman ini berasal dari
daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa
memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18. Sentra tanaman yang utama
adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali.
BIOLOGI
- Tanaman
kentang adalah salah satu tanaman budidaya tetraploid (2n = 4x = 40).
Asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana
sejak ribuan tahun silam.
- Tanaman
ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai
iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi.
- Bunga
kentang.Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan
diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga putih.
- Kentang
membentuk tuber di bawah permukaan tanah dan menjadi sarana perbanyakan
secara vegetatif. Dalam budidaya kentang, praktis perbanyakan dilakukan
melalui model ini, sehingga keragaman kentang di ladang sangatlah rendah
dan membuatnya rentan terhadap gangguan dari hama atau penyakit.
- Kentang
(Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur
pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena
hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara
90-180 hari.
- Dalam
dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Subdivisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Solanaceae
e) Genus : Solanum
f) Species : Solanun tuberosum L.
- Dari
tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar,
di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L
dan lain-lain. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah
kentang kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung .
- Manfaat Tanaman, Melihat kandungan
gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi
makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam
100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram,
karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe)
0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
- Daerah
dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk
membudidayakan kentang.
- Daerah
yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang.
- Lama
penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis
adalah 9-10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan
masa perkembangan umbi.
- Suhu
optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Pertumbuhan umbi akan
terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 derajat C dan lebih dari 30
derajat C.
- Kelembaban
yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90% dan ketinggian antara
1.000-3.000 m dpl.. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan
tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh
cendawan.
- Daerah
yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan,
dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar
antara 1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran
menengah (300-700 m dpl).
Media Tanam
- Secara
fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang
berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase
baik dan memiliki lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik
akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah.
- Tanah yang
memiliki sifat ini adalah tanah Andosol yang terbentuk di
pegunungan-pegunungan.
- Keadaan pH
tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0,
tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak
cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang
memiliki nilai pH sekitar 7.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Pembibitan
- Bibit
Tanaman kentang dapat berasal dari umbi, perbanyakan melalui stek batang
dan stek tunas daun.
- Umbi
bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang
cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi
baik, varitas unggul.
- Umbi
disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik
(kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6
bulan pada suhu 25 derajat C.
- Pilih umbi
berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi
keempat saja.
- Setelah
tunas + 2 cm, siap ditanam.
- Bila bibit
membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram
dengan 3-5 mata tunas.
- Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan
pembelahan.
- Pemotongan
umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada.
- Sebelum
tanam umbi direndam dulu menggunakan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air &
WT Zpt dosis 10 ml/ltr air selama 1-3 jam.
- Stek
Batang dan stek tunas tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan
waktu lebih lama.
- Bahan
tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam pot.
- Pengambilan
stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan dengan
tinggi 25-30 cm.
- Stek
disemaikan di persemaian. Apabila bibit menggunakan hasil stek batang atau
tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat dan baik pertumbuhannya.
B. Pengolahan Media Tanam
- Lahan
dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan
pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu
sebelum dibuat bedengan.
- Pada lahan
datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar
memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah
bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi
- Buat
bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman),
tinggi 30 cm dan dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar
bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam.
- Di
sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan
lebar 50 cm
- Semprotkan
POC
Warung Tani dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis
10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata
dipermukaan bedengan. Diamkan lahan selama 2-3 hari.
C. Teknik Penanaman
1. Pemupukan Dasar
- Pupuk
dasar organik berupa kotoran ayam fermentasi 1ton/ha, kotoran kambing
fermentasi sebanyak 1 ton/ha atau kotoran sapi fermentasi 3 ton/ha
diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam,
dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
- Pupuk
anorganik/sintetis berupa urea (50
kg/ha), SP 36 (50 kg/ha), dan KCl (35 kg/ha).
- Siramkan
POC
Warung Tani I dosis 10
ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air secara merata dipermukaan bedengan.
2. Cara Penanaman
·
Bibit
yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha
dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram.
·
Jarak
tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain 70
x 30 cm.
·
Waktu
tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni,
·
Jika
lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim
kemarau. Jangan menanam dimusim hujan.
·
Penanaman
dilakukan dipagi/sore hari.
·
Lubang
tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm.
·
Bibit
dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar
umbi.
·
Siramkan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10
ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata dipermukaan
bedengan.
·
Bibit
akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
·
Mulsa
jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.
3. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
- Untuk
mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman
dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
- Bibit
sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan
bibit produksi.
- Penyulaman
dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan
ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama.
Penyiangan
·
Lakukan penyiangan secara kontinyu
dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan
penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman.
·
Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis
yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah
terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk
pembentukan umbi dan pembungaan.
Pemupukan Susulan
-
21 hst : Urea
(100kg/ha) SP36 (100kg/ha) KCl (75kg/ha)
-
45 hst : Urea (50
kg/ha) Sp36 (- kg/ha) KCl (50kg/ha)
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
- POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr
air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air diberikan secara
periodik 5 – 7 hr sekali mulai umur
1 s/d 4 minggu.
- POC Warung Tani II dosis 10 ml/ltr
air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air diberikan secara
periodik 5 – 7 hr sekali mulai umur
5 s/d 10/11 minggu.
D. Pengairan
- Tanaman
kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan
secara rutin tetapi tidak berlebihan.
- Pemberian
air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut
pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman
kentang.
- Pengairan
dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan
sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).
E. Hama dan Penyakit
1. Hama
- Ulat grayak (Spodoptera
litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1)
memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan POC
Warung
Tani I dosis 10 ml/ltr air dan sanitasi lingkungan.Pengendalian :
dengan penyemprotan WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, WT Ajuvant dosis 2
ml/ltr air.
- Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap
cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian:
memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, WT Ajuvant dosis 2
ml/ltr air .
- Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di
kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka
terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran WT Bvr dosis 10 ml/
ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
- Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang
bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian
: Pengocoran WT Bvr dosis 10
ml/ ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
- Hama trip ( Thrips tabaci ).
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah
menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung
daun yang masih muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang
terserang; (2). Pengocoran WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
2. Penyakit
- Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil
berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi
coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan
sporangium dan daun membusuk /mati. Pengendalian: sanitasi kebun.
Pencegahan dengan penggunaan WT Bakterisida dosis 10
ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr
air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang
panen.
- Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda
pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning.
Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan
WT Bakterisida
dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr
air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang
panen.
- Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan
menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah
terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan
umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan
penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan penggunaan WT
Bakterisida
dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr
air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang
panen.
- Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman
layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi
masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis.
Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan
pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan WT Bakterisida
dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr
air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang
panen.
- Penyakit bercak kering (Early
Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan
berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak
teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi
berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian:
pergiliran tanaman. Pencegahan : dengan penggunaan WT Bakterisida
dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr
air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang
panen.
- Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan
daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada
daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4)
Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM)
menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik
lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat
dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan
jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu
daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna
dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk
mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam
bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman
sakit, mengendalikan vektor dengan WT Bvr dosis 10 ml/ ltr
air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air dan melakukan
pergiliran tanaman.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan
pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan.
F. Panen & Pasca Panen
1.Panen
Ciri
dan Umur Panen
- Umur
panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung
varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari;
varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
- Secara
fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna
kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman
telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat
sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok
dengan jari.
Cara
Panen
- Waktu
memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan
dilakukan pada saat hari cerah.
- Cara
memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi
kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah.
- Setelah
itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh.
- Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
Prakiraan
Produksi
- Granola/Atlantis:
produksi 35-40 ton/ha.
- Red
Pontiac: produksi 15 ton/ha.
- Desiree:
produksi 18 ton/ha.
- DTO:
produksi 20 ton/ha.
- Klon
no. 17: produksi 30-40 ton/ha.
- Klon
no. 08: produksi 25-30 ton/ha.
2.
Pascapanen
Penyortiran dan Pengolongan
- Umbi
yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena
penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang
sehat.
- Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi
(tergantung varitas).
Penyimpanan
- Simpan
umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi,
- Sebaiknya
ruangan tempat penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri.
- Simpan
di tempat yang tertutup dan berventilasi.
Pengemasan
dan Pengangkutan
- Alat
pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan.
- Pengemas harus berventilasi dan di bagian
dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan.
Pembersihan
- Petani
konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi.
- Untuk
memasarkan kentang di pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus
dibersihkan terlebih dulu.
- Bersihkan umbi dari segala kotoran yang
menempel dengan lap.
- Lakukan perlahan-lahan jangan sampai
menimbulkan lecet-lecet.
- Selain
itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak
terlalu deras kemudian dikeringanginkan.
- Umbi
yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik
konsumen.
G.
STANDAR PRODUKSI
- Standar
ini meliputi klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
pengujian contoh, syarat penandaan dan pengemasan.
- Kentang
yang segar adalah umbi batang dari tanaman kentang dalam keadaan utuh
bersih dan segar, sesuai dengan SNI-01-3175-1992
- Menurut
ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam:
a) Kecil: 50 gram kebawah.
b) Sedang: 51-100 gram.
c) Besar: 101-300 gram.
d) Sangat besar: 301 gram ke atas.
- Menurut
jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I
dan mutu II.
a) Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
b) Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Kerataan permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.
d) Kadar kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.
e) Kentang cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
f) Ketuaan kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk mendapatkan hasil kentang yang
sesuai dengan standar maka dilakukan pengujian Yang meliputi:
- Penentuan
keseragaman ukuran kentang.
§
Timbang
seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan.
§
Pisahkan
butir-butir yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan
timbanglah semuanya.
§
Bila presentase berat butir yang
diatas/dibawah ukuran berat masing-masing sama/kurang dari 5% maka contoh
dianggap seragam.
- Penentuan
kerataan permukaan kentang
§
Timbang
seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam
cuplikan.
§
Pisahkan
butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm sama/kurang dari
10% jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan rata.
§
Timbanglah
sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah
yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah ke dalam sebuah bak kayu yang
disediakan khusus untuk itu.
§
Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat
masing-masing.
- Penentuan
cacat pada kentang segar
§
Timbang
seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat.
§
Pisahkan
butir-butir yang cacat dan timbanglah semuanya.
§
Bila
presentase berat butir-butir yang cacat sama/kurang dari 50%, maka cuplikan
dianggap Mutu I dan bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan dianggap Mutu II.
- Penentuan
ketuaan pada kentang segar
§
Timbanglah
seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua.
§
Pisahkan
butir yang tua/cukup tua dan timbanglah semuanya.
Bila presentase berat butir contoh yang kulitnya
mengelupas beratnya lebih dari ¼ bagian permukaannya sama/kurang dari 5%, maka
cuplikan dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka cuplikan dianggap
cukup tua.