Sabtu, 31 Desember 2011

Sabut Kelapa


Bila air buah kelapa dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan baku pada pembuatan bio starter alami seperti yang sudah pernah   diuraikan pada berbagai artikel sebelumnya.

Tahukah kalau sabut kelapa pun dapat dimanfaatkan sebagai media tanam terkait budidaya tanaman hias, pertanian dan perkebunan? Semoga informasi berikut ini dapat memberikan manfaat: Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut).

Pertanyaan berikutnya adalah mengapa sabut kelapa sangatlah baik dipergunakan sebagai media tanam? Adapun cocopeat bisa dipergunakan sebagai media semai dan untuk stek tanaman. Semoga informasi berikut dapat memberikan manfaat: Pemanfaatan sabut kelapa lain yang tidak kalah menarik adalah sebagai cocopeat yaitu sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa. Coco peat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga coco peat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanaman sistem hidroponik.

Sulitkah mengolah sabut kelapa menjadi cocopeat?
Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan setiap beberapa hari air rendaman di ganti. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6, pada kondisi itu tanaman optimal menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih. ‘Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat menyebabkan busuk akar,’  Oleh sebab itu, ia mencampur cocopeat dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir atau arang sekam. Creswell menyarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan dalam sistem hidroponik. Menurut Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor pada cocopeat cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan tanaman umumnya menghendaki kondisi netral. Sydney Environmental and Soil Laboratory, Australia, mensyaratkan kadar klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh sebab itu, pencucian bahan baku cocopeat sangat penting. Sekadar berjaga-jaga, setiap kali membeli cocopeat yang sudah jadi, sebaiknya merendamnya hingga dua atau tiga hari. Air rendaman diganti setiap hari. Karena khawatir masih mengandung tanin atau zat-zat racun lainnya. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin. Produsen biasanya mencantumkan spesifikasi produk seperti porositas, kelembapan, water hold capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric conductivity (EC), indeks kadar racun, kandungan mineral, dan cara penggunaannya pada kemasan atau brosur.

Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah berpasir hasil tanam pun menabjubkan. Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan, perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan serbuk gergaji meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari ada pada cocopeat, tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6 bulan saja berbeda dengan cocopeat yang netral dan tahan lama.

Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi.

Sebagai penutup: Cocopeat merupakan serabut kelapa yang sudah disterilisasi . Cocopeat bersifat menyimpan air. Dengan menggunakan cocopeat penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang. Penyiraman dilakukan setelah media kering.Perlakuan cocopeat sebelum digunakan sebagai media tanam untuk anggrek.Serabut kelapa mengandung zat tanin, atau zat anti gizi. Adanya zat tanin ditandai dengan keluarnya warna merah bata saat serabut kelapa direndam dalam air. Sebelum digunakan rendam selama sehari atau direbus terlebih dahulu sampai warna merah yang keluar benar-benar berkurang.

Membuat Pupuk Organik Cair – Berbasis Ikan


Khasiat:
1.    Menambah unsur hara/nutrisi bagi tanaman
2.    Meningkatkan nafsu makan dan metabolisme ternak ruminansia dan juga ikan air tawar
Bahan
Ikan rucah segar sebanyak 5 kg
Air 10 liter
Tomat busuk  1kg
Gula jawa/nira/aren 250 gram dicairkan

Peralatan:
Panci atau periuk kapasitas 20 liter
Jerigen kapasitas 5 liter sebanyak 4 buah atau bisa jerigen kapasitas 25 liter 1 buah
pH meter  1 buah

Cara membuatnya:
1. Ikan dicuci bersih, air direbus sampai mendidih, kemudian masukan ikan biarkan sampai setengah matang. Angkat lalu didinginkan, setelah itu ikan di press. Tampung airnya bersama air rebusan tadi.
2.   Setelah benar-benar dingin lalu di saring dengan kain halus dan diukur pHnya. Netralkan pH dgn memasukkan parutan tomat busuk yg telah disaring sampai menjadi pH netral (pH 7).
3.    Masukkan 250 gram gula jawa ke dalam larutan tersebut, aduk-aduk sampai gula mencair/terlarut semua. Siapkan jerigen yang sudah dicuci bersih dan yakinkan bahwa tidak ada unsur kimia yang dapat merusak adonan  (sabun/larutan antiseptic dan sejenisnya). Masukkan larutan ke dalam jerigen dan tutup rapat-rapat.
4.    Simpan ke dalam almari es pastikan suhunya antara 16-18 derajat celcius, atau diamkan pada tempat yang teduh dan sejuk terhindar dari sinar matahari langsung dan hujan. Biarkan selama 12-15 hari. Periksa jerigen jika menggelembung segera buka kendorkan tutup agar gas dapat keluar dan tutup kembali rapat-rapat.
5.    Jika proses berjalan lancar maka larutan akan akan beraroma khas segar alami, tidak amis/busuk, dan jadilah Pupuk Organik Cair multiguna. Mohon diperhatikan bahwa perubahan suhu yang drastis pada saat fermentasi dapat merusak kultur bakteri tersebut.

Cara Aplikasi:
1.    untuk Tanaman:, ambil 2-4 cc POC larutkan dalam 1 liter air siramkan/semprotkan pada tanaman, ulangi setiap 7-10 hari sekali.
2.     untuk  Ternak ruminansia (sapi/kerbau/kambing dan sejenisnya): ambil 2 cc POC larutkan dalam 1 liter air minumkan pada ternak ulangi setiap 2-3 hari sekali.
3.    untuk ikan di aquarium 5-10 cc  POC dalam 1 m3 air (1000 liter)

Membuat Pupuk Organik Jerami di Sawah!


Prinsip Bertani untung adalah penghematan biaya produksi, jika hemat biaya produksi tetap - untung, jika produksi naik - semakin untung.
Dengan selalu menggunakan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Semoga Para Sahabat Petani sudi memahami dan menghayati prinsip ini.
Salam lestari

Merugi..! Membakar Jerami di Sawah!
Jika jerami tidak diberikan untuk pakan ternak, dan atau dijual, janganlah dibakar! Dibanding keuntungannya, membakar jerami di sawah mempunyai kerugian dan dampak negatif bagi lahan dan ekosistem.

Pembakaran jerami, disadari atau tidak merugikan petani karena:
1. menimbulkan pencemaran udara serta berakibat pd penipisan lapisan ozon pelindung bumi
2. mengurangi ketersediaan bahan organik dalam tanah
3. mempercepat proses tanah/lahan menjadi kritis/tandus/sakit/tidak subur
3. pemakaian pupuk menjadi boros
3. membunuh mikroba tanah yg menguntungkan yg berada dilapisan olah tanah/top soil
4. menghilangkan potensi unsur hara makro & mikro yang bisa dipasok melalui jerami (N, P, K, Si dll)

Potensi panen jerami adalah 1,4 kali dari hasil panen padi (Kim & Dale - 2004), sehingga jika panen padi 8 ton gabah akan diperoleh jerami sebanyak 11,2 ton jika setahun panen padi dua kali potensi jerami ada 22,4 ton, jika selama 10 tahun, 2.240 ton jerami, wow, fantastis!

Kandungan unsur hara jerami (belum dikomposting) di Indonesia rerata adalah berkisar N 0.4%; P 0.02%; K 1,4%; dan Si 5,6% dan unsur hara lainnya.
Hasil analisis laboratorium terhadap kompos jerami (jerami yang sudah dikomposting) yang dibuat dengan menggunakan berbagai bioactivator berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat pembuatannya. Namun demikian umumnya perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Data berikut adalah salah satu dari hasil analisis kompos jerami dengan penggunaan bioactivator "PROMI" dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, dari mas Isroi.
- Rasio C/N: 21; C-Organik: 35,11%; Nitrogen (N): 1,86%; Fosfor (P2O5): 0,21%; Kalium (K2O): 5,35%; Kalsium (Ca): 4,2%; Magnesium (Mg): 0,5%; Tembaga (Cu): 20 ppm; Mangan (Mn): 684 ppm; Zing (Zn): 144 ppm.
dari hasil analisis tersebut jika terdapat satu ton pupuk jerami/kompos jerami padi maka akan memiliki kandungan hara setara dengan kurang lebih 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl.

Membuat Kompos Jerami/Pupuk Organik Jerami
Berikut kiat mengomposkan jerami di lahan sawah petani dalam waktu 2-3 minggu tanpa proses penutupan "Terpal/plastik" dan tanpa "pembalikan":
1. siapkan activator "ragi kompos", buat larutan activator dalam ember.
2. kumpulkan jerami padi di pinggir lahan atau tengah lahan (mana yang paling mudah), tumpuk setinggi 10-15cm, padatkan dgn cara diinjak2, siram dengan larutan bio-activator sampai basah/lembab. Ulangi langkah tersebut sampai bahan jerami habis.
3. ukuran petakan dari tumpukan jerami panjang dan lebarnya bebas, namun tinggi tumpukan HARUS diusahakan minimum 80cm (agar diperoleh energi panas untuk proses deomposisi).
4. Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan tanah dari lahan tsb (seperti plesteran semen). Tipis saja tidak perlu tebal-tebal selain sebagai pemberat agar tumpukan tidak kabur tertiup angin, juga mampu mempertahankan kelembaban tumpukan tetap stabil. Keliling tumpukan tidak perlu diplester. Pertimbangan lain jika ditutup dengan terpal (takutnya terpalnya hilang!)
5. Amati proses pengomposan 5 hari sekali, SELALU USAHAKAN agar kondisi tumpukan LEMBAB, jika agak kering siram/percikan dengan air biasa secukupnya.
Jika kelembaban terjaga maka dalam waktu 2 minggu tinggi tumpukan akan menyusut 50% (separonya), dan jerami telah menjadi kompos dgn ciri coklat kehitaman, lunak, siap disebarkan merata ke lahan.

Kiat ini telah kami berikan pada teman-teman petani di wilayah DIY, Jateng. salam
Perlu diketahui dari pengalaman di lapangan bahwa proses pembuatan jerami dari bahan sebanyak 1 ton ternyata hanya menghasilkan 500-600 kg (terjadi penyusutan sekitar 40-50%).

Pupuk organik/kompos jerami meskipun mengandung unsur hara lengkap (makro & mikro) namun memang ketersediaannya relatif kecil, meskipun demikian hal yg lebih penting dari penyediaan pupuk organik/kompos jerami adalah peranannya dalam menghasilkan asam-asam  organik yang dihasilkan dari aktivitas mikroba pengurai. Oleh karena itu alangkah baiknya untuk terus menganjurkan memberikan bahan organik (matang) ke lahan oleh para petani, karena sebetulnya jika kandungan bahan organik pada lahan bisa 5% tanah sudah hidup dan subur.

Beberapa Kendala-kendala
Budihardjo Soegiarto: Saya pernah tanya ke petani di jalur pantura Jabar, kenapa mereka sering membakar jerami koq ga dikembalikan ke sawah. Jawabannya mereka mengejar waktu tanam, kalo jerami dikembalikan ke sawah nanti ngolah tanahnya berat karena jeraminya belum hancur waktu pembajakan akan dimulai. Di jalur pantura ini ada pembagian waktu pengairan sehingga jadwalnya cukup ketat, kalo kita telat ya bisa pada masa akhir akan kekeringan. Di sini juga budaya ternak tidak seperti di Jawa Tengah belum banyak, sehingga jerami ga laku kalo dijual untuk pakan. Kalo dibakar, mereka cepet ngolah tanah mengejar waktu tanam tetapi masih bisa mengembalikan unsur K ke tanaman. Jadi rasanya ga semua petani yaang bakar jerami ga ngerti pentingnya pengembalian jerami ke sawah, adakah teknologi pengomposan yang sangat cepat yang bisa menggugaah petani untuk mengembalikan jeraminya ke sawah. Teknologi pengomposan yang didemonstrasikan ke petani memang bisa mempercepat pengomposan tetapi masih relatif lama kalo mau mengejar waktu tanam. Kalo setelah padi padi kemudian tanam kedelai,mereka menutup lobang kedelai dengan abu jerami tersebut katanya untuk mempertahankan kelembaban tanah agar benih tumbuh baik, kenyataanya benih yang ditutup abu jerami itu tumbuhnya lebih baik. sekedar informasi yang saya dapat yang mungkin bisa menambah wawsan kita
Yang diajarkan ke petani selain ditutup terpal juga mesti dibalik balik Mas, jadi kalo skalnya untuk jerami satu hektar mereka merasa repot membalikknya bahkan ada yg ngajari jerinya di cacah, komentar petaninya kapan nyacahnya, dah tolong dibuat komposnya nanti tak beli aja komposnya, eh yang ngaajarin/demo ga menimpali

“ kita memang harus memahami posisi petani yang karena telah dirasuki "budaya instan" membuat para petani selesai panen tergopoh-gopoh untuk segera mengolah lahannya untuk ditanami kembali. Beberapa kasus malah menjelang panen para petani sudah membuat persemaian padi, sehingga lahan memang tidak ada kesempatan untuk istirahat. Peluang membuat kompos dari bahan jerami untuk saat ini memang mensyaratkan agar ada jeda lahan (masa istirahat) selama minimum 3-4 minggu. Jika alokasi waktu istirahat sangat pendek misal 1-2 minggu, nyaris sangat sulit untuk mengajak petani mengomposkan jerami pada lahan, meskipun dengan teknik sederhana, tidak perlu menggunakan metode "penutupan dan pembalikan bahan"

11 Hal, Tentang Tape Jerami (Jerami Fermentasi)


1• Jerami  Padi Bisa untuk Pakan Sapi ?
Bisa! Selama ini jerami padi sudah dimanfaatkan sebagai pakan sapi, tetapi bukan sebagai pakan utama melainkan hanya sebagai selingan ketika rumput/hijauan tidak tersedia. Sebenarnya jerami padi sangat memungkinkan dimanfaatkan sebagai pakan sapi untuk menggantikan rumput. Namun jerami padi bergizi rendah (hanya mengandung protein 2-3% saja) serta sedikit vitamin dan mineral. Selain itu jerami padi sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya yang sangat tinggi. Tidak heran bila banyak peternak yang belum memanfaatkan jerami padinya untuk pakan ternak. Padahal jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan utama sapi  pengganti hijauan dengan cara diolah menggunakan teknologi sederhana.

2 • Jadi Jerami Padi dapat Ditingkatkan Kualitasnya ?
Ya, dengan mengolahnya menjadi Tape Jerami, jerami padi yang diolah menjadi Tape Jerami akan mempunyai kandungan protein lebih tinggi dari jerami biasa (sekitar 7 - 9%), lebih mudah dicerna, beraroma harum karamel dan lebih higienis.

3 • Bagaimana Caranya ?  
Sangat mudah, praktis, ekonomis dan murah, hanya memerlukan waktu 7–10 hari dan siapapun dapat melakukannya.

4 • Apa Bahannya dan Berapa Ukurannya  ?  
a.    Satu ton jerami padi kering/basah (sekitar 3 colt),  yang paling baik tidak kering dan tidak basah = “magel”.
b.    1 botol bioactivator "Ragi Tape Jerami"
c.    1 kg molasse/tetes tebu (bisa digantikan dengan 500 gr gula jawa/gula aren)
d.    air secukupnya
Jika jeraminya basah tidak perlu menambah air, jika jeraminya kering, air yang dibutuhkan antara 300 – 400 liter atau diperkirakan nantinya jerami mengandung air berkisar 50-60%.

5 • Bagaimana Mengolahnya ?
1.    Cari tempat yang berlantai tanah dan kalau bisa teduh (tidak terkena panas dan hujan).
2.    Tumpuk jerami padi setebal 20 cm padatkan dengan cara diinjak-injak.
3.    Campur Ragi Tape Jerami dengan mollase dan air. Siramkan ke seluruh permukaan jerami  agar merata (jika jerami sudah basah, tidak perlu disiram dengan air, cukup dipercik-percikan dgn larutan ragi tape jerami + mollase).
4.    Tumpuk lagi dengan jerami setinggi 20 cm, padatkan.
5.    Ulangi lagi sesuai langkah (3) hingga jerami habis.
6.    Bagian paling atas sebaiknya ditutup dengan plastik atau jerami kering. Dan biarkan selama 7-10 hari.
7.    Pada hari ke 7 periksa aroma (bau) yang timbul pada tumpukan jerami. Jika aroma jerami sudah berubah beraroma harum (karamel atau tape) dan serat-serat jerami sudah lunak (periksa dengan cara pegang dan remas-remas), serta tumpukan dalam jerami sudah mengeluarkan jamur berwarna putih dan kuning, maka proses pembuatan Tape Jerami sudah selesai. Jika belum proses dapat dilanjutkan sampai maksimum 10 hari.

6 • Bagaimana Cara Memberikannya  ?  
Ambil Tape Jerami secukupnya (1 ekor sapi dewasa cukup 10 kg/hari), angin-anginkan terlebih dahulu sekitar 5 menit, baru berikan kepada sapi. Sebaiknya pemberian dibagi dua atau tiga kali dalam sehari, yakni pagi, setelah diberi konsentrat, siang hari, dan malam hari.

7 • Apakah Setiap Sapi Mau Makan Tape Jerami  ?  
Mau ! Jika sapi peternak ternyata tidak mau, maka harus dilatih terlebih dahulu. Caranya: puasakan sapi sepanjang pagi-siang (hanya diberi minum secukupnya dan konsentrat sedikit saja) kemudian pada malam harinya sediakan Tape Jerami. Insya Allah sapi peternak segera mau makan Tape Jerami.Pemberian sebaiknya jangan dicampur dgn rumput segar/hijauan laiinya, setelah terbiasa bisa dicampur.

8 • Tape Jerami  dapat Disimpan ?   
Ya! Tape jerami dapat disimpan sampai satu tahun. Caranya: setelah jadi, bongkar dan angin-anginkan sampai kering, kemudian diikat kembali atau bila perlu dipres agar dapat  lebih padat dan mudah diatur. Jadi saat musim hujan tiba. Hijauan rumput tersedia banyak dan jerami padi juga panen dalam jumlah besar. Maka buatlah Tape Jerami sebanyak-banyaknya untuk disimpan dan digunakan pada musim kemarau. Maka tentunya, meskipun peternak punya banyak ternak sapi, para peternak  tidak perlu kebingunan atau stress mencari rumput atau menjual ternak hanya untuk membeli hijauan.

9 • Apakah Cukup dengan Tape Jerami  ?  
Untuk kebutuhan hijauan, sudah cukup! Jadi tidak perlu lagi ditambah dengan rumput atau hijauan yang lain. Jika peternak memelihara 12 ekor sapi maka harus disediakan 120 kg Tape Jerami per hari atau 3.600 kg (2 truk) per bulan. Peternak cukup membuat sebulan sekali saja. Dengan demikian tidak perlu mencari rumput untuk pakan ternak sapi setiap harinya, dan waktu luang peternak menjadi lebih banyak sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif lainnya (tukang kayu, bisnis, dagang dlsb).

10 • Apakah Perlu Pakan Tambahan lain ?  
Ya! Sapi kita tetap memerlukan pakan tambahan untuk mencukupi kebutuhan sesuai dgn tujuan pemeliharaan. Kita harus menyediakan konsentrat minimum 2,5% dari bobot badan. Konsentrat dapat berupa konsentrat jadi atau meramu sendiri seperti ampas tahu, bekatul, bungkil kedela, dan lain-lain. Jangan lupa agar sapi lebih lahap makannya, pencernaannya semakin optimum, daya tahan lebih tinggi terhadap serangan penyakit dan cuaca ekstrim, serta berpenampilan lebih baik (kulit berminyak, bulu lembut, mata cerah berseri) tambahkan Jamu Ternak/probiotik. Jangan lupa sediakan air minum sebanyak 40 – 60 liter setiap hari agar metabolisme ternak semakin lancar.

11 • Apakah Sudah Selesai ?  
Ya Sudah! Namun hal pertama dan yang lebih utama  dalam berternak adalah keyakinan yang meraga sukma bahwa yang kita kelola adalah mahluk hidup (yang mempunyai nyawa) yang kesemuanya adalah milik Sang Pencipta, oleh karena itu buatlah Ternak kita merasa bahagia sehingga akan memberikan hasil yang baik bagi pemiliknya, keseluruhan proses tersebut dibingkai dalam niat semata-mata ibadah kepada Sang Pencipta yang dinyatakan lahir maupun batin.

PEMBUATAN PROBIOTIK PRAKTIS


Seperti kita ketahui bahwa probiotik tidak dapat di lepaskan dari dunia pertanian, peternakan dan perikanan. Sebenarnya sejak dulu sudah di lakukan perbanyakan namun sangat di sayangkan beberapa teknokrat dan pedagang membatasi kepada kalangannya sendiri. Petani hanya sebatas pengguna saja tanpa di beri akses utk mengetahui bagaimana pembuatan dan perbanyakan probiotik itu sendiri. Barulah pada awal abad ke-21 ini beberapa orang yang berniat untuk menyebar luaskan apa dan bagaimana pembuatan probiotik dan perbanyakannya dilakukan.
Salah seorang dari orang yg berpihak kepada petani itu adalah Suhu dari Kaki Gunung Madu di Lampung yaitu Laksosno Adi Muladi melalui LAM Community Development menyebarluaskan melalui APLESI dan kini sudah sampai ke negeri seberang sana.
Untuk itu kami sangat berterima kasih sekali kepada Bp.Laksosno Adi Muladi dan untuk itu saya mengutip apa yang beliau lakukan untuk kita semua.

Sudah lebih dari 20 tahun probiotik di gunakan dalam kehidupan manusia termasuk apa yang di sebutkan Bp Laksoso Adi Muladi seperti di buku silat Kho Ping Hoo yaitu : ujar-ujar orang tua bahwa ilmu dibagi akan semakin bertambah, tentunya apabila kita lakukan dengan jujur dan ikhlas karena Allah swt. Sebenarnya perbanyakan prebiotik itu dapat dilakukan di rumah kita sendiri tanpa harus mendapatkan perlakuan khusus yg berlebihan. Tetapi kita harus melakukannya sesuai ketentuan atau sifat dari probiotik itu sendiri.

Prebiotik dapat di gunakan untuk berbagai keperluan di kehidupan manusia seperti : 1.Pupuk Organik pada tanahnah perkebunan dan pertanian. 2.Dekomposer/Pengurai Sampah. 3.Penghilang bau WC dan anti sedot WC 4.Pembersih porselen/keramik 5.Mikroba yang membantu pencernaan manusia dan hewan 6.Lulur wajah. 7.Bahan kosmetika 8.Bahan pembantu Planter Tambak 9.Pengendali Amdal/IPAL 10. dan lain-lain.

Memproduksi Probiotik sendiri
Untuk memproduksi 20 liter Probiotik, caranya cukup sederhana yakni:
1 liter probiotik sebagai indukan/biangnya
1-2 gelas (200-400cc) Molase (tetes tebu), bisa juga gula aren/kelapa
250 gram terasi
1 kg Gula Pasir
1 liter Urine Kelinci/urine Sapi

Cara membuatnya:
1. Semua bahan di aduk sampai rata sehingga larut, kemudian dimasukkan ke dalam jerigen 20 liter dan tambahkan air sehingga penuh (jangan menggunakan air PAM). 2. Tutup rapat dan tempat di ruang teduh dan terlinduing dari sinar matahari langsung.
3. Setelah 15 hari Probiotik buatan sendiri sudah dapat di gunakan dan aplikasinya sesuai dengan probiotik indukan/ biang.
Apabila gagal mungkin ada wadah atau bahan beracun yang terikut yang menyebabkan mikrobanya mati. Hindari deterjen atau bahan beracun lainnya seperti pemutih pakaian dan soda ash dan asam sulfat dan asam keras lainnya.
Tentu saja probiotik sederhana ini tidak akan setinggi kualitas probiotik yang dihasilkan dari pabrik-pabrik terkemuka, namun setidaknya bagi para sahabat petani yang jauh dari akses teknologi maupun permodalan, teknik ini cukup membantu dalam usaha Bertani Untung, dengan tetap berlandaskan pada kelestarian lingkungan alam pertanian.

Catatan: Karena proses pembuatan probiotik secara an-aerob (tidak membutuhkan udara), maka usahakan setiap 3 hari sekali atau pada saat jerigen plastik menggelembung karena desakan udara, maka tutup jerigen supaya dibuka agar gas dapat keluar setelah itu tutup kembali rapat-rapat. Periksa 3 hari sekali. ***

Membuat Pupuk Organik Cair - Berbasis Urine


Bahan:
Urine (sapi, kambing, kelinci atau sejenisnya) sebanyak 100 liter
Batang/bonggol pisang sebanyak 5 kg
Sabut kelapa muda sebanyak 1 kg
Buah maja sebanyak 3 buah
Molase/tetes tebu sebanyak 4 kg
Buah nanas (tua/busu) sebanyak 4 buah
Starter/bioactivator/Ragi Kompos sebanyak 2  botol
Bekatul sebanyak 1 kg
Ragi tape 3-5 butir
 
Peralatan:
Drum plastik volume 200 liter
Kayu pengaduk
Parang tajam

Cara membuatnya:
1.    Siapkan ragi kompos dan mollase campur dengan menggunakan air bersih (tidak mengandung chlorin/atau kaporit) secukupnya tambahkan bekatul dan aduk sampai homogen.
2.    Cacah halus gedebog/batang/bonggol pisang dengan menggunakan parang yang tajam demikian pula dengan sabut kelapa muda.
3.    Hancurkan buah maja dan buah nanas dengan cara masukkan ke kantong plastik tebal dan dipukul-pukul dengan menggunakan kayu sampai lumat.
4.    Masukan urine sapi, kambing, kelinci atau sejenisnya sebanyak ¼ drum plastik, masukkan larutan ragi kompos, mollase dan bekatul sambil diaduk sampai rata, berikutnya masukkan lumatan buah maja dan nanas dengan tetap terus diaduk, masukkan cacahan gedebog pisang dan sabut kelapa muda, tambahkan urine sampai volume ½  drum aduk terus agar homogen, terakhir masukkan ragi tape yang sudah dihancurkan dan tambahkan larutan urine sampai habis (umumnya masih ada sisa ¼ volume drum yang kosong). Tambahkan sedikit air sampai volume total larutan dan padatan sekitar 175 liter.
5.    Tutup rapat-rapat dengan menggunakan plastik. Setiap hari sekali dibuka kemudian diaduk selama 15 menit, tutup lagi dan biarkan. Ulangi perlakuan tersebut sampai tujuh hari. Pada minggu kedua pengadukan dilakukan setiap dua atau tiga  hari sekali, kemudian ditutup dan biarkan.
Proses fermentasi akan berlangsung sekitar 2 minggu, pada setiap kegiatan pengadukan amati proses yang terjadi (kemunculan busa, warna cairan coklat kehitaman dan kental, bau/aroma menyengat yang berangsur-angsur berkurang) berarti proses berjalan dengan baik.

Cara Aplikasi:
Saring larutan POC dengan menggunakan kain kassa (kain nyamuk), sisa ampas masukkan kembali ke dalam drum.

1.    Aplikasi semprot: ambil larutan POC 1 gelas (250 cc) campur dalam air 14-15 liter (1 tangki handsprayer), semprot merata pada tanaman pangan, palawija dan sejenisnya sebaiknya pagi hari sebelum pk. 11.00 optimum ulangi setiap 7-10 hari sekali.
2.    Aplikasi kocor/siram: ambil larutan POC 1 gelas (250 cc) campur dalam air 10 liter (1 ember), kocor pada tiap lubang tanam sebanyak 150-200 cc sebaiknya pagi hari sebelum pk. 11.00 optimum,  ulangi setiap 10 hari sekali.
3.    Aplikasi semprot dapat digabungkan dengan pupuk organik cair ber”merek” sehingga lebih berhemat, maupun pestisida.
4.    Aplikasi kocor dapat digabungkan dengan pupuk organik cair ber”merek”, pupuk kompos, maupun pupuk  sintetis.

Catatan:
Buah mojo berfungsi untuk meningkatkan kandungan Nitrogen, sumber mikroba dan pemasok hara mikro bila tidak ada bisa diganti dengan daun sirsak, sengon ataupun daun kaliandra.Serabut kelapa berfungsi untuk meningkatkan kandungan Kalim,sedangkan gedebog pisang untuk meningkatkan unsur Phospat, Si dan mikro element lainnya.
Buah Nanas berfungsi sebagai penawar bau, sumber biakan mikroba, serta hormon dan unsur hara mikro.
Urine kaya kandungan unsur N serta biopestisida
Ragi kompos sebagai sumber konsorsium mikroba terpilih.
Ragi Tape sebagai sumber mikroba saccharomices, pengurang aroma menyengat, sekaligus membuat aroma pupuk organik cair menjadi “harum” – tapi tetap jangan diminum untuk demo!
Penggunaan dosis kecil namun rutin akan lebih baik hasilnya dibanding dosis tinggi namun hanya sekali aplikasi.

Agensia Hayati – Beauveria bassiana


Pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens pengendali hayati muncul karena kekhawatiran masyarakat dunia akibat penggunaan pestisida kimia sintetis. Adanya kekhawatiran tersebut membuat pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan cara mengendalikan patogen tanaman yang harus dipertimbangkan.
 
Agensia hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya (Permentan No. 411 tahun 1995).

Beauvaria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Secara umum, suhu di atas 30 °C, kelembapan tanah yang berkurang dan adanya  antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.

Beauveria bassiana membunuh hama melalui infeksi sebagai akibat dari serangga yang kontak dengan spora jamur. Serangga dapat kontak dengan spora jamur melalui beberapa cara: semprotan jamur menempel pada tubuh serangga, serangga bergerak pada permukaan tanaman yang sudah terinfeksi jamur, atau dengan memakan jaringan tanaman yang telah diperlakukan dengan jamur. Setelah spora jamur melekat pada kulit serangga (kutikula), mereka berkecambah membentuk struktur (hifa) yang menembus tubuh serangga dan berkembang biak. Proses ini memakan waktu 3-5 hari sampai akhirnya serangga mati, bangkai yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai sumber spora untuk penyebaran sekunder jamur.  Serangga juga dapat menyebarkan jamur melalui perkawinan.

 Keberhasilan penyemprotan menggunakan jamur Beauveria bassiana bergantung pada kerentanan spesies yang bersangkutan, tingkat populasi hama, dan kondisi lingkungan pada saat aplikasi, serta sumber daya manusia itu sendiri.
 
1.    Aplikasi Beauvaria bassiana  lebih efektif dilakukan pada waktu sore hari atau pagi hari, guna menghindari sengatan sinar matahari yang dapat membunuh spora cendawan tersebut. Residu Beauveria akan hilang/terurai dalam waktu beberapa hari (sekitar 4 hari), oleh karena itu disarankan aplikasi dilakukan berulang kali agar dapat meningkatkan efektivitas serta kontrol yang memadai. Jamur beauveria mudah tercuci oleh hujan sehingga dianjurkan untuk menggunakan perekat dan perata. B. bassiana lebih efektif mengendalikan hama/serangga pada tahap muda dari pada tahap yang lebih dewasa. Beauveria lebih efektif diaplikasikan dalam kondisi kelembaban relatif tinggi, dan suhu rendah sampai moderat.

2.    Jangan mencampur tangki dengan fungisida berbahan tembaga sulfat/alkalis. Penyemprotan fungisida kimia setelah aplikasi B. bassiana juga dapat mengurangi kemanjurannya, sebaiknya jika terpaksa untuk aplikasi fungisida kimia dapat dilakukan setelah hari ke 4 dari aplikasi Beauveria bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan 175 jenis serangga seperti hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran, tungau, ulat daun, jangkrik, dan semut merah dan lain-lainnya.

3.    B.bassiana dapat menyerang hampir semua jenis serangga, sehingga cendawan ini digolongkan ke dalam non-selektif pestisida, pada tanaman yang pembuahannya dibantu oleh serangga (lebah dan sejenisnya) penggunaan beauveria tidak dianjurkan. Meskipun Beauveria bassiana bukan parasit bagi manusia dan invertebrata lain, namun bagi individu yang peka apabila terjadi kontak terbuka dengan spora beauveria dapat menyebabkan alergi kulit.

SOP budidaya padi organik

LOKASI : LEMBAH MENOREH, KULON PROGO, DIY....Mr. Galuh Agro Mandiri


Pengolahan Tanah
Sebagai persiapan,taburkan pupuk kandang fermentasi secara merata dipermukaan lahan sebanyak 2 ton/ha.
Selanjutnya tanah digaru sambil disemprot larutan POC Warung Tani I dengan dosis 10ml/liter air; WT Bakterisida Dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ lt air
Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut.Setelah tanah diratakan, buatlah parit di bagian pinggir dan tengah tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.
Menyiapkan Benih yang Bermutu
Kebutuhan benih untuk tanaman padi adalah 10 - 15 kg/hektar lahan, benih harus diperam terlebih dahulu selama satu hari satu malam, tidak boleh lebih.
Membuat Persemaian
Persemaian  dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Persemaian Basah dan Persemaian Kering. Persemaian Basah adalah persemaian yang langsung dilakukan dilahan pertanian, seperti pada sistem konvensional.
Persemaian Kering adalah persemaian yang dilakukan dengan menggunakan wadah berupa kotak/besek/wonca/pipiti. Untuk lahan seluas satu hektar dibutuhkan wadah persemaian ukuran 20 cm x 20 cm, sebanyak 80—100 buah.
Tahapan membuat persemaian adalah sebagai berikut:
1.    Siapkan media persemaian dengan cara mencampur tanah dengan pupuk kompos/ pupuk kandang fermentasi/bokhasi dengan perbandingan 1:1;
2.    Sebelum wadah diisi dengan media, lapisi dulu bagian dalamnya dengan daun pisang yang sudah dilemaskan dengan cara dijemur atau dipanaskan di atas api;
3.    Masukkan media ke dalam wadah hingga 3/4 penuh. Siram media peersemaian tersebut dengan air supaya lembab;
4.    Tebarkan benih ke dalam wadah. Jumlah benih per wadah antara 300—350 biji;
5.    Taburkan arang sekam di atas benih sampai rata melapisi/menutupi benih;
6.    Simpan wadah-wadah tersebut di tempat yang teduh. Pada hari pertama dan hari kedua, sebaiknya wadah-wadah tersebut ditutupi supaya tidak kepanasan;
7.    Jika disimpan di pekarangan, jangan lupa untuk meletakkan wadah-wadah ini ditempat yang aman dari gangguan ternak seperti ayam;
8.    Penyiraman bisa dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan bibittanaman tetap segar.
9.    Lakukan penyemprotan POC  Warung Tani I dengan dosis 10 ml/ltr air & WT Zpt dosis 2 ml/lt air pada saat benih mulai tumbuh, dan ulangi 5 hari berikutnya.
Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 14 - 16 hari persemaian. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak”(kondisi tanah basah, tapi tidak tergenang).

Pemupukan Setelah Tanam
Larutan POC Warung Tani I dengan dosis 10 ml/liter air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt disemprotkan secara periodik antara 3 – 7 hari sekali pada saat padi berumur 5 hst s/d 45 hst, dilanjutkan dengan penyemprotan POC Warung Tani II dengan dosis 10 ml/liter air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt sampai padi menjelang panen. Kebutuhan pupuk organik cair per hektar sekitar 20 liter.
Pada kondisi pertumbuhan yg tdk maksimal/lahan tadah hujan, lihat pertumbuhan tanaman sampai 21 hst, jk kurang maksimal tambahkan pupuk sintetis : Urea : 80 kg/ha, Tsp : 100 kg/ha, Kcl : 100 kg/ha.
Pengelolaan Air dan Penyiangan
Proses pengelolaan air dan penyiangan dilakukan, sebagai berikut:
1.    Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), pertahankan keadaan air di lahan tetap “macak-macak”;
2.    Setelah padi mencapai umur 9-10 HST, genangkan air dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses penyiangan tahap pertama;
3.    Setelah disiangi, keringkan sawah sampai padi mencapai umur 18 HST;
4.    Pada umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkanpenyiangan tahap kedua;
5.    Selanjutnya, setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm. Pertahankan  kondisi ini sampai padi “masak susu” (± 15—20 hari sebelum panen);
6.    Kemudian keringkan kembali sawah sampai saat panen tiba;
7.    Usia panen tergantung pada varietas padi yang ditanam. Untuk varietas hibrida panen bisa dilakukan pada usia 72 hari, sedangkan untuk varietas lokal sekitar 92 hari.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT. Dengan sistem ini, petani diajak untuk mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman.
Lakukan penyemprotan  WT Bvr dengan dosis  10 ml/liter air secara berkala,atau dilakukan bersamaan pada saat penyemprotan pupuk untuk pencegahan serangan hama serangga. Tingkatkan dosis duakali lipat pada saat terjadi serangan.
Lakukan penyemprotan WT Bacterisida & WT Trico/Glio dengan dosis masing-masing 10 ml/liter air secara berkala,atau dilakukan bersamaan pada saat penyemprotan pupuk untuk pencegahan serangan hama virus, jamur, & bakteri yang merusak tanaman. Tingkatkan dosis duakali lipat pada saat terjadi serangan.  Untuk pengendalian gulma, gunakan tenaga manusia tanpa memakai herbisida apapun. Gunakan alat bantu yang disebut “susruk”/ “ landak”, yaitu alat semacam garu yang berfungsi sebagai alat pencabut gulma. Dengan menggunakan alat ini,gulma yang sudah tercabut sekaligus akan dibenamkan kembali ke dalam tanah,sehingga akan menambah bahan organik tanah.

Perbanyakan Jamur Trichoderma, sp. Skala Petani


Potensi jamur Trichoderma,sp. sebagai agensia pengendali hayati sudah tidak terbantahkan. Beberapa penyakit tanaman sudah dapat dikendalikan dengan aplikasi jamur Trichoderma,sp. Diantaranya adalah busuk pangkal batang pada tanaman panili yang disebabkan oleh jamur Fusarium, sp., Jamur Akar Putih (JAP) yang menyerang tanaman lada dan karet dan beberapa
penyakit terbawa tanah (soil borne) lainnya.
Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa Trichoderma,sp. Juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur Trichoderma pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.
Penggunaan jamur Trichoderma secara luas dalam usaha pengendalian OPT perlu disebarluaskan lebih lanjut agar petani-petani Indonesia dapat memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Diharapkan setelah mengetahui langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma, petani
dapat mempraktekkan dan mengaplikasikannya.
Berikut dijelaskan langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma yang dengan mudah dilakukan oleh petani.
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perbanyakan massal jamur Trichoderma adalah:
Alat:
1. Dandang sabluk
2. Kompor Gas / Kompor minyak
3. Bak plastik
4. Plastik meteran (dijual dalam bentuk lembaran)
5. Entong kayu.
Bahan:
1. Sekam
2. Bekatul (dedak)
3. Air
4. Alkohol 96 %.
5. Isolat (bibit) jamur Trichoderma.
Langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma
1. Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.
2. Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata.
3. Tambahkan air sampai kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak ada air yang menetes namun media menggumpal)
4. Masukkan media kedalam kantong plastik.
5. Siapkan dandang sabluk untuk menyeteril media.
6. Isi dandang sabluk dengan air sebanyak 1/3 volume dandang.
7. Masukkan media kedalam dandang sabluk
8. Sterilkan media dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 (satu) jam setelah air mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama.
9. Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%.
10. Ratakan permukaan media dengan ketebalan 1-5 cm.
11. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml air)).
12. Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius.
13. Amati pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamurberwarna hijau).

Kunci keberhasilan perbanyakan massal jamur Trichoderma adalah:
1. Aseptisitas proses produksi, artinya petani selaku pembuat harus mengetahui titik-titik kritis dimana proses produksi harus dilakukan secara aseptis (higienis). Penyiapan dan proses sterilisasi media merupakan titik kritis pertama yang harus diperhatikan.
2. Kualitas isolat jamur Trichoderma, isolat jamur Trichoderma yang diperbanyak secara massal harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya jumlah dan viabilitas spora tinggi, umur biakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dan isolat dalam keadaan segar (baru dipindahkan ke
media yang baru).
3. Inkubasi. Ruangan inkubasi harus mendukung pertumbuhan jamur Trichoderma. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban ruangan harus diatur sedemikian rupa agar pertumbuhan jamur berjalan optimal.
Demikian proses perbanyakan massal jamur Trichoderma skala petani disampaikan, semoga petani Indonesia mau dan mampu memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Dengan berkembangnya penggunaan jamur Trichoderma sebagai Agensia Pengendali Hayati oleh para petani diharapkan pemakaian fungisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman dapat ditekan dan dapat menurun tiap tahunnya.

BUDI DAYA LELE ORGANIK (MEMBUAT PABRIK PAKAN DI DALAM KOLAM)


BUDI DAYA LELE ORGANIK
(MEMBUAT PABRIK PAKAN DI DALAM KOLAM)

TUJUAN:
            Jika kita hitung secara analisa Rugi/Laba, bahwa budi daya lele sering menyebabkan kerugian pada petani lele yg membudi dayakan hal itu dikarenakan:
1.      Harga pakan yg cenderung fluktuatif.
2.      Harga Jual hasil panen petani lele yang juga tidak pasti, sehingga terkadang antara biaya yang dikeluarkan untuk memebeli pakan hampir seimbang dengan harga jual hasil panen yg di dapat oleh petani bahkan kadang2 merugi.

Dari uraian diatas bersama ini kami ingin membedah SOP Budi daya lele organik, mengapa kita sebut organik? Karena pakan yg diberikan bukan dari produk pabrikan (PELET) juga bukan berasal dari limbah rumah tangga.
Hal yang berhubungan dengan budi daya lele Organik :
1.      Pemeliharaan dapat dilakukan di dalam kolam terpal/ kolam permanen.
Tujuan menggunakan kolam terpal adalah untuk menekan biaya pembuatan kolam.
2.      Pakan yg diberikan adalah bukan pakan yg harus kita berikan setiap hari, tetapi kita akan membuat pabrik pakan di dalam kolam ( berupa eksudat : cacing, plankton, serangga air, uret dll ) , sehingga pabrik pakan yg kita buat pada kolam terpal akan menyediakan kebutuhan pakan lele mulai pada saat bibit ditaburkan hingga lele akan panen
3.      Untuk memanfaatkan lahan-lahan sempit rumah tangga, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat kecil, khususnya petani.
4.      Budi daya lele adalah hal yg sudah lazim di lakukan pada sebagian besar masyarakat, sehingga akan lebih mudah dan familiar bagi masyarakat untuk menerimanya.
TAHAP-TAHAP DALAM BUDI DAYA LELE ORGANIK
Pembuatan Kolam terpal.
Untuk skala Rumah tangga ukuran kolam terpal adalah 1 X 4m, dengan jumlah populasi 1000 bibit lele.
Cara pembuatan kolam terpal ada 2 cara:
-           Cara yg pertama adalah kolam dibuat setinggi 1 m dengan pagar-pagar bambu disekelilingnya, yang dibuat dengan tonggak bambu yg ditanam pada tanah sedalam lebih kurang 70 cm, pembuatan kolam terpal ini harus kuat, karena apabila kolam terpal sudah diisi air maka akan mendorong tiang pancangnya, apabila tidak kuat pembuatannya     kolam akan pecah dan air meluber keluar bersama bibit lele yg sudah ada.
-           Cara pembuatan kolam yg lain adalah membuat kolam dalam tanah dengan kedalaman 1m dengan cara menggali tanah dibuat sesuai ukuran kolam, lapisi kolam dengan terpal, tanah hasil galian dibuat bibir kolam.
Pembuatan Kohe Fermentasi yg akan berfungsi sebagai pabrik pakan di dalam kolam.
Bahan-bahan yg dibutuhkan untuk pembuatan kohe fermentasi gawek (Untuk 300 kg /1000 lele )
1.      3 kwintal kohe  (Kotoran Hewan) Sapi. ( sebagai bahan dasar media tumbuh pakan ikan/lele )
2.      Dedak/Katul halus 25 Kg. ( sebagai penghantar panas & media penghantar pertumbuhan mikroba & jamur )
3.      Air kelapa 30 Liter. Air kelapa selain untuk membantu proses percepatan pelepasan asam amino jg untuk menjaga kontinuitas perkembangbiakan mikroba nya..... proses mati tumbuhnya seimbang shg tdk terjadi masa stagnasi perkembangbiakan mikroba yg akan mengakibatkan terhentinya proses pembuatan pakan untuk lele.
4.      Tetes tebu/Molase 1 Liter/ atau gulapasir 1,5 kg. ( sbg makanan & penyedia protein bagi mikroba )
5.      Fermentor / Probio Warung Tani I 1 liter. ( Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP / fungi pelapuk putih)...

Cara pembuatannya :
1.      Kohe (Kotoran Hewan) sapi dan dedak/katul diaduk hingga rata.
2.      Air kelapa dimasukkan pada wadah drum plastik, campurkan/masukan juga ke dalam drum molase / gula pasir & Fermentor / Probio Warung Tani I, diaduk hingga ke3 bahan tersebut tercampur hingga rata.
3.      Kohe yg sudah tercampur dengan Dedak/Katul ditumpuk pada ketinggian yg  rata lalu siram/kocor dengan ketiga campuran bahan yg ada di dalam drum hingga rata, sebaiknya menggunakan gembor & dibolak balik sampai rata tercampur.
4.      Kalau pengocoran/penyiraman & pengadukan selesai, tutup kohe fermentasi yg sdh dalam proses dengan terpal. Biarkan selama 14 hari
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Kohe fermentasi Probio Warung Tani I :
-           Kohe yg dipakai sebagai bahan utama jangan yg terlalu basah, sehingga banyak kandungan air di dalamnya, kalau terlalu basah endapkan dulu sampai air benar2 susut & mengering.
-           Dosis air kelapa, Dedak, Molase/Gula pasir dan fermentor  Probio Warung Tani I harus tepat, tidak boleh  kurang atau tak boleh lebih.
-           Bahan bahan yg di gunakan jangan tercampur air sedikitpun, agar hasil yg dicapai sesuai   dengan harapan.
-           Usahakan pembuatan Kohe Fermentasi dilakukan di bawah naungan, sehingga tidak terkena sinar matahari secara langsung dan kehujanan, untuk menjaga agar Proses fermentasi sempurna.
-           Pada saat proses fermentasi perhatikan kenaikan suhu kompos yg kita buat, maksimal 70 derajat celcius. Dalam proses dekomposisi akan menghasilkan zat amoniak, NH3 / amoniak terbentuk karena mobilisasi bahan  Nitrogen terurai menjadi asam amino & asam nitrat, jadi amoniak sendiri sebetulnya dibutuhkan dalam proses dekomposisi, bukan dibuang, amoniak sebagian besar terpakai dlm proses dekomposisi, juga dalam proses penguraian unsur N menjadi asam amino tetep dibutuhkan, aktifator berfungsi dalam proses dekomposisi / fisika jg dlm proses penguraian & pengikatan mineral & penyediaan pangan u/ budidaya lele......jadi proses sebetulnya berjalan scr berkesinambungan mulai dr proses dekomposisi sampai penyediaan pakan alami lele
-           Dalam pembuatan kohe fermentasi ini apabila sudah mencapai usia 5 hari bau kohe sapi sudah tidak tercium, yng tercium adalah bau fermentasi (Asam).
-           Apabila proses sempurna maka pada lapisan bagian atas akan tumbuh jamur putih yg merupakan jamur TRICHODERMA yang berfungsi untuk menjaga kestabilan PH dalam kolam terpal. (  jamur putih pertanda pertumbuhan tricoderma yg nantinya akanberguna untuk menjaga pH air dlm kolam, lapisn dlm basah gak masalah selama kohe sdh benar2 " matang " tanda2 nya aroma sdh asem. penambahan probio & mengganti air kolam kira2 100 lt per ukuran 1 x 4 seminggu sekali sdh bisa menjaga stabilitas pH air dalam kolam di angka 5,5 – 7).
Setelah proses selama 14 hari dan proses fermentasi sdh selesai ditunjukan dengan : Suhu kembali menjadi dingin, pada permukaan Kohe fermentasi banyak jamur putih, maka Terpal Dibuka dan angin anginkan atau didinginkan selama minimal 24 jam, semakin lama akan semakin baik. Kalau proses pendinginkan sudah selesai, maka kohe fermentasi Gawek siap untuk dipaking. Sebaiknya dipaking dalam sak/karung gabah diisi masing-masing 50 kg/sak, untuk memudahkan  pengisian atau penenmpatan sak dalam kolam terpal. Dan usahakan setiap sak yg berisi kohe fermentasi dijahit yg kuat.
Perendaman Kohe fermentasi Gawek dalam Kolam Terpal.
-           Perendaman Kohe fermentasi untuk pabrik pakan di dalam kolam harus dilakukan tujuannya untuk membuat pabrik pakan di dalam kolam terpal, pada saat perendaman akan eksudat : plankton, cacing dan binatang lain yang akan menjadi pakan lele.
-Ukuran untuk perendaman dalam kolam terpal ukuran 1x4m dengan populasi 1000 ekor butuh 6 sak kohe fermentasi @ 50 kg total 300Kg.
-Pada saat perendaman air kolam akan berubah warna lama kelamaan menjadi seperti warna kopi, dan akan tumbuh pakan lele,jadi tujuan perendaman itu adalah menyiapkan pakan dalam kolam sebelum benih lele dimasukan, jadi dalam arti apabila benih lele dimasukan maka ketersediaan pakan dalam kolam sudah terpenuhi.
-Tanda tanda kolam siap dimasukki benih dgn sudah tidak munculnya gelembung2 uap & udara didalam air kolam, jg sdh mulai muncul & tumbuh jamur.
Pemasukan benih lele.
Benih yg akan kita budidayakan diupayakan ukuran 4 -6 / 5-7 cm.
Bibit lele yg akan kita masukkan diusahakan diadaptasikan terlebih dulu dengan air kolam dg cara air bawaan dari pembenihan jangan dibuang tetapi masukan ke dalam kolam bersama plastiknya, lobangi plastik wadah benih agar tercampur dgn air kolam, biarkan adaptasi selama 24 jam, baru benih lele dilepaskan ke dalam kolam terpal.
Pada saat sebelum pemasukan benih, dan selesai masa perendaman kohe fermentasi tambahkan air sampai ketinggian 70-80 cm lalu tambahkan POC Warung Tani I dengan dosis 5 tutup diencerkan terlebih dulu ke dalam air sebanyak satu ember aduk hingga rata, lalu siramkan ke kolam secara merata, setelah itu baru adaptasikan benih lele ke kolam terpal.
Kalau air dalam kolam banyak buihnya berarti itu ada indikasi bahwa kebanyakan POC ataupun perendaman kohe kurang sempurna, kalau keadaaan kolam terpal banyak buih sebaiknya dibiarkan dulu atau tunda penebaran benih lelenya.
Pemeliharaan ikan lele dan pemanenan.
Pada masa pemeliharaan lele harus diberikan POC Warung Tani I setiap 7 hari sekali dengan dosis 5 tutup botol untuk ukuran kolam 1X4m dengan populasi 1000 ekor lele, Untuk ukuran lebih besar tinggal dikalikan saja.
Air dalam kolam setiap seminggu sekali sebelum diberikan POC Warung Tani I agar dibuang sekitar 100 liter dan kemudian ditambahkan 100 Liter lagi dengan tujuan agar pH dalam air lebih stabil, dan ketersediaan Oksigen dalam air tercukupi.
Lele organik dapat di panen pada usia minimal 70 hari, dengan cara pemanenan biasa, yg sdh panen biaya tingkat mortalitas 10% dan tingkat keseragaman lele hamper 100%.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada budi daya lele organik :
1.      Kolam terpal usahakan ditempatkan pada kolam yg ternaungi, jangan terkena sinar matahari langsung.Bisa  dibawah pohon, bisa di gang diantara rumah.
2.      Berikan tambahan pakan lele dalam bentuk azolla, bekicot/keong, roti BS, atau pakan tambahan lainnya,  atau pakan dari pabrik  dgn penghematan sampai dgn 60 %, untuk kapasitas 10 ribu bibit, pakan pabrik bisa diberikan2 kg/ hr pd saat lele berumur 3 minggu – 1,5 bulan & selanjutnya 5 kg/hr sampai masa panen.
3.      Suhu air dalam kolam terpal agar selalu dijaga dengan penggantian 100 liter air kolam dgn air baru & pemberian fermentor Gawek setiap 7 hari sekali.
4.      Air yg dimasukan ke dalam kolam terpal jangan sampai menggunakan air yg berasal dari PDAM karena mengandung kaporit yg akan mengancam kehidupan mikroba, usahakan memakai air tanah yg berasal dari sumur.
5.      Ketinggian air dalam kolam harus selalau dijaga, agar diberikan saluran pembuangan dalam kolan dengan ketinggian 70-80cm, agar kalau terjadi hujan deras air tdk akan memenuhi permukaan kolam terpal.
6.      Pembuatan pabrik pakan lele agar dipaking ke dalam sak, karena tujuan awal adalah membuat pabrik pakan di dalam kolam bukan memeberi pakan lele dengan kohe fermentasi tersebut.




SOP diatas hanya kita bahas skala rumah tangga, apabila ingin lebih luas maka kebutuhan kohe fermentasi dan luasan kolam terpal maupun pemberian fermentor harus disesuaikan, dengan cara mengalikan per ukuran 1X4m untuk populasi 1000 ekor lele.

CARA PEMBUATAN ADJUVAN BERBAHAN ALOEVERA


aloevera...tanaman multi fungsi....untuk bidang pertanian bisa digunakan sbg bahan mentah pembuatan adjuvant yg mampu berfungsi sebagai perata....penembus jaringan tumbuh tanaman, selain itu jg mempunyai kandungan hormon auxsin & sitokinin tinggi. shg jg berfungsi hormonal sbg pengatur tumbuh...terutama unt pertumbuhan vegetatif tanaman.
Bahan :
- aloevera                  : 1,5 kg atau 1 ltr cair.
- gula pasir / molase   : 2 sendok makan / 100ml molase.
- mikroba pengurai      : 100 ml ( bisa menggunakan kandungan mikroba dlm POC GaWek )

Cara pembuatan :
- Kupas kulit aloevera, tampung " dagingnya " sampai menghasilkan cairan kira2 1ltr.
- Blender / mixer daging aloevera sampai menjadi buih semuanya.
- Campurkan gula/molase  serta mikroba pada saat mixing dlm blender/ mixer spy bisa tercampur merata.
- Masukkan " busa" aloevera ke dalam wadah tutup rapat.
- Kontrol setiap hari....kempeskan wadah kemudian tutup rapat lg sampai proses berhenti ( tdk menggelembung yg menyebabkan wadah mengeras ), biasanya proses ini berjalan 2 minggu & adjuvan siap untuk digunakan.

Aplikasi :
 Gunakan untuk campuran dlm penyemprotan pemupukan maupun penyemprotan biopesti/bacterisida.
 Gunakan dosis sesuai aturan, dilarang keras over dosis 1cc/ltr air.
 Pada masa pertumbuhan vegetatif reaksi tumbuh sdh bisa terlihat pd period 2-3hr.