Sabtu, 31 Desember 2011

Agensia Hayati – Beauveria bassiana


Pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens pengendali hayati muncul karena kekhawatiran masyarakat dunia akibat penggunaan pestisida kimia sintetis. Adanya kekhawatiran tersebut membuat pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan cara mengendalikan patogen tanaman yang harus dipertimbangkan.
 
Agensia hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya (Permentan No. 411 tahun 1995).

Beauvaria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Secara umum, suhu di atas 30 °C, kelembapan tanah yang berkurang dan adanya  antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.

Beauveria bassiana membunuh hama melalui infeksi sebagai akibat dari serangga yang kontak dengan spora jamur. Serangga dapat kontak dengan spora jamur melalui beberapa cara: semprotan jamur menempel pada tubuh serangga, serangga bergerak pada permukaan tanaman yang sudah terinfeksi jamur, atau dengan memakan jaringan tanaman yang telah diperlakukan dengan jamur. Setelah spora jamur melekat pada kulit serangga (kutikula), mereka berkecambah membentuk struktur (hifa) yang menembus tubuh serangga dan berkembang biak. Proses ini memakan waktu 3-5 hari sampai akhirnya serangga mati, bangkai yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai sumber spora untuk penyebaran sekunder jamur.  Serangga juga dapat menyebarkan jamur melalui perkawinan.

 Keberhasilan penyemprotan menggunakan jamur Beauveria bassiana bergantung pada kerentanan spesies yang bersangkutan, tingkat populasi hama, dan kondisi lingkungan pada saat aplikasi, serta sumber daya manusia itu sendiri.
 
1.    Aplikasi Beauvaria bassiana  lebih efektif dilakukan pada waktu sore hari atau pagi hari, guna menghindari sengatan sinar matahari yang dapat membunuh spora cendawan tersebut. Residu Beauveria akan hilang/terurai dalam waktu beberapa hari (sekitar 4 hari), oleh karena itu disarankan aplikasi dilakukan berulang kali agar dapat meningkatkan efektivitas serta kontrol yang memadai. Jamur beauveria mudah tercuci oleh hujan sehingga dianjurkan untuk menggunakan perekat dan perata. B. bassiana lebih efektif mengendalikan hama/serangga pada tahap muda dari pada tahap yang lebih dewasa. Beauveria lebih efektif diaplikasikan dalam kondisi kelembaban relatif tinggi, dan suhu rendah sampai moderat.

2.    Jangan mencampur tangki dengan fungisida berbahan tembaga sulfat/alkalis. Penyemprotan fungisida kimia setelah aplikasi B. bassiana juga dapat mengurangi kemanjurannya, sebaiknya jika terpaksa untuk aplikasi fungisida kimia dapat dilakukan setelah hari ke 4 dari aplikasi Beauveria bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan 175 jenis serangga seperti hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran, tungau, ulat daun, jangkrik, dan semut merah dan lain-lainnya.

3.    B.bassiana dapat menyerang hampir semua jenis serangga, sehingga cendawan ini digolongkan ke dalam non-selektif pestisida, pada tanaman yang pembuahannya dibantu oleh serangga (lebah dan sejenisnya) penggunaan beauveria tidak dianjurkan. Meskipun Beauveria bassiana bukan parasit bagi manusia dan invertebrata lain, namun bagi individu yang peka apabila terjadi kontak terbuka dengan spora beauveria dapat menyebabkan alergi kulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar