Kamis, 15 Desember 2011

K.E.L.O.R. manfaat2nya


Daun dan buah kelor yang masih muda biasa disayur di Bali, sayur kelor ini sangat sering dijumpai terutama di lingkungan pedesaan, semenjak jaman dahulu tanaman kelor ini tidak saja dijadikan sebagai sayur, melainkan juga sebagai tanaman obat. Misalnya jika ada luka memar karena terkena benda tumpul, maka daun kelor ditumbuk halus kemudian dibalurkan pada luka memar tersebut dan hasilnya cepat sembuh.

Tanaman kelor merupakan perdu dengan tinggi sampai 10 meter, berbatang lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun berwarna putih, buah besisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm, tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi (Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat.Bahkan, di beberapa negara di Afrika, seperti di Etiopia, Sudan, Madagaskar, Somalia, dan Kenya, sekarang mulai dikembangkan pula di Arab Saudi dan Israel, menjadi bagian untuk program pemulihan tanah kering dan gersang, karena sifat dari tanaman ini mudah tumbuh pada tanah kering ataupun gersang, dan kalau sudah tumbuh maka lahan di sekitarnya akan dapat ditumbuhi oleh tanaman lain yang lebih kecil, sehingga pada akhirnya pertumbuhan tanaman lain akan cepat terjadi.

Di Indonesia, khususnya di pedesaan, tanaman kelor dimanfaatkan sebagai tanaman pagar hidup, batas tanah ataupun penjalar tanaman lain. Pemanfaatan lain: daun, bunga serta buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama dilakukan. Sebagai tanaman berkhasiat obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak lama di lingkungan pedesaan.
(1) Akar kelor dan kulit akar pepaya digiling-dihancurkan, digunakan untuk obat luar (balur) penyakit beri-beri dan sebangsanya.
(2) Daun kelor ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan.
(3) Sebagai obat dalam, air rebusan akar ampuh untuk obat rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, sampai ke obat gonorrhoea.
(4) Biji tua bersama dengan kulit jeruk dan buah pala, akan dapat menjadi “spiritus moringae compositus” yang digunakan sebagai stimulans, stomachikum, carminativum sampai diuretikum.

Sejak awal tahun 1980-an Jurusan Teknik Lingkungan ITB, melaukan penelitian biji kelor untuk penjernihan air permukaan (air kolam, air sungai, air danau sampai ke air sungai) sebagai pengendap (koagulans) dengan hasil yang memuaskan. Rangkaian penelitian manfaat tanaman kelor mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya. Fokus penelitian ditujukan kepada program pengadaan air jernih untuk para pemukim di kawasan pantai atau pesisir, khususnya di kawasan transmigrasi yang mengandalkan air payau atau air gambut berwarna kecoklatan sebagai sumber air minum.

Rasa air gambut yang pahit dan warna kecoklatan, tentu saja tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Bahkan, air gambut yang digunakan untuk mencuci pakaian pun yang berwarna putih justru akan berubah menjadi kecoklatan. Maka dengan sistem penyaringan sederhana ditambah dengan pengendap yang berasal dari serbuk atau tumbukan biji kelor, pada akhirnya akan menjadi air jernih, walau belum bersih. Sehingga untuk air minum harus dilakukan perlakuan, antara lain dimasak terlebih dahulu.

Di lingkungan pedesaan, penanaman kelor yang paling umum cukup dengan cara stek batang tua atau cukup tua, yang langsung ditancapkan ke dalam tanah, apakah sebagai batas tanah, pagar hidup ataupun batang perambat. Walau semaian biji tua dapat dijadikan bibit, umumnya jarang dipergunakan. Disamping itu, manfaat lain dari batang bersama daun kelor, umumnya digunakan sebagai “alat” untuk melumerkan atau menon-aktifkan “kekuatan magis” seseorang, yaitu dengan cara disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan “alat tidur”, misal seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan tidak mempan oleh terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan ke bagian tubuhnya, ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air tanaman kelor disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis tubuhnya akan lumer atau hilang. Hal yang sama juga kepada orang tua, umumnya pada zaman dulu yang memiliki “ajimat” sehingga kalau mau meninggal akan susah sekali, maka dengan menggunakan tanaman kelor, akan dapat dibantu untuk memudahkan kematiannya tersebut.

Pengalaman di Benua Afrika
Laporan hasil penelitian pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan & penahan penggurunan di Etiopia, Somalia, dan Kenya oleh tim Jerman (Journal Berkala Institute for Scientific Cooperation, Tubingen, 1993). Di Etiopia, Somalia, dan Sudan sejak lama penduduknya mempunyai tradisi menanam pohon kelor, sebagai bahan sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan.

Seperti di Lembah Rift untuk lahan seluas satu hektar hanya ditanam 30-50 batang, karena di antara pohon kelor tersebut ditanam pula tanaman lainnya penghasil pangan, seperti sorgum, jagung, serta sayuran, khususnya kacang-kacangan. Tanaman kelor memiliki kemampuan menyerap air tanah walau dari kandungan yang sangat minim hingga tanah menjadi lembab, tanaman lainnya akan ikut menjadi tumbuh subur. Kelor yang sudah besar dan tinggi, akan berfungsi pula sebagai pohon lindung ataupun pohon rambatan.

Di kawasan Arba Minch dan Konso, pohon kelor digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering. Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal, jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim kemarau “tabungan” air sekitar akar kelor akan menjadi sumber air bagi tanaman lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat, bencana longsor jarang terjadi.

Di kawasan ini pun di antara pohon kelor juga dibudidayakan berbagai jenis tanaman, antara lain jagung dan sorgum, juga sayuran. Jenis budidaya yang juga dilakukan adalah tanaman industri seperti kopi, kapas, lada, dan tebu. Sangat unik adalah kebiasaan penduduk sekitar Arba Minch yang memiliki lahan terbatas, sekitar 0,1 ha atau 1.000 meter persegi, atau hanya ratusan bahkan puluhan meter persegi saja, pohon kelor hanya dijadikan pagar hidup, pembatas tanah ataupun pohon perambat sama seperti di Indonesia.

Akan tetapi hasilnya, kalau daunnya dapat langsung digunakan sebagai sayuran, maka bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.

Budidaya tanaman kelor sederhana dan mudah, minim pupuk seandainya memupuk cukup dengan pupuk kompos dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Pupuk yang baik justru beraal juga dari tanaman kacang2an yang mengandung bintil akar misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang yang ditanamkan sekitar pohon kelor. Juga pengalaman panjang secara tradisi penggunaan tanaman kelor sebagai bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut adalah bahwa akarnya sangat baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, penurun tekanan darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan penyakit jantung.

Perlu untuk diketengahkan manfaat biji kelor yang sudah mulai dikembangkan melalui Program UNDP, yaitu sebagai bahan pengendap/koagulator untuk menjernihkan air secara cepat, murah dan aman, seperti di ITB.
Yaitu dengan nilai pH yang berbeda, maka antara 100-150 mg bubuk/serbuk/liter air, memberikan hasil turbiditas tinggi pada air (800-10.000 FTU), kalau dibandingkan dengan koagulan umum seperti Al2(SO4)3 yang baru efektif pada pH 7 saja.

Juga kandungan senyawa yang terdapat pada serbuk biji kelor memiliki sifat antimikroba, khususnya terhadap bakteri. Sehingga kalaupun di dalam air terdapat bakteri Coli (salah satu yang disyaratkan tidak terdapat di dalam air minum), akan tereduksi atau mati. Serta, menurut perhitungan yang sudah diuji coba oleh tim ahli dari UNDP, maka kebutuhan biji kelor untuk pengolahan air minum di kawasan pantai atau rawa, cukup 2-3 pohon dewasa selama setahun dengan keluarga sebanyak 6-8 orang, dengan perhitungan kebutuhan air sekitar 20 l/hari/ jiwa.

TEKNOLOGI PRODUKSI UBIJALAR


PENDAHULUAN

Selain sebagai sumber karbohidrat, ubijalar (Ipomea batatas (L) Lamb.) juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Ubijalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak mengandung anthocyanin yang bermanfaat bagi keseshatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar yang daging umbinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubijalar mengandung vitamin A setara dengan wortel. Di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Amerika Serikat, ubujalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan pokok tetapi juga diolah menjadi pangan olahan seperti selai, saos, juice, serta sebagai bahan baku industri dan pakan ternak.
Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Di Indonesia produktivitas ubijalar hanya sekitar 10 ton/hektar. Padahal dengan teknik budidaya yang tepat beberapa varietas unggul ubijalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah per hektar.


TEKNIK BUDIDAYA

1.       Penyiapan lahan
  • Tanah diolah, dibuat guludan selebar 40-60 cm dan tinggi 25-30 cm. Jarak antar guludan 80 cm atau 100 cm.
  • Pada tanah berat (berlempung) untuk membuat guludan yang gembur perlu ditambah 10 ton bahan organik per hektar.
2.       Penggunaan benih unggul
  • Varietas unggul yang telah dilepas selain produktivitas tinggi, juga memiliki sifat agak tahan terhadap hama boleng (Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas seperti Sari, Boko, Sukuh, Jago dan Kidal.
  • Untuk menjaga potensi hasil, stek yang ditanam harus bebas dari hama/penyakit.
  • Kebutuhan bibit 35.000-50.000 stek/ha.
3.       Penanaman
  • Ubijalar ditanam di sawah setelah padi yaitu pertengahan musim kemarau.
  • Stek pucuk ditanam di guludan dengan jarak dalam barisan 20-30 cm, jarak antar guludan 100 cm, populasi tanaman sekitar 35.000-50.000 tanaman/ha.
  • Ubijalar dapat pula ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
4.       Pemupukan
  • Takaran pupuk 100-200 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl. Sangat baik bila ditambahkan pupuk kandang yang diberikan bersamaan pembuatan guludan.
  • 1/3 dari Urea dan KCl serta seluruh SP 36 diberikan pada saat tanam. Sedangkan sisanya, 2/3 Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan.
  • Pupuk diberikan dalam larikan, kemudian ditutup dengan tanah.
  • Untuk pertanaman di lahan sawah setelah padi, pemanfaatan jerami padi sebagai mulsa dapat menekan biaya penyiangan, karena selain meringankan penyiangan, dengan mulsa tidak perlu pembalikan batang.
5.       Penyiangan gulma dan pembalikan batang
  • Penyiangan gulma dilakukan sebelum atau selambat-lambatnya bersamaan dengan pemupukan kedua.
  • Perbaikan guludan dan pembalikan batang perlu dilakukan untuk mencegah munculnya akar dari ruas batang.
6.       Pengairan
  • Pada musim kemarau, pengairan merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi. Pengairan yang cukup dapat menghindarkan ubijalar dari serangan hama boleng (Cylas formicarius ).
7.       Pengendalian hama
  • Hama utama adalah hama boleng (Cylas formicarius ), penggerek batang Omphisa anastomasalis serta nematode Meloidogyne sp. Yang merugikan ubijalar.
  • Hama tersebut dapat dikendalikan secara terpadu dengan :
-      menanam varietas yang agak tahan.
-      menanam stek bahan tanaman yang sehat atau mencelup stek ke dalam larutan insektisida selama 10 menit.
-      rotasi tanaman
-      pembumbunan
-      penangkapan serangga dewasa jantan dengan seks feromon, dan
-      penyemprotan insektisida nabati (ekstrak daun atau biji mimba, Azadirachta indica dengan   konsentrasi 4 %)
8.       Panen
  • Ubijalar dapat dipanen jika umbi sudah tua dan besar. Panen dapat serentak maupun bertahap.
  • Secara fisik ubijalar siap dipanen apabila, daun dan batang mulai menguning. Di dataran rendah, ubijalar umumnya dipanen pada umur 3,5-5 bulan. Sedangkan di dataran tinggi ubijalar dipanen pada umur 5-8 bulan.
9.       Pasca panen
Selain dikonsumsi langsung, ubijalar dapat diolah menjadi produk antara lain dalam bentuk pati maupun tepung. Pati dibuat dengan mengekstrak umbi yang telah diparut. Sedangkan tepung diperoleh dengan cara mencuci umbi, mengupas, mengiris, menjemur dan menghancurkan (menepungkan) diayak pada ukuran 80 mesh. Pati dan tepung ubijalar dapat digunakan untuk membuat aneka jenis kue, mie, hingga es krim.


VARIETAS UNGGUL

  • SARI, Tipe tanaman semi kompak. Produktivitas mencapai 30-35 ton/ha. Bentuk umbi bulat telur membesar pada bagian ujung, tangkai umbi sangat pendek. Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi kuning. Rasa enak, manis, kandungan bahan kering 28 %, kandungan pati 32 %, kandungan beta karoten 381 mkg/100 g, agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas sari  ini beradaptasi luas dan berkembang di daerah sentra produksi ubijalar di Malang dan Mojokerto serta di Karanganyar. Umbi dari varietas Sari cocok digunakan untuk campuran industri saos tomat. Umur panen 3,5-4,0 bulan.
  • SUKUH, merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman kompak. Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha. Bentuk umbi ellips membulat, tangkai umbi pendek. Warna kulit umbi kuning dan warna daging putih. Rasa enak, kandungan bahan kering 35 %, kandungan pati 31 %, kandungan beta karoten 37 mkg/100 g. Varietas Sukuh agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas ini memiliki rendemen tepung tinggi dan kadar pati tinggi sehingga cocok untuk digunakan dalam industri tepung dan pati. Umur panen 4,0-4,5 bulan.
  • BOKO, merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman kompak. Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha. Bentuk umbi ellips memanjang, tangkai umbi sangat pendek. Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi krem. Rasa enak, kandungan bahan kering 32 %, kandungan pati 32 %, kandungan beta karoten 108 mkg/100 g. Varietas Boko agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Bentuk umbi dan kulit umbi dari varietas Boko tergolong menarik, cocok untuk dikonsumsi langsung. Umur panen 4,0-4,5 bulan.

  • JAGO, merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman semi kompak. Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha. Bentuk umbi membulat, tangkai umbi pendek. Warna kulit umbi putih dan warna daging umbi kuning muda. Rasa enak, kandungan bahan kering 32 %, kandungan pati 31 %, kandungan beta karoten 85 mkg/100 g. Varietas Jago agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas ini memiliki rendemen tepung dan kadar pati tinggi dan cocok digunakan untuk produksi tepung dan pati. Umur panen 4,0-4,5 bulan.
  • KIDAL, merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman semi kompak. Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha. Bentuk umbi membulat, tangkai umbi sangat pendek. Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi kuning tua. Rasa enak, kandungan bahan kering 31 %, kandungan pati 32,85 %, kandungan beta karoten 345 mkg/100 g. Varietas Kidal agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas ini cocok untuk dikonsumsi. Umur panen 4,0-4,5 bulan.

Informasi dan Pemasaran benih :
Seksi Pengembangan Teknologi dan Produksi Perbenihan Tanaman Pangan
UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BP2APTP)
Jl. Yogyakarta-Wonosari KM.33 Gading, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Telepon . (0274) 392 040

UBI JALAR
(Ketela Rambat: Ipomoea batatas )


1. Sejarah Singkat

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika.

Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.

Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.

2. Jenis Tanaman

Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan
Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian.

Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.

Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
b) Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c) Rasa ubi enak dan manis.
d) Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.
e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
f) Keadaan serat ubi relatif rendah.

Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur, mendut, dan kalasan. Deskripsi masing-masing varietas unggul ubi jalar adalah sebagai berikut:
a) Daya
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x jonggol.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 110 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
5. Rasa ubi manis dan agak berair.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

b) Prambanan
1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 135 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
5. Rasa ubi enak dan manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

c) Borobudur
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
4. Umur panen 120 hari setelah tanam.
5. Ubi berasa manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

d) Mendut
1. Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun
1984.
2. Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.
3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam.
4. Rasa ubi manis.
5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

e) Kalasan
1. Varietas diintroduksi dari Taiwan.
2. Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.
3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
4. Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange  muda (kuning).
5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).
7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat  beradaptasi di lahan marjinal.

3. Manfaat Tanaman

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun

 Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.

Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:
a) Daun: sayuran, pakan ternak
b) Batang: bahan tanam,pPakan ternak
c) Kulit ubi: pakan ternak
d) Ubi segar: bahan makanan
e) Tepung: makanan
f) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat


4. Sentra Penanaman

Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.


5. Syarat Pertumbuhan

5.1. Iklim

a) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah  yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.

b) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang  disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.

c) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.


5.2. Media Tanam

a) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.

b) Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup.

c) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,
terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.


5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.


6. Pedoman Budidaya

 6.1. Pembibitan

 Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

1) Persyaratan Bibit

 Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b) Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c) Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,  normal, tidak terlalu subur.
d) Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya  rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e) Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.

 Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.

2) Penyiapan Bibit

Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
a) Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan  pertumbuhannya sehat dan normal.
b) Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang  20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
c) Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya  untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
d) Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang  teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.


6.2. Pengolahan Media Tanam

 1) Persiapan

 Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.

Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1  minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.
b) Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.

2) Pembentukan Bedengan

Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.

Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.

Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai berikut :
a) Penyiapan Lahan Tegalan
1. Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
2. Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar
3. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
4. Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan
5. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.

b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
1. Babat jerami sebatas permukaan tanah
2. Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan
3. Olah tanah di luar bidang  tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk
uludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak ntar guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan
4. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan
guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan berikutnya. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut :

- Babat jerami sebatas permukaan tanah
- Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos
- Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
- Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu
- Buat guludan-gululdan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
- Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.

Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.


6.3. Teknik Penanaman

 1) Penentuan Pola Tanam

Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang tanah.

a) Sistem Monokultur

1. Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.

2. Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.

3. Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit).

4. Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh
bagian ditambah KCl  1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha)  ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat
tanam diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).

b) Sistem Tumpang Sari

Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan. Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.


2) Cara Penanaman

Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air.

Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.

Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.

Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.


6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah.

Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

2) Penyiangan

Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.

3) Pembubunan

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a) Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar  tidak merusak akar tanaman ubi jalar.

b) Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan,  kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.

c) Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan
hingga tanah cukup basah.


4) Pemupukan

Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.

Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan  secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha)  ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha)  ditambah 50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).

Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
 Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.

5) Pengairan dan Penyiraman

Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal  pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan
berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.

Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal Yang penting  diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

 7. Hama Dan Penyakit

7.1. Hama

a) Penggerek Batang Ubi Jalar

Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.

b) Hama Boleng atau Lanas

Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang
dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.

c) Tikus (Rattus rattus sp)

Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.


7.2. Penyakit

a) Kudis atau Scab

Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.

b) Layu fusarium

Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.

 c) Virus

Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.

d) Penyakit Lain-lain

Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.



8. Panen

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair.

Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.

Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.

8.2. Cara Panen

Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut: a) Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.

b) Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,  kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.

c) Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.

d) Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.

e) Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.

f) Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara  terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.

g) Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan  (pengumpulan) hasil.


8.3. Prakiraan Produksi

 Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) dapat menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah per hektar. Varietas unggul seperti borobudur dapat menghasilkan 25 ton, prambanan 28 ton, dan kalasan antara 31,2-47,5 ton per hektar.


9. Pascapanen

9.1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

9.3. Penyimpanan
 Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut:
a) Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3  hari.
b) Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering,  sejuk, dan peredaran udaranya baik.
c) Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.

Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.

Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.


10. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya ubi jalar dengan luas lahan 1 hektar per musim tanam (6 bulan) di daerah Bogor pada tahun 1999.


a) Biaya produksi

1. Sewa lahan 6 bulan                                                 Rp.    750.000,-

2. Bibit: 50.000 stek (500 kg)                                       Rp.    100.000,-

3. Pupuk

- Urea: 200 kg @ Rp. 1.100,-                                         Rp.     220.000,-

- TSP: 50 kg @ Rp. 1.800,-                                            Rp.       90.000,-

- KCl: 100 g  @ Rp. 1.650,-                                            Rp.     165.000,-

4. Pestisida: 2 liter (kg)                                                 Rp.     100.000,-

5. Tenaga kerja

- Pengolahan tanah dan pengguludan 100 HKP                 Rp.   1.000.000,-

- Penyiapan bibit 4 HKP+8 HKW                                      Rp.      100.000,-

- Penanaman 10 HKP+40 HKW                                       Rp.      400.000,-

- Pembongkaran guludan dan penyiangan 20 HKP            Rp.      200.000,-

- Pupuk, balik batang dan pengguludan 40 HKP                Rp.      400.000,-

- Pengairan 2 kali (8 HKP)                                              Rp.        80.000,-

- Pengendalian hama penyakit 4 HKP                               Rp.        40.000,-

6. Panen dan pasca panen 20 HKP+20 HKW                      Rp.      350.000,-

7. Alat dan penyusutan                                                   Rp.      150.000,-

Jumlah biaya produksi                                                    Rp.   4.145.000,-


b) Pendapatan : 25 ton @ Rp. 200.000,-                           Rp.   5.000.000,-


c) Keuntungan                                                                Rp.      855.000,-


d) Parameter kelayakan usaha

1. Rasio Output/Input                                                           = 1,205
Catatan : HKP= Hari Kerja Pria; HKW=Hari kerja Wanita

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Selama ini masyarakat mengenal ubi jalar sebagai makanan pangan pengganti/tambahan dalam keadaan darurat atau untuk konsumsi masyarakat bawah. Akan tetapi saat ini potensi ubi jalar cukup baik yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan Singapura, Belanda, Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia akan ubi jalar sebagai bahan baku berbagai industri. Begitu pula kebutuhan dalam negeri cukup tinggi dimana pada tahun 2000 ini Pemerintah merencanakan kebutuhan akan umbi-umbian sekitar 17 juta ton. Sedangkan rata-rata produksi ubijalar dari tahun 1983-1991 hanya 1,8 juta ton.

11. Standar Produksi

11.1.Ruang Lingkup

 Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil  secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali, sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label. Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu.

 11.5.Pengemasan

 Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca, antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau ekspiortir.
d) Berat bersih.
e) Berat kotor.
f) Negara/tempat tujuan.

TIPS MEMILIH PRODUK PUPUK ORGANIK GRANUL / PADAT


  1. DICIUM  / DIBAUI – Pupuk organik yang baik selalu berbau harum seperti bau tanah menandakan bahwa proses fermentasi aerobiknya sudah selesai. Jangan pergunakan dulu bila baunya masih seperti kotoran atau bau pesing karena ini akan menimbulkan fermentasi lanjutan dalam tanah yang bisa menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman.
  2. WARNA KEHITAM-HITAMAN seperti warna humus menandakan bahwa pupuk organik tersebut sudah benar benar matang. Warna yang masih coklat atau kehijau-hijauan tanda proses fermentasi belum selesai. Kadang-kadang ada juga produsen nakal yang mencampurnya dengan karbon agar tampilan produk menarik. Tetapi ini sangat mudah dikenali dengan cara mengaduknya di air, maka airnya akan langsung menjadi hitam.
  3. TES KANTONG PLASTIK. Kita bisa melakukan tes sederhana dengan memasukkan produk tersebut dalam kantong plastik dalam keadaan lembab ( bila produk kering, dibasahi dulu kira kira kadar air 20 % ), ditutup rapat rapat kedap udara dan dibiarkan dalam suhu kamar selama 1 minggu. Bila bentuknya masih baik dan baunya masih tetap seperti bau tanah, menandakan bahwa pupuk organik tersebut sudah benar-benar matang.
  4. TES PERKECAMBAHAN. Pupuk organik yang benar bila diatasnya ditaruh benih sehat, maka benih bisa tumbuh dengan baik.
  5. SUHU. Pupuk organik yang telah matang mempunyai suhu rendah yang stabil walaupun disimpan dalam waktu yang lama. Kita bisa mencobanya dengan memasukkan tangan disela-sela tumpukan karung pupuk. Pupuk yang benar terasa dingin di tangan.
  6. TES GUMPALAN. Kita bisa mencobanya dengan mengambil segenggam pupuk organik dalam kondisi lembab, kemudian remas dengan kuat. Maka pupuk organik murni akan mudah sekali menggumpal tetapi juga mudah sekali terurai. Pupuk organik yang ditambahi bahan lain seperti Clay (semacam serbuk liat untuk memudahkan granulasi) dan Dolomit terlalu banyak, setelah dikepal akan sulit kembali terurai.
  7. REMAH. Pupuk organik yang benar adalah yang tidak terlalu keras sehingga mudah terurai di dalam tanah dalam tempo yang singkat. Kebanyakan pupuk organik granul disetting dengan bentuk yang kering dan keras, tapi apalah artinya kalau membutuhkan waktu yang lama untuk bisa dimanfaatkan olah tanaman, apalagi bila untuk tanaman semusim.

BAHAN ORGANIK


Pengertian

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.

Bahan organik:  mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahapan (stage) dekomposisi (Millar, 1955)
Bahan Organik Tanah: lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian/seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun yang belum.
Kononova (1966) dan Schnitzer (1978) membagi bahan organik tanah menjadi 2 kelompok, yakni: bahan yang telah terhumifikasi, yang disebut sebagai bahan humik (humic substances) dan bahan yang tidak terhumifikasi, yang disebut sebagai bahan bukan humik (non-humic substances)
- Kelompok pertama lebih dikenal sebagai “humus” yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik bersifat stabil dan tahan terhadap proses bio-degradasi (Tan, 1982). Terdiri atas fraksi asam humat, asam fulfat dan humin.  Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah (Thompson & Troeh, 1978)
- Kelompok kedua meliputi senyawa-senyawa organik seperti karbohidariat, asam amino, peptida, lemak, lilin, lignin, asam nukleat, protein.

- Bahan organik tanah berada pada kondisi yang dinamik sebagai akibat adanya mikroorganisme tanah yang memanfaatkannya sebagai sumber energi dan karbon.
- Kandungan bahan organik tanah terutama ditentukan oleh kesetimbangan antara laju pelonggokan dengan laju dekomposisinya (Pal & Clark, 1989).
- Kandungan bahan organik tanah sangat beragam, berkisar ant 0,5% - 5,0% pada tanah-tanah mineral atau bahkan sampai 100% pada tanah organik (Histosol) (Bohn, 1979).
- Faktor yang pengaruhi kandungan BO tanah adalah: iklim, vegetasi, topografi, waktu, bahan induk dan pertanaman (cropping).
- Sebaran vegetasi berkaitan erat dengan pola tertentu dari agihan temperatur dan curah hujan. Pada wilayah yang Curah Hujan rendah, maka vegetasi juga jarang sehingga akumulasi BO juga rendah. Pada wilayah yang temperatur dingin, maka kegiatan mikroroganisme juga rendah sehingga proses dekomposisi lambat.
- Apabila terjadi laju pelonggokan bahan organik melampaui laju dekomposisinya, terutama pada daerah dengan kondisi jenuh air dan suhu rendah, maka kandungan bahan organik akan meningkat dengan tingkat dekomposisi yang rendah
- Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah, karena BO tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai cara.
- Hasil perombakan bahan organik BO mampu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan mineal tanah; agihan (distribution) bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap pemilahan (differentiation) horison.
- Proses perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang selanjutnya menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam tanah.

Stevenson (1982) menyajikan proses dekomposisi BO dengan urutan sbb:
  1. Fase perombakan bahan organik segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan menjadi lebih kecil.
  2. Fase perombakan lanjutan, yang melibatkan kegiatan enzim mikroorganisme tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapan:
    1. Tahapan awal: dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah terdekomposisi sebagai akibat pembafaatan BO sebagai sumber karbon dan energi oleh mikro organisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa sampingan (by products) seperti: NH3, H2S, CO2, asam organik dll.
    2. Tahapan tengah: terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan biomasa baru sel organisme)
    3. Tahapan akhir: dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian jaringan tanaman/hewan yang lebih resisten (mis: lignin). Peran fungi dan Actinomycetes pada tahapan ini sangat dominan
  3. Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi) yang akan membentuk humus.

Perombakan Bahan Organik

- Sisa-sisa tanaman & binatang mengalami perombakan dalam atau di atas tanah pada kondisi-kondisi yang berbeda.
- Kecepatan perombakan dan hasil-hasil akhir terbentuk bergantung kepada suhu, kelembaban, udara, bahan kimia dan mikrobia.
- Semakin tinggi suhu (hingga 40oC) akan semakin mempercepat perombakan. Ini merupakan salah satu alasan bahwa tanah atasan mempunyai kandungan BO rendah.
- Kelembaban diperlukan utk perombakan secara biologis, namun air yang berlebihan sangat menyebabkan kahat (kurang) udara dan akibatnya akan memperlamat perombakan.
- Ketersediaan bahan-bahan kimia yang diperlukan sebagai zat hara (terutama N) bagi mikrobia menentukan kecepatan perombakan dan berpengaruh terhadap jenis humus yang dibentuk.
- BO terombak lebih cepat di dalam tanah yang subur dibanding dalam tanah yang kurus.

Urutan perombakan komponen-komponen BO tanah adalah:
  1. Gula, pati, protein2 yang larut air
  2. Protein kasar
  3. Hemicelulose
  4. Selulosa
  5. Minyak, lemak, lignin, lilin
Kecepatan perombakan BO menurun sesuai dengan waktu dan tercapainya suatu komposisi kimia yang mirip humus yang dianggap sebagai salah satu hasil pertengahan perombakan.
Perombakan BO di dalam tanah adalah merupakan suatu proses pencernaan yang tak sama dengan pencernaan BO di dalam perut binatang. Sejumlah besar oksigen diperlukan untuk perombakan BO tersebut. Oksidasi BO paling cepat di dalam tanah permukaan dan paling lambat di dalam lapisan tanah bawahan, terutama jika tanah ini mampat dan basah.
Peristiwa khas: pengkerutan dan amblesnya Muck (mencapai 2-5 cm/th di Florida) dan gambut (peat) setelah diolah, karena berkembang dalam kondisi air tanah yang tinggi sehingga menghambat perombakan. Perlu draenase dan perbaikan aerasi, sehingga perombakan dapat dipercepat.

Hasil-hasil sederhana yang dihasilkan dari aktivitas mikroba tanah adalah sbb:
Karbon         : CO2, CO3=, HCO3- CH4, karbon elementer
Nitrogen       : NH4+, NO2-, NO3-, gas N2
Sulfur           : S, H2S, SO3=, SO4=, CS2
Fosfor          : H2PO4-, HPO4=
Lain-lain       : H2O, O2, H2, H+, OH-, K+, Ca+, Mg+ dll

Sumber Bahan Organik

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
 
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.
 
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidariat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidariogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
  Humus
Humus: campuran senyawa yang kompleks (tersusun oleh asam humat, asam fulfat, ligno protein dll), mempunyai sifat agak/cukup resisten (tahan) terhadap perombakan jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tak mempunyai bentuk tertentu), berwarna coklat-hitam, bersifat koloid (<1 µm, bermuatan) dan berasal dari proses humifikasi bahan organik oleh mikroba tanah.

Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.
 
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).
 
Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan regim suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah. Kemampuan humus menahan air dan ion hara melebihi kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan produktivitas tanah.
  Sifat dan Ciri Humus

- Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
- Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
- Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
- Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
- Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.
- Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
- Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
- Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
- Merupakan sumber energi jasad mikro.
- Memberikan warna gelap pada tanah.


Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik Tanah

Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
 
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
  Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.

Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.

Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).


Peranan Bahan Organik (Humus) Bagi Tanah

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
 
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
  Pengaruh Bahan Organik (Humus) pada Sifat Fisika Tanah

- Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer.

- Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
- Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
- Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.

Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
- Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
- Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.
- Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.
- Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidariogen.
- Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.

Secara ringkas, pengaruh secara fisik:
  1. warna tanah menjadi lebih kelam. Coklat-hitam: menaikkan suhu.
  2. Meningkatkan agregasi (granulasi tanah) dan urobilitas agregat, aerasi lebih baik, draenasi lebih baik, lebih tahan terhadap erosi
  3. Mengurangi plastisitas pada tanah lempung (liat-clay), tanah lebih mudah diolah (lebih gembur)
  4. Menaikkan kemampuan mengikat/menyimpan air

Pengaruh Bahan Organik (Humus) pada Sifat Kimia Tanah

Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
 
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan.
 
Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi. Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.
 
Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral.
Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidariolisis lagi .

Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidariat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.

Secara ringkas, pengaruh secara kimia:
  1. Menaikkan KTK (Kapasitas Tukar Kation). Humus mempunyai KTK>200 me/100 gr.
  2. Merupakan salah satu sumber unsur hara (penting dalam daur/siklus unsur hara)
  3. Merupukana cadangan unsur hara utama N,P, S dlm bentuk organik dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca) dalam bentuk khelat (chelate) dan akan dilepaskan secara perlahan-lahan.

Pengaruh Bahan Organik (Humus) pada Sifat Biologi Tanah

Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh.

Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.

Secara ringkas, pengaruh secara biologi :
Meningkatkan aktivitas, jumlah dan populasi mikro dan makro organisme tanah (O merup sumber energi/makanan) (bakteri, fungi, actinomycetes, cacing, serangga dll).


Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
  Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman

Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman. Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro.

Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi tingkat pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien organik dan inorganik. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik.
  Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman

Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.

Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah.

Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :
- Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
- Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
- Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
- Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
- Mengurangi erosi
- Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
- Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.
- Meningkatkan efisiensi pemupukan
 
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia.
  Macam-Macam Bahan Organik

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk merupakan bahan baik alami maupun buatan yang ditambahkan pada tanah supaya kesuburan tanah dapat meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu dari sisa-sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur. Pupuk organik terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-usur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah dan air.

Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa saringan dari pupuk padat. Pupuk cair ini dimaksudkan agar penggunannya lebih mudah, tidak mengandung kotoran, dan sekaligus menjaga kelembaban tanah. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk serasah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya akan berpengaruh positif terhadap tanah jika pemberiannya ke tanah setelah pupuk.


PUPUK PADAT ATAU KERING

Pupuk Hijau

Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamakaan ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain :
- mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
- mencegah adanya erosi
- dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
- sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk inorganik.
 
Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu :
- tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air
pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama ataupun penyakit
- dapat menimbulkan persaingan dngan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.
  Pupuk Seresah

Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah tidak terpakai. Misalnya jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya :
- dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
- mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan terbawa air
- menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
- menghambat pertumbuhan gulma
- menjaga tekstur tanah tetap remah
- menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
- memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah dan sumber humus


Pupuk Kompos

Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos. Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang tidak tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi adanya timbunan sampah yang menggunung serta megurangi polusi dan pencemaran di perkotaan.
  Pupuk Kandang

Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian organik.
 
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
- Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan tanah lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.
- Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting unuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain.
- Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain.
  PUPUK CAIR

Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.

Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.
 
Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Keuntungan pupuk cair antara lain :
- pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
- penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah
- aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas penggangu tanaman.
- Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogung (Harjono, 2000).
  MULSA (PENUTUP TANAH)

Mulsa atau penutup tanah sangat penting dan berpengaruh positif terhadap tanah maupun tanaman. Dalam peranannya untuk peningkatan kesuburan tanah, mulsa yang paling baik adalah mulsa yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, seresah dan ilalang, tidak dari plastik. Selain fungsinya untuk menjaga kelembaban tanah, setelah mulsa membusuk akan berguna sebagai pupuk organik yang memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
 
Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi bila erkena air hujan maupun pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti diketahui bahwa erosi akan memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi tanah yang pecah-pecah akan berpengaruh buruk pada perakaran tanaman berupa putusnya akar.
  Dengan adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap ke bawah sehingga tidak terjadi aliran permukaan. Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air tanah tetap tersedia bagi tanaman. Karena mulsa berguna untuk mengurangi penguapan, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan sebagai sumber penambah hara setelah menjadi pupuk hijau, lahan pertanaman yang menggunakan mulsa akan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.


Beberapa jenis pupuk yang termasuk kedalam pupuk organik adalah :

1. Pupuk kandang

Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Pupuk kandang berfungsi menambah unsur unsur hara baik makro maupun mikro kedalam tanah. selain itu pupuk kandang dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli, yaitu padat dan cair dengan perbandingan rata-rata 3 : 1.


Kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatelah bervariasi. Variasi ini disebabkan oleh macam atau jenis hewan, umur dan keadaan individu hewan, jenis makanan, bahan amparan dan cara pengelolaan dan penyimpanan pupuk kandang sebelum dipakai.
  2. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda yang dibenamakaan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah.

Dari segi biokimia keuntungan dari pemakaian pupuk hijau dapat dikatakan bahwa dengan pemakaian pupuk hijau berarti menambah persediaan bahan organik tanah. Disamping itu, tanaman calon pupuk hijau yang tumbuh mempunyai pengaruh terhadap pengawetan hara tanah karena mengabsorpsi hara, selain itu tanaman pupuk hijau berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) contohnya Centrosema sp dan Peuraria javanica.
  3. Kompos

Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
 
- Sifat fisik tanah
Kompos meningkatkan struktur tanah sehingga mempermudah pengolahan tanah, tanah pasiran menjadi lebih kompak dan tanah lempung dapat menjadi gembur. Selain itu kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan pengikatan hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
 
- Sifat kimia tanah
Kompos menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan hara makro mineral tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg didalam kompos berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Hara-hara mikro mineral yang juga terkandung dan dibutuhkan oleh tanaman seperti Fe, S, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Si dan trace mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
 
- Sifat biologi tanah
Kompos banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomicetes, bakteri dan alagiae) yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan ditambahkannya kompos didalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan kedalam tanah, akan tetapi mikroorganisme yang ada didalam tanah juga terpacu untuk berkembang biak. Selain itu aktifitas mikroorganisme didalam tanah juga menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auksin, giberellin dan sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas.
  4. Pupuk guano

Guano merupakan deposit atau sedimen yang terdiri dari kotoran binatang, terutama kotoran burung laut dan kelelawar yang telah mengalami pengaruh alam dalam waktu relatif lama dan telah mengalami perubahan-perubahan. Unsur hara yang terdapat didalamnya adalah N dan P dan ada juga guano yang mengandung unsur kalium (K).
  5. Asam humus (Humic Acid)

Asam humus merupakan senyawa kompleks bersifat koloid yang berasal dari bahan-bahan organik yang tahan terhadap dekomposisi dan sel-sel mikroorganisme yang sudah terurai, terbentuk pada akhir dekomposisi lanjut, berwarna coklat atau coklat kelam.
  Asam humus mempunyai kemampuan mengabsorpsi air mencapai 80-90%, sedangkan lempung silikat hanya 15-20%, selain itu dapat juga meningkatkan granulasi tanah dengan baik dan didalamnya terdapat unsur hara baik makro maupun mikro serta trace mineral lainnya yang dibutuhkan untuk perkembangan tumbuhan. Selain itu asam humus juga mempunyai kemampuan untuk mengikat vitamin dan zat-zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah sehingga sangat bermanfaat untuk tumbuhan tingkat tinggi, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), perbaikan struktur tanah, memacu perkembangan berbagai kelompokok mikroba yang menguntungkan dan lain-lain.


Bila reaksi dari penambahan bahan organik berjalan sempurna, akan didapatkan senyawa-senyawa sederhana seperti air, udara, dan sebagainya. Bila bahan organik segar dimasukkan ke dalam tanah, senyawa- senyawa yang terkandung dalam bahan organik tersebut dilapuk secara simultan namun dengan laju yang berrbeda-beda.

Tiga reaksi umum yang terjadi bila jaringan organik dimasukan ke dalam tanah :
- Limbah organik mengalami oksidasi enzimatik dengan CO2, air dan panas sebagai hasil utama
- Unsur-unsur fungsional, Nitrogen, Fosfor, dan belerang dibebaaskan dan atau digunakan oleh serangkaian reaksi spesifik yang khas bagi tiap unsur
- Senyawa yang tahan terhadap serangan jasad mikro akan dibentuk baik dari senyawa yang berasal dari bahan organik semula atau hasil bentukan jasad mikro.
  Peningkatan porositas tanah ditentukan oleh ukuran dan padatan tanah yang dapat meningkatkan aerasi, kandungan air, dan menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Pori-pori akan membentuk jaringan dalam tanah dalam bentuk tiga dimensi. Udara dalam ruang pori tanah umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan CO2. Hal ini penting bagi pernafasan mikroorganisme tanah dan akar tanaman, dan mempengaruhi jumlah mikroba aerobik dan anaerobik tanah.

Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman seperti akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah.

Bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan media pertumbuhan dan perkembangan perakaran.

Diantara peranan bahan organik meliputi:

- Menjaga kelembaban bahan organik terutama yang telah menjadi humus dengan rasio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat bobotnya. Karena kandungan air tersebut maka humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air. Tanah yang mengandung banyak bahan organik dapa menyimpan lebih banyak air sehingga kelembaban tanah akan terjaga.
- Menstabilkan temperatur bahan organik dapat menyerap panas yang tinggi namun dapat menjadi isolator panas juga karena mempunyai daya hantar panas yang rendah.
- Memperbaiki struktur tanah sifat humus dari bahan organik adalah gembur. Bobot yang rendah, kelembaban tanah yang tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan struktur tanah yang gembur, remah dan mudah dioleh. Struktur tanah yang demikian merupakan kondisi fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
- Meningkatkan efisiensi pemupukan pemupukan dengan pupuk organik akan memberikan tambahan jumlah hara dalam tanah dengan cepat.
- Mengurangi erosi.


Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).
  Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi secara alami atau buatan.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah,
 
Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Fungsi bahan organik adalah:
- Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
- Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
- Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
- Sumber energi bagi mikroorganisme.
 
Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi tanaman yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
 
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua, terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa - sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan oleh tanaman selama musim pertumbuhan.
 
Immobilisasi adalah konversi yang sebaliknya. Sebagai contoh adalah pengambilan amonium atau nitrat oleh tanaman atau mikroorganisme dan ditranformasikan ke dalam protein. Selanjutnya, demikian proses bolak - balik tersebut berlangsung.
 
Apabila sisa-sisa tanaman segar ditambahkan ke dalam tanah, nitrogen di dalam tanaman itu dapat terdekomposisi dan termineralisasi oleh mikroorganisme dan segera tersedia bagi tanaman, atau nitrogen itu mungkin tidak termineralisasi dan tidak tersedia bagi tanaman. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Seandainya semua faktor yang mempengaruhi dekomposisi optimum (seperti oksigen, suhu dan kelembaban),faktor pembatas di dalam proses itu tinggal nisbah karbon organik terhadap nitrogen total di dalam tanaman tersebut.
 
Pembenaman bahan organik segar dengan nisbah C/N tinggi, seperti batang jagung (40) dan jerami (80), yang kemudian segera diikuti dengan penanaman memerlukan nitrogen tambahan. Alternatif lain, waktu tanam ditunda dulu agar dekomposisi berkesempatan berlangsung lebih lanjut dahulu beberapa hari. Bahan organik segar dengan nisbah C/N kecil, seperti alfalfa dan kotoran manusia, bisa lebih baik dan tanahnya dapat langsung ditanami.
  Nisbah C/N kebanyakan tanah mendekati 10. Nisbah C/N humus sendiri adalah 10. Tanah - tanah, terutama untuk pembibitan, yang nisbah C/N-nya tinggi selalu memerlukan pupuk nitrogen yang cepat tersedia agar defisiensi nitrogen tidak terjadi.