Jumat, 31 Agustus 2012

BUDIDAYA WORTEL ( Daucus carrota L )


WORTEL ( Daucus carrota L )

Sejarah Singkat
  • Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur Dekat dan Asia Tengah.
  • Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rintisan budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya.
  • Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa.
  • Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
  • Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
§  Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
§  Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
§  Sub-Divisi : Angiospermae
§  Klas : Dicotyledonae
§  Ordo : Umbelliferales
§  Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
§  Genus : Daucus
§  Spesies : Daucus carrota L.
  • Tanaman wortel banyak ragamnya, tetapi bila dilihat bentuk umbinya dapat dipilih menjadi 3 golongan, yakni :
§  Tipe Chantenay, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tumpul.
§  Tipe Imperator, berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing.
§  Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan antara imperator dan chantenay.
  • Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A.
  • Merupakan bahan pangan bergizi tinggi, harga murah dan mudah mendapatkannya.
  • Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi", juga berkhasiat untuk penyakit dan memelihara kecantikan.
  • Wortel ini mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis berkhasiat untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati.
  • Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan.

SYARAT PERTUMBUHAN
  • Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi.
  • Tanaman wortel pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab.
  • Tanaman ini bisa ditanaman sepanjang tahun baik musim kemarau maupun musim hujan.
  • Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang dingin dan lembab.
  • Untuk pertumbuhan dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara 15,6-21,1 derajat C.
  • Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat/kusam. bila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.
  • Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang).
  • Jenis tanah yang paling baik adalah andosol. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan).
  • Tanaman ini dapat tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8.
  • Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5,0, tanaman wortel akan sulit membentuk umbi.
  • Demikian pula tanah yang mudah becek atau mendapat perlakuan pupuk kandang yang berlebihan, sering menyebabkan umbi wortel berserat, bercabang dan berambut.
  • Di Indonesia wortel umunya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl. tetapi dapat pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl.), produksi dan kualitas kurang memuaskan.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Pembibitan
  • Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
§  Tanaman tumbuh subur dan kuat.
§  Bebas hama dan penyakit/sehat.
§  Bentuknya seragam.
§  Dari jenis yang berumur pendek.
§  Berproduksi tinggi.
Penyiapan Benih
  • Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya.
  • Biji (benih) wortel dapat dibeli di toko-toko saran produksi pertanian terdekat, tetapi dapat pula membenihkan sendiri, terutama atas jenis/varietas wortel lokal dan non hibrida.
  • Para petani di sentra produksi sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :
§  Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
§  Potong ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi.
§  Siapkan lahan untuk kebun pembibitan wortel dapat bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara sempurna (dipupuk kandang optimal).
§  Semprot lahan pembibitan dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
§  Buat lubang tanam dengan alat bantu cangkul/tunggal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
§  Tanam umbi wortel pada lubang tanam, padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup bagian leher batang.
§  Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tanaman (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang pupuk oleh tugal).
7. Lakukan penyemprotan dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  secara periodic 3 – 5 hari sekali.
§  Pelihara kebun bibit wortel selama ± 3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
§  Petik tangkai buah wortel yang sudah tua (kering), lalu jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya.
  • Tatacara penyiapan benih wortel adalah sebagai berikut:
§  Pilih benih wortel yang baik, yakni berasal dari varietas unggul, murni, dan daya kecambahnya tinggi (lebih dari 90%).
§  Gosok-gosokan benih wortel dengan kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan.
§  Rendam benih wortel dalam air dingin selama 12-24 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (60 derajat C) yang telah dicampur POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt  selama 15 menit. Tujuan dari perendaman benih adalah mempercepat proses perkecambahannya.
§  Tiriskan benih wortel dalam suatu wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam (disebar) di lahan kebun.
Teknik Penyemaian Benih
  • Biji wortel di taburkan langsung di tempat penanaman, dapat disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan.
  • Jarak barisan paling tidak 15 cm, kemudian kalau sudah tumbuh dapat dilakukan penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain.
  • Kebutuhan benih untuk penanaman setiap are antara 150-200 gram. Para petani sayuran jarang menggunakan lebih dari 10 kg benih untuk tiap hektar.
  • Biji wortel akan mulai berkecambah setelah 8-12 hari.
  • Selama ditanam, lakukan penyemprotan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air secara periodic 5 – 7 hari sekali.
  • Untuk merangsang pembentukkan umbi yang optimal perlu ditunjang pembubunan dan pengguludan sekaligus memperjarang tanaman yang tumbuhnya sangat rapat.
  • Sisakan tanaman yang pertumbuhannya baik dan sehat pada jarak 5-10 cm.
  • Untuk mengendalikan hama serangga Semiaphis aphid dan S. daucisi penyerang daun serta lalat Psilarosae pelubang umbi wortel perlu disemprot  WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt

Pengolahan Media Tanam
Persiapan
  • Babat pohon-pohon atau semak-semak maupun tanaman lain yang tidak berguna.
  • Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma), batu kerikil dan sisa tanaman lain.
  • Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah.
  • Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75 - 1,5 ton/ha.
  • Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata.
  • Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.
  • Mula-mula tanah dicangkul sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan alat bantu cangkul, bajak/traktor  dan diberi pupuk kandang fermentasi atau kompos sebanyak 3 ton setiap hektarnya. Dicampur maupun menurut larikan sambil diratakan.
  • Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibuat alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm.
  • Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm,
  • Semprotkan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, diamkan selama 7 hari, agar kelak keadaan tanah benar-benar matang.
Pembentukan Bedengan
  • Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
  • Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.
  • Semprotkan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata ke permukaan bedengan.Diamkan selama 2 hari.
Pemupukan
  • Sebarkan pupuk kandang yang telah matang (jadi) sebanyak 3 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan.
  • Berikan pupuk dasar Urea 20 kg/ha, Sp 36 30 kg, Kcl 40 kg/ha atau pupuk majemuk NPK 50 kg/ha.
  • Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.
  • Semprotkan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata ke permukaan bedengan.

Penanaman
  • Sebarkan (taburkan) benih wortel secara merata dalam alur-alur/garitan-garitan yang tersedia.
  • Tutup benih wortel dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
  • Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm dari tempat benih arah barisan (memanjang) untuk meletakkan pupuk kandang fermentasi.
  • Sebarkan pupuk kandang tersebut secara merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
  • Tutup tiap garitan (alur) dengan dedaunan kering atau pelepah daun pisang selama 7-10 hari untuk mencegah hanyutnya benih wortel oleh percikan (guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga kestabilan kelembaban tanah.
  • Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah, penutup tadi segera di buka kembali.
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
  • Penjarangan tanaman wortel dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam.
  • Tujuan penjarangan adalah untuk memperoleh tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil produksinya dapat tinggi.
Penyiangan
  • Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tanaman wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi.
  • Waktu penyiangan biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan pemupukan susulan.
  • Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul.
  • Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
  • Tanah di sekitar barisan tanaman wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah.
  • Pendangiran dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan, yaitu pada saat tanaman akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. Saat pendangiran ini dilakukan juga pembubunan.
Pemupukan
  • Berikan pupuk dasar Urea 20 kg/ha, Sp 36 30 kg, Kcl 40 kg/ha atau pupuk majemuk NPK 50 kg/ha pada saat pembuatan bedengan sebagai pupuk dasar.
  • Pemupukan susulan dengan Urea 10 kg/ha, Sp 36 40 kg, Kcl 40 kg/ha atau pupuk majemuk NPK 60 kg/ha dilakukan pada 35 HST.
  • Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan pupuk kandang fermentasi secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah.
  • Lakukan penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara periodik 5 - 7 hari sekali pada 0 – 30 HST.
  • Lakukan penyemprotan larutan POC WarungTani II dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara periodik 5 - 7 hari sekali pada 30 HST sampai 1 minggu menjelang panen.
Pengairan dan Penyiraman
  • Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau.
  • Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar tanah tidak kekeringan.

Hama dan Penyakit
Hama
  • Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.) Hama ini sering disebut uler lutung (Jawa) atau hileud taneuh (Sunda) dan "Cutworms" (Inggris). Serangga dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya bergaris-garis dan terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tanaman adalah ulat atau larva. Ciri: ulat tanah adalah berwarna coklat sampai hitam, panjangnya antara 4-5 cm dan bersembunyi di dalam tanah. Gejala: ulat tanah menyerang bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman wortel yang masih muda. Akibat serangan, tanaman layu atau terkulai, terutama pada bagian tanaman yang dirusak hama. Pengendalian: dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman, dengan menggunakan WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt air
  • Kutu daun (Aphid, Aphis spp.). Ciri: kutu daun dewasa berwarna hijau sampai hitam, hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau abnormal. Pengendalian: mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutus siklus hidupnya. dengan menggunakan WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt air
  • Lalat atau magot (Psila rosae). Gejala: stadium hama yang sering merusak tanaman wortel adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian: pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot larutan WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt air.

Penyakit
  • Bercak daun Cercospora. Penyebab: cendawan (jamur) Cercospora carotae (Pass.) Solheim.Gejala: pada daun-daun yang sudah tua timbul bercak-bercak berwarna coklat muda atau putih dengan pinggiran berwarna coklat tua sampai hitam. Pengendalian: disinfeksi benih dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air selama 15 menit; pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili; pembersihan sisa-sisa tanaman dari sekitar kebun; penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air
  • Nematoda bintil akar. Penyebab: mikro organisme nematoda Sista (Heterodera carotae). Gejala: umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk, berbenjol-benjol abnormal. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air.
  • Busuk alternaria. Penyebab: cendawan Alternaria dauci Kuhn. Gejala: Pada daun terjadi bercak-bercak kecil, berwarna coklat tua sampi hitam yang dikelilingi oleh jaringan berwarna hijau-kuning (klorotik). Pada umbi ada gejala bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam sampai hitam kelam. Pengendalian: sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora.

Panen
  • Tanaman wortel yang telah berumur ± 3 bulan sejak sebar benih atau tergantung varietasnya.
  • Varietas Ideal dipanen pada umur 100-120 hari setelah tanam (hst). Varietas Caroline 95 hst., Varietas All Season Cross 120 hst., Varietas Royal Cross 110 hst., Kultivar lokal Lembang 100-110 hst.
  • Ukuran umbi telah maksimal dan tidak terlalu tua.
  • Panen yang terlalu tua (terlambat) dapat menyebabkan umbi menjadi keras dan berkatu, sehingga kualitasnya rendah atau tidak laku dipasarkan. Demikian pula panen terlalu awal hanya akan menghasilkan umbi berukuran kecil-kecil, sehingga produksinya menurun (rendah).
  • Khusus bila dipanen umur muda atau "Baby Carrot" dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
§  umur panen sekitar 50-60 hari setelah tanam.
§  ukuran umbi sebesar ibu jari tangan, panjangnya antara 6-10 cm dan diameternya sekitar 1-2 cm.
  • Cara panen wortel relatif gampang, yaitu dengan mencabut seluruh tanaman bersama umbinya.
  • Tanaman yang baik dan dipelihara secara intensif dapat menghasilkan umbi antara 20-30 ton/hektar.

Pascapanen
  • Kumpulkan seluruh rumpun (tanaman) wortel yang usai dipanen pada suatu tempat yang strategis, misalnya di pinggir kebun yang teduh, atau di gudang penyimpanan hasil.
  •  Pilih umbi yang baik sambil memisahkan umbi yang rusak, cacat, atau busuk secara tersendiri.
  • Klasifikasikan umbi wortel yang baik berdasarkan ukuran dan bentuknya yang seragam.
  • Simpan hasil panen wortel dalam wadah atau ruangan yang suhunya dingin dan berventilasi baik.
  • Ikat umbi wortel menjadi ikatan-ikatan tertentu sehingga praktis dalam pengangkutan dan penyimpanannya.
  • Potong sebagian tangkai daun untuk disisakan sekitar 15-20 cm.
  • Angkut hasil wortel ke pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di daerah setempat.
  • Khusus untuk sasaran pasar Swalayan, Gelael, Hero, dan lain-lain di kota-kota besar, umbi wortel biasanya dikemas dalam kantong plastik atau kontainer polietilin bening.

 STANDAR PRODUKSI
  • Standar mutu: Jjnis dan standar mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
  • Standar mutu wortel tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3163-1992.
  • Wortel segar digolongkan dalam dua jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II diantaranya :
§  Keasaman sifat varietas : mutu I= seragam; mutu II= seragam; cara pengujian= organoleptik.
§  Kekerasan : mutu I= keras; mutu II= keras; cara pengujian= organoleptik.
§  Warna : mutu I : normal; mutu II= normal; cara pengujian= organoleptik.
§  Kerataan permukaan : mutu I= cukup rata; mutu II= cukup rata.
§  Tekstur : mutu I = tidak mengayu; mutu II= tidak mengayu; cara pengujian= organoleptik.
§  Kerusakan (% ): mutu I= 5; mutu II= 10; cara pengujian =SP-SMP-301-1981.
§   Busuk (%) : mutu I = 2; mutu II= 2.
  • Cara pengambilan contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat pada daftar dibawah ini.
  • Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 umbi dari bagian atas tengah dan bawah.
  • Khusus untuk pengujian kerusakan dan yang busuk, jumlah contoh akhir yang diuji adalah 100 umbi.
  • Pelaksanaan dapat dilakukan di lapangan. Jumlah kemasan yang diambil dalam pengambilan contoh dalam lot adalah:
§  Jumlah kemasan 1 sampai 100, contoh yang diambil=5.
§  Jumlah kemasan 101 sampai 300, contoh yang diambil=7.
§  Jumlah kemasan 301 sampai 500, contoh yang diambil=9.
§  Jumlah kemasan 501 sampai 1000, contoh yang diambil=10.
§  Jumlah kemasan lebih dari 1000, contoh yang diambil=minimum 15.
  • Cara pengemasan wortel disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lainnya yang berat bersih maksimum 65 Kg, di tutup dengan anyaman bambu atau bahan lain kemudian diikat dengan tali rotan. Isi tidak melebihi permukaan kemasan.
  • Untuk  pemberian merk di bagian luar keranjang diberi label yang dituliskan antara lain:
§  Nama barang.
§  Jenis mutu.
§  Nama/kode perusahaan/ eksportir.
§  Berat bersih.
§  Produksi Indonesia.
Negara/tempat tujuan.

BUDIDAYA UBIJALAR (Ketela Rambat: Ipomoea batatas )


UBIJALAR (Ketela Rambat: Ipomoea batatas )

PENDAHULUAN
·         Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika.
·         Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
·         Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia
  • Selain sebagai sumber karbohidrat, ubijalar (Ipomea batatas (L) Lamb.) juga mengandung vitamin A, C dan mineral.
  • Ubijalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak mengandung anthocyanin yang bermanfaat bagi keseshatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker.
  • Ubijalar yang daging umbinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubijalar mengandung vitamin A setara dengan wortel.
  • Di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Amerika Serikat, ubujalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan pokok tetapi juga diolah menjadi pangan olahan seperti selai, saos, juice, serta sebagai bahan baku industri dan pakan ternak.
  • Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Di Indonesia produktivitas ubijalar hanya sekitar 10 ton/hektar. Padahal dengan teknik budidaya yang tepat beberapa varietas unggul ubijalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah per hektar.
  • Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di Indonesia.
  • Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia.
  • Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
  • Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok.
  • Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.
  • Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun
  • Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:
§  Daun: sayuran, pakan ternak
§  Batang: bahan tanam, Pakan ternak
§  Kulit ubi: pakan ternak
§  Ubi segar: bahan makanan
§  Tepung: makanan
§  Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat

 Syarat Pertumbuhan
  • Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
  • Daerah  yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
  • Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang  disukai.
  • Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).
  • Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
  • Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000  mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
  • Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
  • Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
  • Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup.
Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau.
Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
  • Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS.
  • Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl.
  • Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.

TEKNIK BUDIDAYA
Pembibitan
  • Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.
  • Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
·         Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk.
·         Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
§  Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
§  Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
§  Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,  normal, tidak terlalu subur.
§  Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya  rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
§  Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
  • Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
  • Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
  • Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
  • Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan  pertumbuhannya sehat dan normal.
  • Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang  20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
  • Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya  untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
  • Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang  teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

Pengolahan Media Tanam
Persiapan
  • Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.
  • Tambahkan pupuk kandang fermentasi 3 ton/ha ke dalam lahan.
  • Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  • Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan lahan, kemudian dibiarkan selama ±1  minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan, semprot lagi dgn larutan yg sama secara merata dipermukaan bedengan, diamkan 2 hari atau
  • Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan. semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan bedengan, kemudian dibiarkan selama ±1  minggu.

Pembentukan Bedengan
  • Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm.
  • Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.
  • Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.
  • Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah.
  • Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
  • Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
  • Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
  • Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.
  • Tata laksana penyiapan lhn untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai berikut :
Penyiapan Lahan Tegalan
  • Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
  • Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar.
  • Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan lahan. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
  • Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan
  • Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
  • Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan bedengan, kemudian dibiarkan selama ±2 hari.

Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
  • Babat jerami sebatas permukaan tanah
  • Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan
  • Olah tanah di luar bidang  tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk guludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak ntar guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan
  • Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
  • Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan bedengan, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu.
  • Pembuatan guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata.
  • Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan berikutnya.
  • Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut :
§  Babat jerami sebatas permukaan tanah
§  Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos
§  Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur .
§  Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan lahan. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
§  Buat guludan-gululdan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
§  Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
§  Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan bedengan, kemudian dibiarkan selama ±2 hari.
  • Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm.
  • Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga menyulitkan pada saat panen.
  • Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.

Penggunaan benih unggul
  • Varietas unggul yang telah dilepas selain produktivitas tinggi, juga memiliki sifat agak tahan terhadap hama boleng (Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas seperti Sari, Boko, Sukuh, Jago dan Kidal, dll
  • Untuk menjaga potensi hasil, stek yang ditanam harus bebas dari hama/penyakit.
  • Kebutuhan bibit 35.000-50.000 stek/ha.

Penanaman
  • Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal.
  • Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
  •  Stek pucuk ditanam di guludan dengan jarak dalam barisan 20-30 cm, jarak antar guludan 100 cm, populasi tanaman sekitar 35.000-50.000 tanaman/ha.
  • Ubijalar dapat pula ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
  • Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang tanah.
  • Sistem Monokultur :
§  Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.
§  Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.
§  Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit).
§  Masukkan pupuk dasar berupa urea 23 kg/ha,  Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl  15 kg/ha. 
§  Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air.
  • Sistem Tumpang Sari
§  Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan.
§  Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah.
§  Tata cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.
§  Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
§  Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
§  Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air.
§  Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.
§  Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
§  Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm.
§  Masukkan pupuk dasar berupa urea 27 kg/ha,  Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl  15 kg/ha. 
§  Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air.
§  Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang.

Pemupukan
  • Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah.
  • Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
  • Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat.
  • Dosis pupuk yang dianjurkan  secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha)  ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha)  ditambah 50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
  • Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
  • Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
·         Takaran pupuk yang digunakan pada system WTM adalah 80 kg Urea + 20 kg SP36 + 45 kg KCl.
·         Sangat baik bila ditambahkan pupuk kandang fermentasi sebesar 3 ton/ha yang diberikan bersamaan pembuatan guludan.
·         1/3 dari Urea dan KCl serta seluruh SP 36 diberikan pada saat tanam.
·         Sedangkan sisanya, 2/3 Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan.
·         Penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air diberikan pada saat selesai pembuatan bedengan & secara periodik 7 – 14 hr sekali sampai 1 minggu menjelang panen.
·         Untuk pertanaman di lahan sawah setelah padi, pemanfaatan jerami padi sebagai mulsa dapat menekan biaya penyiangan, karena selain meringankan penyiangan, dengan mulsa tidak perlu pembalikan batang.

Penjarangan dan Penyulaman
·         Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal.
·         Bibit yang mati harus segera disulam.
·         Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah.
·          Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
·         Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

Penyiangan & Pembubunan
·         Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma).
·         Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi.
·         Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
·         Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
·         Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
§  Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar  tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
§  Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan,  kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
§  Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan  hingga tanah cukup basah. 

Pengairan
  • Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal  pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
  • Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan.
  • Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan.
  • Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
  • Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.
  • Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali.
  • Hal Yang penting  diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
  • Pada musim kemarau, pengairan merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi.
·         Pengairan yang cukup dapat menghindarkan ubijalar dari serangan hama boleng (Cylas formicarius ).

Hama Dan Penyakit
Hama
  • Penggerek Batang Ubi Jalar (Omphisa anastomasalis). Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat).
Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian:  rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara intensif dengan penyemprotan larutan WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt air; pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; menanam varietas yang agak tahan; menanam stek bahan tanaman yang sehat atau mencelup stek ke dalam larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air selama 10 menit, rotasi tanaman, pembumbunan, penangkapan serangga dewasa jantan dengan seks feromon.
  • Hama Boleng atau Lanas(Cylas formicarius ), Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka.
Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian: pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara intensif dengan penyemprotan larutan WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt air; penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
  • Tikus (Rattus rattus sp) Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi.
Pengendalian: sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

Penyakit
  • Kudis atau Scab. Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.
Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.
Pengendalian: pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; kultur teknik budi daya secara intensif; penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat, penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air
  • Layu fusarium. Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas.
Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium; penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air.
  • Virus. Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf.
Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.
Pengendalian: penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan; penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air.
  • Penyakit Lain-lain misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air.

Panen
·         Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis).
·         Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
·         Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman.
·         Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.
·         Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan.
·         Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
·         Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
§  Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
§  Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,  kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
§  Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
§  Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
§  Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
§  Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara  terpisah dan warna kulit ubi yang seragam.
§  Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
§  Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan  (pengumpulan) hasil.
·         Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) dapat menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah per hektar.
·         Varietas unggul seperti borobudur dapat menghasilkan 25 ton, prambanan 28 ton, dan kalasan antara 31,2-47,5 ton per hektar.

Pasca panen.
·         Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
·          Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
·         Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
·         Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan.
·          Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu.
·         Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut:
§  Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3  hari.
§  Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering,  sejuk, dan peredaran udaranya baik.
§  Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.
·         Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan.
·         Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.
·         Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.

VARIETAS UNGGUL
·         Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti.
·         Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP).
·         Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian.
·         Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.
·         Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
§  Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
§  Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
§  Rasa ubi enak dan manis.
§  Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.
§  Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
§  Keadaan serat ubi relatif rendah.

Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Daya
  • Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x jonggol.
  • Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
  • Umur panen 110 hari setelah tanam.
  • Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
  • Rasa ubi manis dan agak berair.
  • Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

Prambanan
·         Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
·         Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
·         Umur panen 135 hari setelah tanam.
·         Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
·         Rasa ubi enak dan manis.
·         Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

Borobudur
  • Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
  • Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
  • Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
  • Umur panen 120 hari setelah tanam.
  • Ubi berasa manis.
  • Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

Mendut
  • Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria thn1984.
  • Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.
  • Umur panen 125 hari ssetelah tanam.
  • Rasa ubi manis.
  • Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

Kalasan
·         Varietas diintroduksi dari Taiwan.
·         Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.
·         Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
·         Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange  muda (kuning).
·         Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
·         Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).
·         Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat  beradaptasi di lahan marjinal.

Sari
  • Tipe tanaman semi kompak.
  • Produktivitas mencapai 30-35 ton/ha.
  • Bentuk umbi bulat telur membesar pada bagian ujung, tangkai umbi sangat pendek.
  • Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi kuning.
  • Rasa enak, manis, kandungan bahan kering 28 %, kandungan pati 32 %, kandungan beta karoten 381 mkg/100 g, agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis.
  • Varietas sari  ini beradaptasi luas dan berkembang di daerah sentra produksi ubijalar di Malang dan Mojokerto serta di Karanganyar.
  • Umbi dari varietas Sari cocok digunakan untuk campuran industri saos tomat.
  • Umur panen 3,5-4,0 bulan.

Sukuh
  • Merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman kompak.
  • Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha.
  • Bentuk umbi ellips membulat, tangkai umbi pendek.
  • Warna kulit umbi kuning dan warna daging putih.
  • Rasa enak, kandungan bahan kering 35 %, kandungan pati 31 %, kandungan beta karoten 37 mkg/100 g.
  • Varietas Sukuh agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis.
  • Varietas ini memiliki rendemen tepung tinggi dan kadar pati tinggi sehingga cocok untuk digunakan dalam industri tepung dan pati.
  • Umur panen 4,0-4,5 bulan.

Boko
  • Merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman kompak.
  • Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha.
  • Bentuk umbi ellips memanjang, tangkai umbi sangat pendek.
  • Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi krem.
  • Rasa enak, kandungan bahan kering 32 %, kandungan pati 32 %, kandungan beta karoten 108 mkg/100 g.
  • Varietas Boko agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis.
  • Bentuk umbi dan kulit umbi dari varietas Boko tergolong menarik, cocok untuk dikonsumsi langsung.
  • Umur panen 4,0-4,5 bulan.

Jago
  • Merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman semi kompak.
  • Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha.
  • Bentuk umbi membulat, tangkai umbi pendek.
  •  Warna kulit umbi putih dan warna daging umbi kuning muda. Rasa enak, kandungan bahan kering 32 %, kandungan pati 31 %, kandungan beta karoten 85 mkg/100 g.
  • Varietas Jago agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis.
  • Varietas ini memiliki rendemen tepung dan kadar pati tinggi dan cocok digunakan untuk produksi tepung dan pati.
  • Umur panen 4,0-4,5 bulan.

Kidal
  • Merupakan VUB ubijalar dengan tipe tanaman semi kompak.
  • Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha.
  • Bentuk umbi membulat, tangkai umbi sangat pendek.
  • Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi kuning tua.
  • Rasa enak, kandungan bahan kering 31 %, kandungan pati 32,85 %, kandungan beta karoten 345 mkg/100 g.
  • Varietas Kidal agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas ini cocok untuk dikonsumsi.
  • Umur panen 4,0-4,5 bulan.

Informasi dan Pemasaran benih :
Seksi Pengembangan Teknologi dan Produksi Perbenihan Tanaman Pangan
UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BP2APTP)
Jl. Yogyakarta-Wonosari KM.33 Gading, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Telepon . (0274) 392 040).