SEJARAH SINGKAT
- Temulawak merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu.
- Di daerah Jawa Barat temulawak disebut
sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak.
Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke
seluruh dunia.
- Saat ini tanaman ini selain di Asia
Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang,
Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.
Klasifikasi
- Divisi : Spermatophyta
- Sub divisi : Angiospermae
- Kelas : Monocotyledonae
- Ordo : Zingiberales
- Keluarga : Zingiberaceae
- Genus : Curcuma
- Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Deskripsi
- Tanaman berbatang semu dengan tinggi hingga lebih
dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap.
- Akar rimpang terbentuk dengan sempurna
dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap.
- Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai
dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau
coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 –
18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
- Perbungaan lateral, tangkai ramping dan
sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun
pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota
bunga.
- Kelopak bunga berwarna putih berbulu,
panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang
keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih
dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan
lebar 1cm
MANFAAT TANAMAN
- Di Indonesia satu-satunya bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog.
- Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat
tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya
dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi.
- Manfaat lain dari rimpang tanaman ini
adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol,
anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.
- Tanaman ini ditanam secara konvensional
dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena
itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia.
Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi,
dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
SYARAT
PERTUMBUHAN
Iklim
- Secara alami temulawak tumbuh dengan
baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar
matahari.
- Di habitat alami rumpun tanaman ini
tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti
tanah tegalan.
- Secara umum tanaman ini memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
- Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman
ini antara 19-30 oC
- Tanaman ini memerlukan curah hujan
tahunan antara 1.000-4.000
mm/tahun.
Media Tanam
- Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik
pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir
maupun tanah-tanah berat yang berliat.
- Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang
optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik.
- Dengan demikian pemupukan organik diperlukan untuk
memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap
gembur.
- Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk
menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
Ketinggian
Tempat
- Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat
5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl.
- Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh
pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl.
- Temulawak yang ditanam di dataran tinggi
menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri.
- Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran
sedang.
PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
- Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan
menggunakan rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun
rimpang anakan (rimpang cabang).
- Keperluan rimpang induk adalah
1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.
- Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman
tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.
- Tanaman induk dibongkar dan bersihkan
akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari
rimpang anak.
- Rimpang induk dibelah menjadi empat
bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama
4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
- Simpan rimpang anak yang baru diambil di
tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru.
- Penyiapan bibit dapat pula dilakukan
dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya
dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas.
- Rimpang yang telah bertunas segera
dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap
ditanam.
- Bibit yang berasal dari rimpang induk
lebih baik daripada rimpang anakan.
- Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum
tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.
Pengolahan
Media Tanam
- Lokasi penanaman dapat berupa lahan
tegalan, perkebunan atau pekarangan.
- Penyiapan lahan untuk kebun temulawak
sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
- Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman
lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit.
- Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai
tanah menjadi gembur.
- Lahan dibuat bedengan selebar 120-200
cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Semprot dengan larutan
POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air merata di permukaan
bedengan, diamkan selama 7 hr.
- Selain dalam bentuk bedengan, lahan
dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi
parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam
di musim hujan.
- Lubang tanam dibuat di atas
bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm.
Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
- Pupuk kandang fermentasi dimasukkan ke
dalam lubang tanam sebanyak 1/2 – 1 kg. Keperluan pupuk kandang fermentasi
untuk satu hektar kebun adalah 1 - 2 ton, pada satu hektar lahan terdapat
20.000-25.000 tanaman.
- Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air ke
dalam lubang tanam,
diamkan selama 7 hr.
Penanaman
- Penanaman dilakukan secara monokultur
dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang
memiliki pengairan sepanjang waktu.
- Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana
tanaman memerlukan banyak air.
- Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang
tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit
ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.
- Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air stlh penanaman.
- Masa tanam temulawak yaitu pada awal
musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang.
- Penanaman pada di awal musim hujan ini
memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang
sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
Pemeliharaan
Tanaman
Penyulaman
- Tanaman yang rusak/mati diganti oleh
bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
Penyiangan
- Penyiangan rumput liar dilakukan
pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk
menghindari persaingan makanan dan air.
- Peyiangan pertama dan kedua dilakukan
pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan).
- Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan
segera setelah rumput liar tumbuh.
- Untuk mencegah kerusakan akar, rumput
liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
Pembubunan
- Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada
tanaman rimpangrimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup
baik.
- Pembubunan dilakukan dengan menimbun
kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air.
- Pembubunan dilakukan secara rutin setelah
dilakukan penyiangan.
Pemupukan
Pemupukan
Organik
- Penggunaan pupuk kompos organik atau
pupuk kandang fermentasi dilakukan lebih sering dibanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan.
- Adapun pemberian pupuk kompos organik
ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai
pupuk dasar sebanyak 10 – 20 ton per hektar yang ditebar dan dicampur
tanah olahan.
- Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos
dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.
- Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada
umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan
sebanyak 0,2 – 0,3 kg per sisi antar barisan tanaman.
- Pemberian pupuk kompos ini biasanya
dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan
pembubunan.
- Penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air dilakukan secara periodik
2 – 4 minggu sekali pada saat tanaman berumur 1 minggu – 6 bulan.
- Penyemprotan larutan POC WarungTani II dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air dilakukan secara periodik
2 – 4 minggu sekali pada saat tanaman berumur 6 bulan - panen.
Pemupukan
Konvensional
- Pemupukan
Awal
§ Pupuk dasar yang diberikan saat
tanam adalah SP-36 sebanyak 30 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm
di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada
jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam.
§ Larikan atau lubang pupuk kemudian
ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk
mencegah kekeringan tunas.
- Pemupukan
Susulan
§ Pada waktu berumur dua bulan,
tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (1-1,5 ton/ha), 25
kg/ha urea dan 15 kg/ha KCl.
§ Pupuk diberikan kembali pada waktu
umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis
masing-masing 10 kg/ha.
§ Pupuk diberikan dengan cara
disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman
lalu ditutup dengan tanah.
Pengairan dan Penyiraman
- Pengairan dilakukan secara rutin pada
pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal.
- Pengairan selanjutnya ditentukan oleh
kondisi tanah dan iklim.
- Biasanya penyiraman akan lebih banyak
dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah
tidak boleh berada dalam keadaan kering.
Pemulsaan
- Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami
dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan
struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma
secara berlebihan.
- Jerami dihamparkan merata menutupi
permukaan tanah di antara lubang tanaman.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
- Hama temulawak adalah: Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites
Esp.), Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan Lalat rimpang (Mimegrala
coerulenfrons Macquart). Pengendalian : penyemprotan larutan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant WT dosis 2 ml/lt air
Penyakit
- Jamur
Fusarium Penyebab : F. oxysporum Schlecht dan
Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang
perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala :
Fusarium menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning,
layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan
berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium
menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah
warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk.
Pengendalian : Melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak
menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Dilakukan
penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air
- Penyakit
layu. Penyebab: Pseudomonas sp. Gejala : kelayuan daun
bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan
rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Pengendalian : dengan
pergiliran tanaman dan penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air
.
- Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit
secara terpadu
PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb :
PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb :
- Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang
sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit
serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
- Memanfaatkan semaksimal mungkin
musuh-musuh alami
- Menggunakan varietas-varietas unggul
yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
- Menggunakan pengendalian fisik/mekanik
yaitu dengan tenaga manusia.
- Menggunakan teknik-teknik budidaya yang
baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling
menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan
siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
- Penggunaan pestisida, insektisida,
herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik
baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu
penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan atas kerusakan
ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
PANEN
- Rimpang dipanen dari tanaman yang telah
berumur 9-10 bulan.
- Tanaman yang siap panen memiliki
daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki
rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
- Cara Panen,
Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan
rimpangnya.
- Panen dilakukan pada akhir masa
pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau.
- Saat panen biasanya ditandai dengan
mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat
dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau tahun berikutnya.
- Pemanenan pada musim hujan menyebabkan
rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan
rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
- Tanaman yang sehat dan terpelihara
menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.
PASCAPANEN
- Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk
memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma.
- Setelah selesai, timbang jumlah bahan
hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
- Pencucian dilakukan dengan air bersih,
jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi.
- Amati air bilasannya dan jika masih
terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi.
- Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
- Pemakaian air sungai harus dihindari
karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung
bakteri/penyakit.
- Setelah pencucian selesai, tiriskan
dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal
dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
- Jika perlu proses perajangan, lakukan
dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan
talenan.
- Perajangan rimpang dilakukan melintang
dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm.
- Setelah perajangan, timbang hasilnya dan
taruh dalam wadah plastik/ember.
- Perajangan dapat dilakukan secara manual
atau dengan mesin pemotong.
- Pengeringan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan
rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%.
pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka
pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk.
- Selama pengeringan harus dibolak-balik
kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
- Lindungi rimpang tersebut dari air,
udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi.
- Pengeringan di dalam oven dilakukan pada
suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven
dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk.
- Setelah pengeringan, timbang jumlah
rimpang yang dihasilkan
- Selanjutnya lakukan sortasi kering pada
bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari
benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain.
- Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran
ini (untuk menghitung rendemennya).
- Setelah bersih, rimpang yang kering
dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap
udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
- Berikan label yang jelas pada wadah
tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.
- Kondisi gudang penyimpanan harus dijaga
agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus
memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi
bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki
penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih
dan terbebas dari hama gudang.
STANDAR PRODUKSI
- Standar produksi meliputi: jenis dan
standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan.
- Standard mutu temulawak untuk pasaran
luar negeri dicantumkan berikut ini :
§ Warna
: kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
§ Aroma
: khas wangi aromatis
§ Rasa
: mirip rempah dan agak pahit
§ Kadar
air maksimum : 12 %
§ Kadar
abu : 3-7 %
§ Kadar
pasir (kotoran) : 1 %
§ Kadar
minyak atsiri (minimal) : 5 %
- Dari jumlah kemasan dalam satu partai
temulawak siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah
ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton.
§ Untuk
jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
§ Untuk
jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7
§ Untuk
jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9
§ Untuk
jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10
§ Untuk
jumlah kemasan dalam partai > 1000, contoh yg diambil min 15
- Kemasan yang telah diambil, dituangkan
isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan
sebagai contoh.
- Khusus untuk kemasan temulawak berat 20
kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang.
- Contoh yang telah diambil kemudian diuji
untuk ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat
yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan
mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
- Irisan temulawak kering dikemas dalam
kardus karton yang dilapisi plastik dengan kapasitas 20 kg.
- Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis,
dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain :
§ Produk
asal Indonesia
§ Nama/kode
perusahaan/eksportir
§ Nama
barang
§ Negara
tujuan
§ Berat
kotor
§ Berat
bersih
§ Nama
pembeli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar