Jumat, 31 Agustus 2012

Budidaya Temulawak



SEJARAH SINGKAT
  • Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
  • Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia.
  • Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.
Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledonae
  • Ordo : Zingiberales
  • Keluarga : Zingiberaceae
  • Genus : Curcuma
  • Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Deskripsi
  • Tanaman  berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap.
  • Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap.
  • Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
  • Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga.
  • Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm

MANFAAT TANAMAN
  • Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog.
  • Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi.
  • Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.
  • Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
  • Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari.
  • Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan.
  • Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
  • Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC
  • Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000
    mm/tahun.
Media Tanam
  • Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat.
  • Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik.
  • Dengan demikian pemupukan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur.
  • Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.

Ketinggian Tempat
  • Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl.
  • Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl.
  • Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri.
  • Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.

PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
  • Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang).
  • Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.
  • Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.
  • Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
  • Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
  • Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru.
  • Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas.
  • Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam.
  • Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan.
  • Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.

Pengolahan Media Tanam
  • Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan.
  • Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
  • Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit.
  • Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur.
  • Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air merata di permukaan bedengan, diamkan selama 7 hr.
  • Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.
  • Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
  • Pupuk kandang fermentasi dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1/2 – 1 kg. Keperluan pupuk kandang fermentasi untuk satu hektar kebun adalah 1 - 2 ton, pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.
  • Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air ke dalam lubang tanam, diamkan selama 7 hr.

 Penanaman
  • Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu.
  • Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air.
  • Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.
  • Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air stlh penanaman.
  • Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang.
  • Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
  • Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
Penyiangan
  • Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air.
  • Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan).
  • Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh.
  • Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
Pembubunan
  • Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada tanaman rimpangrimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik.
  • Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air.
  • Pembubunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.
Pemupukan
Pemupukan Organik
  • Penggunaan pupuk kompos organik atau pupuk kandang fermentasi dilakukan lebih sering dibanding kalau kita menggunakan pupuk buatan.
  • Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 10 – 20 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan.
  • Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.
  • Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 0,2 – 0,3 kg per sisi antar barisan tanaman.
  • Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
  • Penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air dilakukan secara periodik 2 – 4 minggu sekali pada saat tanaman berumur 1 minggu – 6 bulan.
  • Penyemprotan larutan POC WarungTani II dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air  & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air dilakukan secara periodik 2 – 4 minggu sekali pada saat tanaman berumur 6 bulan - panen.

Pemupukan Konvensional
  • Pemupukan Awal
§  Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 30 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam.
§  Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
  • Pemupukan Susulan
§  Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (1-1,5 ton/ha), 25 kg/ha urea dan 15 kg/ha KCl.
§  Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 10 kg/ha.
§  Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Pengairan dan Penyiraman
  • Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal.
  • Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim.
  • Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
Pemulsaan
  • Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan.
  • Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

HAMA DAN PENYAKIT
Hama
  • Hama temulawak adalah: Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.), Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart). Pengendalian : penyemprotan larutan WT Bvr  dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant  WT dosis 2 ml/lt air
Penyakit
  • Jamur Fusarium Penyebab : F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala : Fusarium menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Pengendalian : Melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Dilakukan penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air
  • Penyakit layu. Penyebab: Pseudomonas sp. Gejala : kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Pengendalian : dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air  & WT Ajuvant  dosis 2 ml/lt air .
  • Gulma
    Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara terpadu
PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb :
  • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
  • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
  • Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
  • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  • Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
  • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan atas kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

PANEN
  • Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan.
  • Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
  • Cara Panen, Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.
  • Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau.
  • Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.
  • Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
  • Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.

PASCAPANEN
  • Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma.
  • Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
  • Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi.
  • Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi.
  • Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
  • Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.
  • Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
  • Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan.
  • Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm.
  • Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.
  • Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
  • Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk.
  • Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
  • Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
  • Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk.
  • Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
  • Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain.
  • Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
  • Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
  • Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
  • Kondisi gudang penyimpanan harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
 STANDAR PRODUKSI
  • Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan.
  • Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini :
§  Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
§  Aroma : khas wangi aromatis
§  Rasa   : mirip rempah dan agak pahit
§  Kadar air maksimum : 12 %
§  Kadar abu : 3-7 %
§  Kadar pasir (kotoran) : 1 %
§  Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 %
  • Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton.
§  Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
§  Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7
§  Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9
§  Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10
§  Untuk jumlah kemasan dalam partai > 1000, contoh yg diambil min 15
  • Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh.
  • Khusus untuk kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang.
  • Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
  • Irisan temulawak kering dikemas dalam kardus karton yang dilapisi plastik dengan kapasitas 20 kg.
  • Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain :
§  Produk asal Indonesia
§  Nama/kode perusahaan/eksportir
§  Nama barang
§  Negara tujuan
§  Berat kotor
§  Berat bersih
§  Nama pembeli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar