BUDIDAYA SINGKONG
SEJARAH
SINGKAT
- Ketela pohon
atau singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi
kayu, singkong atau kasape.
- Ketela pohon
berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.
- Penyebarannya
hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok.
- Ketela pohon
berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk
ke Indonesia pada tahun 1852.
- Klasifikasi
tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
§ Kingdom : Plantae
atau tumbuh-tumbuhan
§ Divisi :
Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
§ Sub divisi :
Angiospermae atau berbiji tertutup
§ Kelas :
Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
§ Ordo :
EuphorbialesFamili : Euphorbiaceae
§ Genus :
ManihotSpesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta
Crantz sin.
- Varietas-varietas
ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi,
Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2,
Malang 1, Malang 2, dan Andira 4
- Di Indonesia,
ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung.
- Manfaat daun
ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau
untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa
digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai
kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon
dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan.
Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
- Di dunia
ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara-negara sentra ketela pohon adalah Thailand
dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
SYARAT
PERTUMBUHAN
Iklim
Iklim
- Curah hujan
yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
- Suhu udara
minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C.
- Bila suhunya
di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat,
menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
- Kelembaban
udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
- Sinar matahari
yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama
untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Media Tanam
- Tanah yang
paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan
organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur
hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman
ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik
baik unsur makro maupun mikronya.
- Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial
latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
- Derajat
keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar
antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8.
- Pada umumnya
tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga
seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian
Tempat
- Ketinggian
tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl,
sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl.
- Jenis ketela
pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat
tumbuh optimal.
PEMBIBITAN
SINGKONG
Persyaratan
Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Ketela pohon
berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
- Ketela pohon
harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
- Batangnya
telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
- Belum tumbuh
tunas-tunas baru.
Penyiapan
Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Bibit berupa
stek batang.
- Sebagai stek pilih
batang bagian bawah sampai tengah.
- Setelah stek
terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30
batang stek.
- Semua ikatan
stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
PENGOLAHAN
MEDIA TANAM SINGKONG
Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
- Pengukuran pH
tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH
tester.
- Penganalisaan
jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk
mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
- Penetapan
jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga
sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
- Luas areal
penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela
pohon.
- Pengaturan
volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan
perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen
nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen
raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
Pembukaan
dan Pembersihan Lahan
- Pembukaan
lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya.
- Tujuan
pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
- Untuk
menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah
gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah
kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran
adalah 1,5 ton/ha.
- Pemberian pupuk kandang fermentasi
sebanyak 3 ton/ha.
- Pembajakan
dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin
traktor.
- Pencangkulan
dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang
arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah
siap untuk ditanami.
- Semprot
permukaan lahan dengan larutan POC Warung Tani I dosis
10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air secara merata, diamkan selama 1 minggu.
Pembentukan
Bedengan
- Bedengan
dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian.
- Bedengan atau
pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
- Pembentukan
bedengan/larikan juga ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya
pertumbuhan tanaman.
- Semprot permukaan bedengan dengan larutan POC
Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis
10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata di
permukaan bedengan.
PENANAMAN
SINGKONG
Penentuan Pola Tanam
- Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah
hujan.
- Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang
paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi.
- Jarak tanam yang umum digunakan pada pola
monokultur ada beberapa alternatif yaitu : 100 x 100 cm, 100 x 60 cm atau
100 x 40 cm.
- Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa
dengan jarak tanam 150 x 100 cm atau 200 x 150 cm.
Cara Penanaman
- Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan
ujung bawah stek ketela pohon, kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau
kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah.
- Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek
ditanam dangkal saja.
- Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit
direndam terlebih dahulu dengan larutan POC Warung Tani I &
WT Zpt (dosis masing2 10 ml/ltr) selama 3-4 jam.
- Setelah itu baru dilakukan penanaman dilahan, hal
ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.
PERAWATAN & PEMELIHARAAN
Penyulaman
- Untuk bibit
yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut
dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan.
- Bibit atau
tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam.
- Pada umumnya
petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang
ada.
- Bibit sulaman yang baik seharusnya juga
merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam.
- Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau
sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
- Waktu
penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat
penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan
perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman
sulaman.
Penyiangan
- Penyiangan
bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu
(gulma) yang hidup di sekitar tanaman.
- Dalam satu
musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
Pembubunan
- Cara
pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan
setelah itu dibuat seperti guludan.
- Waktu
pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat
menghemat biaya.
- Apabila tanah
sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air
siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar
akar tidak kelihatan.
Perempalan/Pemangkasan
- Pada tanaman
Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal
setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang.
- Hal ini agar batang pohon tersebut bisa
digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
Pemupukan
Sistem
pemupukan dengan POC Warung Tani , dapat mengurangi kebutuhan pupuk
kimia/anorganik sampai dengan 80%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai
berikut :
- Berikan pupuk kandang/kompos fermentasi POC
Warung Tani I disetiap lubang yang akan ditanami bibit, kebutuhan
untuk 1 hektar sebanyak 3 ton atau 2.000 kg.
- 3 hari sebelum tanam disemprotkan larutan POC
Warung Tani I, WT Bakterisida , WT Trico/Glio ( dosis
masing2 10 ml/ltr air ) pada lahan secara merata.
- Setelah 3 hari bibit / stek siap ditanam
- 5 hari setelah tanam berikan campuran pupuk NPK
dengan dosis Urea : 20 kg, TSP/SP36 : 25 kg dan KCL : 20 kg pada lahan 1
hektar, 1 pohon diberikan campuran sebanyak ± 20 gram dengan cara
ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10cm.
- Pemberian/penyemprotan POC Warung Tani
I,WT Bakterisida , WT Trico/Glio sampai dengan umur 4 bulan
( dosis masing2 10 ml/ltr air ), dilakukan secara periodik 14 – 30 hari
sekali.
- Pemberian/penyemprotan POC
Warung Tani II, WT Bakterisida , WT Trico/Glio umur
4 bln s/d panen ( dosis masing2 10 ml/ltr air ),
dilakukan secara periodik 14 – 30 hari sekali.
- Pemberian pupuk anorganik selanjutnya pada umur
tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 30 kg,
dan KCL : 30 kg. Asumsi bila 1 hektar lahan ditanam 5.000 pohon berarti 1
pohon diberikan NPK sebanyak ± 10 gram dengan cara ditugalkan pada jarak
15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10cm.
Pengairan
& penyiraman
- Kondisi lahan ketela pohon dari awal
tanam sampai umur ± 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak
terlalu becek.
- Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman
dan pengairan dari sumber air yang terdekat.
- Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan
cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah.
- System yang baik digunakan adalah system genangan
sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan.
- Pengairan dengan system genangan dapat dilakukan
dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
HAMA DAN
PENYAKIT
Hama
Penyakit
Gulma
P A N E N
Ciri dan Umur Panen
·
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan
daun bawah mulai berkurang.
·
Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok.
·
Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8
bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
·
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya
dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
PASCA PANEN
Penyortiran dan Penggolongan
·
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup
strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan
·
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon
sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung.
·
Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat
dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
·
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang
berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama
terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging
umbi.
Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·
Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan
umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah
umbi yang akan disimpan.
·
Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun,
misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
·
Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan
teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan
daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
·
Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon
tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem
penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti
aslinya.
Pengemasan dan Pengangkutan
·
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk
melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan.
·
Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan
dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar
tetap segar.
·
Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor,
biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan
tepung tapioka.
·
Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton
ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.
·
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar
maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi
baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar
negeri.
·
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat
mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan dan
rekomendasi untuk tapioka.
·
Standar mutu ketela pohon (tepung tapioka) di
Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-345-1994.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Syarat mutu terdiri dari dua bagian :
·
Syarat organoleptik
§
Sehat (sound).
§
Tidak berbau apek atau masam.
§
Murni.
§
Tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing.
·
Syarat Teknis
§
Kadar air maksimum (%): mutu I=15; mutu II=15; mutu
III=15.
§
Kadar abu maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60;
mutu III=0,60.
§
Serat dan benda asing maksimum (%): mutu I=0,60; mutu
II=0,60; mutu III=0,60.
§
Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%): mutu I=94,5;
mutu II=92,0; mutu III=92.
§
Kekentalan (Engler): mutu I=3-4; mutu II=2,5-3; mutu
III<2,5.
§
Derajat asam maksimum (Ml IN Na): mutu I=3; mutu
II=3; mutu III=3.
§
Cemaran logam: ** OH/100 gram
- Timbal(Pb)(mg/kg): mutu I=1,0; mutu II=1,0; mutu III=1,0. - Tembaga (Cu) (mg/kg): mutu I=10,0; mutu II=10,0; mutu III=10,0. - Seng (Zn) (mg/kg): mutu I=40; mutu II=40; mutu III=40. - Raksa (Hg) (mg/kg): mutu I=0,05; mutu II=0,05; mutu III=0,05.
§
Arsen (AS) ** (mg/kg): mutu I=0,5; mutu II=0,5; mutu
III=0,5.
§
Cemaran Mikroba:**
- Angka lempeng total maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0 x100; mutu I=1,0x100; mutu III=1,0x100. - E. Coli maksimum(koloni/gram): mutu I=10; mutu II=10; mutu III=10. - Kapang maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0x104 ; mutu II=1,0x104; mutu III=1,0x104.
Keterangan:
·
** Dipersyaratkan bila dipergunakan sebagai bahan
makanan.
·
Kadar air ialah jumlah kandungan air yang terdapat
dalam ketela pohon dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
·
Kadar abu ialah banyaknya abu yang tersisa apabila
tapioka dipijar pada suhu 500 derajat C yang dinyatakan dalam persen berat
bahan.
·
Serat, ialah bagian dari tapioka dalam bentuk
cellulosa dan dinyatakan dalam persen berat bahan.
·
Benda asing ialah semua benda lain (pasir, kayu,
kerikil, logam-logam kecil) yang tercampur pada ketela pohon, dinyatakan dalam
persen dari berat bahan.
·
Derajat putih, ialah tingkat atau derajat keputihan
dari pada ketela pohon yang dibandingkan dengan derajat putih BaSO4 = 100 %
dinyatakan dalam angka.
·
Kekentalan ialah derajat kekentalanm dari pada
larutan ketela pohon dinyatakan dengan derajat Elger.
·
Derajat asam ialah derajat asam pada ketela pohon
yang dinyatakan dalam mililiter per gram.
Untuk mendapatkan mutu singkong yang sesuai dengan
standar maka harus dilakukan pengujian mutu singkong yang diantaranya adalah
:
·
Kadar air:
§
Timbang dengan teliti kira-kira 5 gram contoh,
§
Tempatkan dalam cawan porselen/silika/platina
§
Panaskan dalam oven dengan suhu 105 ± 1 derajat C
selama 5 jam.
§
Dinginkan dalam eksikator sampai tercapai suhu
kamar, lalu timbang.
§
Panaskan lagi 30 menit lalu dinginkan dalam
eksikator.
§
Ulangi pengerjaan tersebut 3-4 kali sampai diperoleh
berat antara 2 penimbangan
berturut-turut lebih kecil dari 0,001 gram.
·
Kadar abu:
§
Timbang 5 gram contoh kedalam cawan
porselen,/silika/platina yang sudah ditimbang beratnya.
§
Pijarkan cawan berisi contoh diatas pembakar mecer
kira-kira 1 jam, mula-mula api kecil lalu api dibesarkan sampai terjadi
perubahan contoh menjadi arang.
§
Sempurnakan pemijaran arang didalam tanur pada suhu
580-620 derajat C sampai menjadi abu.
§
Pindahkan cawan dalam tanur kedalam oven pada pada
suhu sekitar 100 derajat C, selama 1 jam.
§
Dinginkan cawan berisi abu dalam eksikator sampai
tercapai suhu kamar antara 15-30 derajat C, lalu timbang.
§
Ulangi pengerjaan pemijaran dan pendinginan,
sehingga diperoleh perbedaan berat antara dua pertimbangan berturut-turut
lebih kecil daripada 0,001 gram.
·
Kadar serat dan benda asing:
§
Timbang kira-kira 2,5 gram contoh yang telah
dikeringkan
§
Lalu dituangkan kedalam labu dengan ditambah asam
sulfat encer 1,25% yang telah dididih sebanyak 200 ml,
§
Pasangkan segera labu dengan pendingin balik yang
dialiri air.
§
Panaskan abu hingga mendidih selama 30 menit, pada
saat mendidih sesekali labu digoyangkan agar semua contoh terasam dan tidak
terjadi gosong pada dinding dalam labu.
§
Tanggalkan labu, lalu saring dengan kain halus 18
serat/cm yang dipasang pada corong penyaring.
§
Cuci residu dengan air mendidih sampai filtrat
bersifat netral dan 200 ml larutan natrium hidroksida lalu pindahkan residu
di atas kain kedalam labu.
§
Didihkan kembali labu selama 30 menit, lalu
tanggalkan labu dan segera saring dengan kain saring kemudian cuci residu
dengan air mendidih sampai filtrat bersifat netral.
§
Pindahkan residu kedalam cawan Gooch yang telah
dilapisi serat asbes dibantu pompa air, cuci residu dengan air panas dan
dibilas dengan 15 ml etil alkohol 95 %.
§
Keringkan cawan dan isinya pada suhu 104-106 derajat
C dalam oven, kemudian dinginkan hingga tercapai suhu kamar, lalu ditimbang.
§
Ulangi pengeringan dan penurunan suhu dalam
eksikator 2-3 kali masing-masing 30 menit hingga mencapai bobot tetap.
§
Pijarkan cawan gooch dan isinya pada suhu 580–620
derajat C sampai menjadi abu lalu tempatkan dalam oven (suhu ± 100 derajat C)
selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar, lalu timbang.
§
Ulangi pengeringan dan penurunan suhu dalam
eksikator 2-3 kali, masing masing 30 menit hingga diperoleh bobot tetap (W2).
·
Derajat Putih:
§
Tuangkan BaSO4 murni kedalam cuvet dan
§
Tentukan reflaktan pada skala 100,
§
Lalu tuangkan contoh kedalam cuvet lainnya.
·
Derajat kekentalan Engler:
§
Timbang 10 gram bahan,
§
Tuangkan ke dalam gelas piala (500 ml) lalu
tambahkan 100 ml etanol 70 % yang sudah dinetralkan dengan indikator phenol
ptalein,
§
Lalu kocok selama 1 jam pada alat penggosok mekanik
natrium hidroksida 0,1 N.
§
Saring dengan cepat melalui kertas saring kering,
pipet 50 ml saring,
§
Tuangkan kedalam erlenmeyer 500 ml dan titar saringan
dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N dengan indikator phenol ptalein.
·
Cemaran logam:
§
Masukkan contoh kedalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml H2SO4,
0,5 gram KMn04 dan direfluks hingga mendidih serta warna violet hilang.
§
Tambah 0,2 gram KMn04 dan pemanas diteruskan hingga
KMn04 1,5 gram.
§
Didihkan kembali selama 5 menit, dinginkan dan
tambahkan Hydroxylamine Hydrochoride sampai warna hilang,
§
Setelah itu tambahkan 1 ml Hydroxylamine hydrochoride
dan 2 ml asam asetan, pindahkan larutan kedalam labu pemisah tambahkan 10 ml
larutan Dhitizone, kocok selama 2 menit.
§
Pindahkan lapisan chloroform ke dalam corong pemisah
yang mengandung
25 ml NH40H kemudian kocok, cuci dengan 10 ml H2S04 IN dan buat larutan baku
(larutkan 0,9155 grm Pb Ac2 3H20 dalam air.
§
Tambahkan 5 ml HNO3 encerkan 500 ml
dengan air), dari larutan ini diambil 1 ml diencerkan menjadi 100 ml.
Sedangkan cara uji tembaga dan seng, raksa, arsen,
angka lempeng total, bakteri coliform dan eschericia coli sesuai dengan SNI
01–3451–1994, tapioka.
Pengambilan Contoh
·
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua
dari jumlah karung dengan maksimum 30 karung.
·
Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali, sampai
mencapai berat 500 gram.
·
Contoh kemudian disegel dan diberi label.
·
Petugas
pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih
dahulu.
Pengemasan
Tapioka dikemas dengan karung goni baru jenis ATWILL/Blacu yang baik, bersih, cukup memenuhi syarat eksport, mulutnya dijahit dengan kuat. Isi paling banyak untuk karung blacu 50 kg bersih, atau karung goni maksimum 100 kg/bersih. Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca, antara lain: a) Produksi Indonesia. b) Nama barang atau jenis barang. c) Nama perusahaan atau ekspiotir. d) Berat bersih. e) Berat kotor. f) Negara/tempat tujuan. |
thanks infonya..
BalasHapus