PENDAHULUAN
·
Cabai dapat ditanam di
dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6.
·
Bertanam cabai dihadapkan
dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan
unsur, serangan hama dan penyakit, dll..
·
Pada umumnya sistem budidaya
cabai di sentra-sentra produksi cabai masih menggunakan benih lokal dan
populasi tanaman per hektarnya tinggi.
·
Populasi yang sangat rapat ini
dapat mengakibatkan penangkapan sinar matahari setiap tanaman berkurang dan
kelembaban udara di sekitar kebun menjadi tinggi.
·
Kelembaban yang tinggi seringkali
dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit.
·
Perbaikan kultur teknik budidaya
cabai secara intensif untuk meningkatkan produksi maupun kualitas hasil,
diantaranya adalah penggunaan benih unggul dari varietas hibrida yang bermutu
tinggi, penerapan MPHP, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit,
serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan perempelan tunas
ataupun daun.
·
Dalam budidaya cabai, penyiapan
lahan harus didahulukan, kemudian disusul dengan penyiapan benih atau
pembibitan. Maksudnya agar tanah sebagai media tanam benar-benar telah matang
dan layak ditanami.
·
Sebaliknya, bila pembibitan
didahulukan, maka penyiapan lahan akan terburu-buru, sehingga tanahnya belum
matang benar dan bibit sudat terlanjur tua.
·
Bibit cabai hibrida umumnya siap
dipindahtanamkan dari persemaian ke lapangan (kebun) pada umur 17 - 23 hari
(berdaun 2 - 4 helai).
·
Bila bibit terlambat
dipindahtanamkan (terlanjur tua), pertumbuhan kurang optimal dan produksinya
menurun (rendah).
Persyaratan
lahan:
·
Tempatnya terbuka agar mendapat
sinar matahari secara penuh.
·
Lahan bukan bekas pertanaman yang
sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ; guna menghindari
risiko serangan penyakit.
·
Lahan yang paling baik adalah
berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat.
·
Lahan tegalan (tanah kering)
dapat digunakan, asal cukup tersedia air.
Syarat
Iklim
·
Pada umumnya cabai dapat ditanam
di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang
membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab.
·
Temperatur yang baik untuk
tanaman cabai adalah 240 - 270 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 -
230 C.
·
Setiap varietas cabai hibrida
mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.
·
Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero
dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m
dpl.
·
Sedangkan cabai hibrida Long
Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 - 1500 m dpl.
·
Khusus untuk cabai Paprika
umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi.
·
Kisaran temperatur optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara 210 - 250 C, sedangkan
untuk pembentukan buah memerlukan temperatur 18,30.
·
Cabai paprika tidak tahan
terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat menyebabkan buah
seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan sangat rendah.
·
Pada kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur bunga
dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil.
·
Meskipun cabai paprika umumnya
cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula dikembangkan di dataran
menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara memanipulasi lingkungan.
·
Alih teknologi budidaya paprika
di dataran menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening
(transparan).
SyaratTanah
·
Hampir semua jenis tanah yang
cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai.
·
Untuk mendapatkan kuantitas dan
kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan
organik, tidak mudah becek (menggenang),
bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.
·
Kisaran pH tanah yang ideal
adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya
akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah).
·
Pada tanah-tanah yang becek
seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang
penyakit layu.
·
Khusus untuk tanah yang pH-nya di
bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran,
sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.
·
Beberapa angka pH tanah (reaksi
tanah), terdiri atas:
§ Paling
masam (<
4.0)
§ Sangat
asam (4.0
- 4.5)
§ Asam
(4.5
- 5.5)
§ Agak
asam (5.5
- 6.5)
§ Netral
(6.5
- 7.5)
§ Agak
basa (7.5
- 8.5)
§ Basa
(8.5
- 9.0)
§ Sangat
basa (9.0).
·
Pada pH tanah asam, ketersediaan
unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum menurun
dengan cepat.
·
Pada pH tanah basa akan
menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng
ketersediaannya relatif menjadi sedikit.
·
Cabai yang ditanam pada tanah
asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
·
Sebaliknya pada pH basa, jumlah
unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga
dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimum.
PRATANAM
Pengolahan Lahan
Pengolahan Lahan
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai
berikut :
·
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa
tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya.
·
Tebarkan pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan POC Warung Tani I 3 ton/ ha.
·
Tanah dibajak atau dicangkul
sedalam 30 - 40 cm, semprot secara merata di permukaan
lahan dengan POC Warung Tani I, WT
Bakterisida, WT Trico/Glio masing2
dengan dosis 10 ml/lt air, (biarkan + 1 minggu), kemudian dikeringkan selama 7 - 14 hari.
·
Tanah yang sudah agak kering
segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 - 120 cm, tinggi 40 - 50 cm,
lebar parit 60 - 70 cm, sedangkan panjang bedengan sebaiknya lebih dari 12
meter.
·
Khusus pada tanah yang banyak
mengandung air (mudah becek), sebaiknya parit dibuat sedalam 60 - 70
cm. Di sekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling selebar dan
sedalam 70 centimeter.
·
Pada saat 70% bedengan kasar
terbentuk, Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 Siramkan & semprot secara merata di permukaan bedengan
dengan POC Warung Tani I, WT Bakterisida, WT Trico/Glio masing2 dengan dosis 10 ml/lt air.
·
Tambahkan pupuk kandang yang sudah
terfermentasi dengan POC Warung Tani I, masukkan ½ dari lobang tanam yg sdh dibuat. Populasi cabai hibrida per hektar
antara 18.000 - 20.000 tanaman pada jarak tanam 60 x 70 cm.
·
Bedengan ditutup mulsa
plastik dan dilubangi, sekaligus dibuat lubang tanam
dengan kedalaman kira2 20 cm, jarak tanam 60 cm x 70 cm
pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).
Pemasangan MPHP
·
Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi
permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan secara total sekaligus.
·
Pemasangan MPHP sebaiknya memperhatikan
cuaca, yakni pada saat terik matahari antara pukul 14.00 - 16.00 agar plastik
tersebut memanjang (memuai) dan menutup tanah serapat mungkin.
·
Pemasangan MPHP minimal dilakukan oleh 2
orang. Caranya adalah : tariklah kedua ujung MPHP ke masing-masing ujung
bedengan arah memanjang.
·
Kemudian dikuatkan dengan pasak bilah bambu
berbentuk "U" yang ditancapkan di setiap sisi bedengan.
·
Berikutnya tarik pula lembar MPHP ke bagian
sisi kiri kanan (lebar) bedengan hingga nampak rata menutup permukaan bedengan.
·
Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap
jarak 40 - 50 cm.
·
Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan
dulu selama + 7 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan
tidak membahayakan (toksis) bibit cabai yang ditanam.
Keuntungan penggunaan plastik
hitam-perak
Mulsa plastik yang dianggap baik di daerah subtropis adalah yang
berwarna hitam dengan ketebalan 50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPH) sudah
membudaya pada tanaman mentimun, tomat, strawberri dan kubis bunga. Adaptasi
atau pengembangan teknologi sistem Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan
Taiwan yang memperkenalkan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). MPHP ini memiliki
dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua
berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah, warna perak sebagai
permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya.
Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :
Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :
·
Pemberian pupuk dapat dilakukan
sekaligus total sebelum tanam.
·
Warna hitam dari mulsa menimbulkan
kesan gelap sehingga dapat menekan rumput-rumput liar atau gulma.
·
Warna perak dari mulsa dapat
memantulkan sinar matahari ; sehingga dapat mengurangi hama aphis, trips dan
tungau, serta secara tidak langsung menekan serangan penyakit virus.
·
Menjaga tanah tetap gembur, suhu
dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).
·
Mencegah tercucinya pupuk oleh
air hujan, dan penguapan unsur hara oleh sinar matahari.
·
Buah cabai yang berada di atas
permukaan tanah terhindar dari percikan air tanah sehingga dapat mengurangi
resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
·
Kesuburan tanah karena pemupukan
dapat merata, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif
seragam (homogen).
·
Praktis untuk melakukan
sterilisasi tanah dengan menggunakan gas fumigan seperti Basamid-G, karena
fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan gas zat fumigan tanpa harus membeli
plastik khusus.
·
Secara ekonomis penggunaan MPHP
dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan penggemburan tanah, sehingga biaya
pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari biaya pemeliharaan tanaman tersebut.
·
Pada musim kering (kemarau), MPHP
dapat menekan penguapan air dari dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering
untuk melakukan penyiraman (pengairan).
PERSEMAIAN ( 0-30
HARI)
Persiapan Persemaian
·
Arah persemaian menghadap ke
timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
·
Bersamaan dengan terbentuknya
bedengan kasar, dilakukan penyiapan benih dan pembibitan di pesemaian.
·
Untuk lahan (kebun) seluas 1
hektar diperlukan benih + 180 gr atau 18 bungkus kemasan masing-masing berisi
10 gram.
·
Benih dapat disemai langsung satu
dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang ataupun polybag kecil
ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan terlebih dahulu.
·
Sebelum dikecambahkan, benih
cabai sebaiknya direndam dulu dalam larutan POC Warung Tani I, WT Bakterisida, WT
Trico/Glio masing2 dengan 10 ml /
liter air hangat selama 15 - 30 menit kemudian diperam semalam untuk
mempercepat proses perkecambahan dan mencucihamakan benih tersebut.
·
Bila benih cabai akan disemai
langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag harus diisi dengan media tumbuh dari campuran
tanah dan pupuk kandang fermentasi atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1.
·
Bahan media semai tersebut
dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag hingga 90% penuh.
·
Biji cabai diletakkan satu
per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang fermentasi yang
telah disaring.
·
Berikutnya semua polybag yang
telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup
dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah.
·
Bila benih dikecambahkan terlebih
dahulu, maka sehabis direndam harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain
basah (lembab) selama + 3 hari.
·
Setelah benih keluar bakal akar
sepanjang 2-3 mm, dapat segera disemaikan ke dalam polybag. Cara ini untuk
meyakinkan daya kecambah benih yang siap disemai dalam polybag.
·
Tata cara penyemaian benih ke
dalam polybag prinsipnya sama seperti cara di atas hanya perlu alat bantu
pinset agar kecambah benih cabai tidak rusak.
·
Penyimpanan polybag berisi
semaian cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau bambu, namun dapat pula
diatur rapi di atas bedengan-bedengan selebar 110 - 120 cm.
·
Setelah semaian cabai tersebut
diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan sungkup dari bilah bambu
beratapkan plastik bening (transparan) ataupun jaring net kassa.
·
Semprot POC
Warung Tani I & WT Zpt dosis masing2 10 ml/ltr air pada umur 5,10, 17, & 24 HSS
·
Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban
Pengamatan Hama &
Penyakit dalam pembibitan
a. Penyakit
·
Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai
karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia
sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah,
mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan
tinggi siram/semprot dengan WT Bakterisida (
dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
).
·
Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan
permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora
parasitica. Cara mengatasi siram/semprot
dengan WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air ).
·
Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan
bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas
setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang
dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan WT
Bakterisida (
dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
).
H a m a
·
Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan
daun bagian bawah atau lipatan pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit
dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan WT
Bvr ( dosis 10 ml/ltr
air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
).
·
Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun
berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun
berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di
bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada
waktu teduh. Serangan parah semprot dengan WT
Bvr ( dosis 10 ml/ltr
air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
) untuk mengurangi penyebaran.
·
Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus).
Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian
bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal
batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu
tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip·
·
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur.
Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang
hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang
ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan WT Bvr ( dosis 10
ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
)
·
Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna
hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak
segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva
memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa
bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul
sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan,
menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot
dengan WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
)
·
Bekicot/siput. Memakan tanaman,
terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah
mulsa) dan buang ke luar areal.
PENANAMAN
·
Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan
tumbuh mulus
·
Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau
sore hari, dan bibit cabai telah berumur 17 - 23 hari atau berdaun 2 - 4 helai.
·
Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah
ditutup MPHP harus dibuatkan lubang tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah
hibrida adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, sedangkan cabai paprika 50 x 70 cm
atau 60 x 70 cm.
·
Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat
bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang.
·
Penggunaan alat ini dengan cara menempelkan
ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan.
Dengan cara demikian MPHP akan berlubang berupa bulatan-bulatan kecil
berdiameter + 6 - 8 cm dengan kedalaman 20 cm.
·
Selain itu, dapat juga menggunakan alat bantu
bekas kaleng susu yang salah satu permukaannya telah dipotong.
·
Cara penggunaan kaleng bekas susu ini adalah
: tutupkan pada calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian putarlah
sambil ditekan alakadarnya, maka akan langsung terbentuk lubang kecil.
·
Cara lain adalah menggunakan pisau silet atau
pisau cutter dengan cara dikeratkan langsung pada MPHP berbentuk bulatan kecil.
·
Isi lubang tanam dengan pupuk kandang fermentasi ½
dari kedalaman lubang.
·
Bibit cabai hibrida yang siap
dipindahtanamkan segera disiram dengan air bersih secukupnya.
·
Kemudian bersama dengan polybagnya direndam
dalam larutan WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air ) selama 15 - 30 menit
untuk mencegah penularan hama dan penyakit.
·
Setelah media semainya cukup kering, bibit
cabai hibrida dikeluarkan dari polybag secara hati-hati.
·
Caranya : ambil polybag berisi bibit sambil
dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari telunjuk dan jari
tengah.
·
Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara
pelan dan hati-hati, maka bibit cabai akan keluar bersama akar dan medianya.
·
Bibit cabai hibrida siap langsung ditanam
pada lubang tanam yang tersedia.
·
Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula
sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag;
kemudian bibit dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya
cukup padat. Bibit cabai hibrida yang disemai dalam polybag ini, begitu
dipindahtanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi).
·
Setelah penanaman selesai, tanaman
langsung disiram /disemprot POC Warung Tani I & WT Zpt dosis masing2 10 ml/ltr air .
PEMELIHARAAN TANAMAN (7-70 HST)
·
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi
: pemasangan ajir (turus), penyiraman (pengairan), perempelan tunas dan bunga
pertama, pemupukan tambahan (susulan), perempelan daun bawah di bawah cabang,
pengendalian hama dan penyakit.
·
Khusus untuk cabai paprika yang sifatnya peka
terhadap sinar matahari yang terik diperlukan naungan beratap plastik bening
(transparan).
·
Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal
per bedengan, atau 2 bedengan bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan
maupun ketersediaan bahan.
·
Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk
cabai paprika (atau cabai hibrida di musim hujan), pada prinsipnya adalah
sebagai berikut :
§
Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi
50 - 80 cm di bagian pinggir bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4
meter.
§
Pasang bilah bambu yang bentuknya
dilengkungkan setengah lingkaran setinggi 160 - 200 cm dari permukaan tanah.
Caranya adalah dengan memasukkan ujung bilah bambu ke dalam lubang bambu
gelondongan yang letaknya berpasangan.
§
Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu
dengan yang lainnya dengan bilah bambu yang dipasang memanjang, kemudian ikat
dengan tali kawat, hingga akhirnya sungkup (kerangka) naungan siap dipasang
atap plastik bening.
§
Pasang atap plastik bening, dan kuatkan
dengan tali pengikat agar tidak mudah lepas oleh terpaan angin.
Pemasangan ajir
(turus)
·
Cabai hibirida umumnya berbuah lebat,
sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak
rebah perlu dipasang ajir (turus) dari bilah bambu setinggi 125 cm, lebar + 4
cm dan tebalnya + 2 cm.
·
Ajir dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3
tanaman cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti arah panjang bedengan.
·
Antara ajir dengan ajir lainnya dihubungkan
dengan bilah bambu memanjang (gelagar) tepat pada ketinggian 80 cm dari
permukaan tanah.
·
Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni
pada saat tanaman belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam.
·
Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan
akar tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir.
·
Khusus untuk cabai paprika, pemasangan ajir
setiap tanaman 1 ajir.
Pengairan
(Penyiraman)
·
Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman
cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan kebun (adaptasi), maka
penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau.
·
Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya
dalam, pengairan berikutnya dilakukan dengan cara dileb setiap 3 - 4 hari
sekali.
·
Pengeleban ini airnya cukup sampai batas antara
tanah bagian bawah dengan ujung MPHP.
·
Setelah tanah bedengan basah, airnya segera
dibuang kembali melalui saluran pembuangan.
·
Tanah yang becek atau menggenang akan
memudahkan tanaman terserang penyakit layu.
·
Di lahan tertentu yang tidak mungkin melakukan
pengairan dengan cara dileb, dapat menggunakan teknik kocoran melalui selang
yang dialirkan di antara 4 tanaman.
·
Ujung selang dimasukkan ke dalam lubang MPHP
di tengah-tengah bedengan.
·
Tanaman cabai hibrida di bawah 40 hari,
memerlukan pengairan yang intensif dan rutin.
·
Sedangkan tanaman yang sudah produktif
(berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak. Tetapi yang terpenting adalah
menjaga agar tanah tidak kekeringan.
Perempelan
·
Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang
tumbuh dari ketiak-ketiak daun.
·
Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu
pertumbuhan secara optimal.
·
Oleh karena itu, perlu dilakukan perempelan
(pembuangan) tunas samping.
·
Perempelan tunas samping dilakukan pada
tanaman cabai hibrida yang berumur antara 7 - 20 hari.
·
Semua tunas samping dibuang agar tanaman
tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk cabang, maka perempelan tunas dihentikan.
·
Biasanya perempelan tunas ini dilakukan 2 - 3
kali. Tanpa perempelan tunas samping, pertumbuhan tanaman cabai akan lambat.
·
Ketika tanaman cabai mengeluarkan bunga
pertama dari sela-sela percabangan pertama, maka bunga ini pun harus dirempel.
·
Tujuan perempelan bunga perdana ini adalah
untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih
banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat.
·
Kelak tanaman cabai hibrida yang sudah
berumur 75 - 80 hari biasanya sudah membentuk percabangan yang optimal.
·
Daun-daun tua yang ada di bawah cabang dapat
dirempel, terutama daun yang terserang hama dan penyakit. Daun tua tersebut
sudah tidak produktif lagi, bahkan seringkali menjadi sumber penularan hama dan
penyakit.
·
Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama
/ produksi mulai umur 15 - 30 hr.
·
Perempelan daun-daun tua ini jangan terlalu
awal, sebab pertumbuhan cabang daun belum optimal.
·
Kesalahan perempelan daun tua, justru
berakibat fatal, yakni menyebabkan tanaman cabai tumbuh merana dan produksinya
menurun.
Pemupukan susulan.
·
Sekalipun tanaman cabai hibrida sudah dipupuk
total pada saat akan memasang MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang
prima dapat diberi pupuk tambahan (susulan).
·
Jenis pupuk yang digunakan pada fase
pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) adalah POC Warung Tani I ( dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ) ke tanaman mulai pada umur 5 hst dilakukan scr periodik 5 – 7 hari
sekali,, pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, misalnya
Multimicro dan Complesal cair. Interval penyemprotan pupuk daun antara 10 - 14
hari sekali, dengan dosis atau konsentrasi yang tertera pada labelnya (kemasan)
pupuk daun tersebut.
·
Pada fase pertumbuhan bunga dan buah
(generatif), masih perlu pemberian pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan
Kaliumnya tinggi, POC Warung Tani II ( dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ) dilakukan scr periodik 5 – 7
hari sekali.
Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore Kalsium. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah.
Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore Kalsium. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah.
·
Tanaman cabai yang berumur 50 hari dapat dipupuk
susulan berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, Kcl, (1 : 1 : 1 : 1)
sebanyak 5 gr/phn.
·
Cara pemberiannya adalah dengan melubangi
MPHP diantara 4 tanaman.
·
Kemudian pupuk dimasukkan melalui lubang
tersebut sambil diaduk-aduk dengan tanah dan langsung disiram air bersih agar
cepat larut dan meresap ke dalam tanah.
·
Pemupukan susulan berikutnya masih
diperlukan, terutama bila kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang memuaskan
atau karena terserang hama dan penyakit. Pemberian pupuk susulan ini dapat dilakukan setiap dua minggu sekali.
·
Varietas cabai hibrida umumnya bisa berbuah
cukup lama, sehingga dapat dipanen beberapa kali (12 - 14 kali), terutama pada
hibrida Hot Beauty dan Hero.
·
Setiap kali selesai panen perlu dipupuk
susulan untuk mempertahankan produktivitas buah. Jenis dan dosis pupuknya
adalah berupa POC Warung Tani II ( dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ) & NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl, (1 : 1
: 1 : 1) sebanyak 5 gr/phn yang diberikan di antara 2
tanaman cabai bagian kiri dan kanan.
·
Pada kondisi pertumbuhan tanaman cabai cukup
bagus, pemberian pupuk susulan ini cukup sebulan sekali.
Jenis Pupuk
|
20 hst(kg/ha)
|
50 hst(kg/ha)
|
Urea
|
7
|
10
|
SP-36
|
21
|
30
|
KCl
|
25
|
56
|
Catatan :
·
Pupuk kimia dasar bisa digantikan
dengan NPK mutiara 2 gram/lubang tanam pada 20 hst & 5 gram /lubang tanam
pada 50 hst.
·
Pemberian NPK mutiara untuk tahap
selanjutnya deberikan setiap selang 3 / 4 kali panen, 5 gram/lubang tanam.
·
Penyemprotan POC Warung Tani I (
dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ) ke tanaman mulai pada umur 5
hst dilakukan scr periodik 5 – 7 hari sekali, kemudian pada umur 50 hst POC
Warung Tani II ( dosis 10
ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ) dilakukan scr periodik 5 – 7
hari sekali.
Pengamatan Hama dan Penyakit
·
Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
·
Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
·
Penyakit Layu,
disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala
serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu
dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, semprotkan & kocor dengan WT Bakterisida (
dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air )
·
Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada
daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran
dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini
sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah
dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari.
untuk mengurangi penyebaran, semprotkan & kocor dengan WT Bakterisida (
dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
)
·
Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan
menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah
bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah
busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai
busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan
aktif Metil Eugenol 40 buah / ha , semprotkan & kocor dengan WT Bvr ( dosis 10
ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
)
·
Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum
gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak
atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna
orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar
penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian
buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah
terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan
berat semprotkan & kocor dengan WT
Bakterisida ( dosis 10
ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr air ) & WT
Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
).
PANEN DAN PASCA PANEN
PANEN
·
Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh
faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam.
·
Di dataran rendah, umumnya cabai mulai
dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam.
·
Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari
sekali.
·
Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan),
panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam.
·
Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang
6-10 hari sekali.
·
Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai
dipilih pada tingkat kemasakan 85% - 90% saat warna buah merah-kehitaman.
·
Di dataran rendah, panen cabai untuk tujuan
ekspor dapat diatur 2 hari sekali ; sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari
sekali.
·
Pada cabai paprika, persyaratan layak panen
adalah bila buahnya telah mencapai ukuran maksimal, hampir matang tetapi
warnanya masih hijau.
·
Buah cabai paprika yang dipanen terlalu muda
bobotnya akan menurun secara drastis dan kurang tahan angkut (cepat rusak).
·
Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen
terlalu matang atau warnanya sudah merah, maka kualitasnya kurang disukai pasar
(konsumen). Kecuali beberapa varietas cabai paprika memang khusus untuk dipanen
buah merah ataupun buah kuning.
·
Cara panen cabai hibrida adalah
memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati di saat cuaca terang.
·
Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah,
kemudian dikumpulkan di tempat penampungan.
·
Pada pertanaman yang baik, dapat menghasilkan
produksi antara 20-40 ton/ha. Khusus cabai paprika minimal dapat menghasilkan
5-10 ton/hektar, harga jualnya lebih mahal dibanding dengan jenis-jenis cabai
lainnya.
·
Setiap setelah pemetikan panen
disemprot dengan POC Warung
Tani II ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Zpt (
dosis 10 ml/ltr air ) & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air ).
PASCA PANEN
·
Pemilihan buah (seleksi dan sortasi) Di
tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih berdasarkan warna merah, masih
kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat dengan buah sakit atau rusak
(busuk).
·
Pengkelasan (klasifikasi) Khusus untuk
diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih buah-buah cabai yang panjangnya
minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak terlalu matang.
·
Untuk sasaran pasar lokal, pengemasan
cabai dapat dilakukan dalam karung plastik yang tembus udara ataupun keranjang
bambu.
·
Untuk sasaran pasar ekspor, buah-buah cabai
ditata rapi dalam kardus-kardus ukuran 30 x 40 x 50 cm berisi + 20 kg, dan
berventilasi atau dibuatkan lubang-lubang kecil.
·
Penyimpanan sementara sebelum dipasarkan,
sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh dan cukup lembab, serta sirkulasi udara
baik.
·
Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan,
dapat dilakukan dalam ruang dingin (cold storage) yang suhunya rendah antara
2-15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi sekitar 90%-95% agar tetap segar
selama + 20 hari.
Cabai Kering
·
Pemasaran cabai kering memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya memudahkan pengangkutan, produk-nya dapat dikemas
secara ringkas dan tahan lama.
·
Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang
(berwarna merah), kemudian dicuci bersih dan tangkainya dibuang.
·
Setelah buah cabai ditiriskan, segera dibelah
dan dibuang biji-bijinya.
·
Perendaman sesaat dalam air hangat
(blanching)
·
Buah-buah cabai segar segera dicelupkan ke
dalam air mendidih yang telah dicampur Kalium Metabisulfit 0,2%.
·
Lama perendaman + 6 menit, kemudian disusul
pencelupan ke dalam air dingin.
·
Tujuan blanching adalah untuk menambah
ketahanan warna buah sehingga tidak cepat berubah terjadi coklat (browning).
·
Pengeringan cabai dapat dilakukan secara
alami (sinar matahari) selama 7-10 hari, ataupun dengan alat mekanis yang
bersuhu 600 C sehingga dapat kering selama 12-20 jam.
·
Pengeringan dengan alat mekanis memiliki
beberapa keuntungan, antara lain waktunya relatif singkat, bersih, dan kadar
air dapat seminim mungkin + 10%.
·
Cabai kering dapat dikemas dalam kantong
ataupun karung plastik tertutup rapat.
·
Tempat penyimpanannya yang baik adalah
ruangan kering dengan kelembaban 70%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar