Deskripsi
- Baby
corn atau biasa disebut jagung semi atau jagung putri sebenarnya merupakan
tongkol jagung yang dipanen waktu muda (belum berbiji).
- Mulanya
sayuran ini hanya sebagai hasil sampingan panen jagung sehingga jumlahnya
relatif sedikit dan sukar didapatkan di pasaran.
- Padahal
sayuran ini sudah lama dikenal di Indonesia dan umumnya dipakai dalam
masakan sehari-hari atau perhelatan (pesta), antara lain dalam masakan cap
cay, sop, oseng-oseng, dan sebagainya.
Syarat
Tumbuh
- Baby
corn dapat tumbuh pada daerah berketinggian 0-1.300 m dpl.
- Dapat
hidup baik di daerah yang beriklim panas atau dingin dengan temperatur sekitar
23 – 27° C.
- pH
sekitar 5,5 – 7,0.
- Tanah
yang disukai baby corn adalah tanah yang gembur, kaya akan humus, dan
tingkat kemiringan yang tidak lebih dari 8%.
- Namun
demikian, baby corn masih dapat berproduksi tinggi pada tanah yang tidak
terlalu subur asalkan mendapatkan pemeliharaan yang teliti.
- Seperti
juga jagung, baby corn dapat ditanam secara tumpang sari atau secara
rotasi dengan padi.
Pedoman Budidaya
·
Baby
corn tidak perlu disemaikan, melainkan langsung ditanam pada lahan yang telah
diolah.
·
Bersamaan
saat pengolahan lahan, pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak sekitar 2 ton/ha
dilakukan.
·
Penyemprotan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air merata ke
permukaan lahan., diamkan selama 7 hari.
·
Kemudian
buatlah lubang tanam berjarak 75 x 15 cm beserta saluran air (drainase).
·
Setelah
pengolahan lahan selesai, benih segera dimasukkan ke dalam lubang tanam.
·
Setelah
itu, lubang tanam ditutupi dengan tanah.
·
Sebelum
ditanam, benih perlu direndam dengan larutan
POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT
Zpt dosis 2 ml/lt air
·
Bersamaan
dengan penanaman benih, lakukanlah pemupukan dasar, yaitu dengan Urea 20 kg/ha,
TSP 35 kg/ha, KCl 15 kg/ha,.
·
Pupuk
diberikan dengan cara ditugal pada jarak sekitar 5 cm dari tiap lubang tanam.
Pemeliharaan
- Penyiangan dilakukan sesering mungkin agar baby
corn jangan sampai terganggu gulma.
- Pada hari ke-20, dilakukan pembumbunan yang dibarengi
dengan pemberian Urea sebanyak 20 kg/ha.
- Pemberian Urea diulangi kembali saat tanaman
berumur 40 hari setelah tanam, yaitu sebanyak 20 kg/ha.
- Untuk menjamin kesempurnaan struktur daun dan
pertumbuhan tongkol yang optimal, serta untuk mencegah serangan penyakit
bulai pada baby corn, lakukan penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air,
WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara periodik 5 – 7 hari
sekali .
- Pemberian/penyiraman air cukup dilakukan
sekali sehari apabila tidak turun hujan.
- Jika kondisi lahan sangat kering, penyiraman
dapat ditambah agar tanaman tidak kekeringan, terutama pada saat
pertumbuhan dan pembungaan.
- Pemeliharaan yang lain adalah pembuangan bunga
jantan (detasseling) yang dilakukan setelah bunga jantan keluar, tetapi
belum sempat mekar (sekitar 5-6 minggu setelah tanam). Caranya adalah
batang digoyang perlahan-lahan agar pelepah daun agak melebar. Selanjutnya
tangkai bunga jantan dicabut dengan tangan.
- Pemeliharaan yang penting adalah membuang tunas
liar/tunas air yang sering tumbuh pada cabang atau batang bawah.
- Gulma/alang-alang yang tumbuh di kebun apel harus
segera dibersihkan.
- Demikian pula bila ada lumut (Lichenes) yang
tumbuh pada batang harus dibersihkan.
- Daun-daun yang menutup buah harus dirompes karena
buah yang tidak terkena sinar matahari warnanya tidak akan merata (hijau
merah atau hijau kuning).
Hama dan Penyakit
Hama
dan penyakit baby corn adalah hama dan penyakit tanaman jagung yang masih muda
(saat pertumbuhan dan pembungaan), antara lain sebagai berikut.
- Lalat bibit (Antherigona exiqua Stein) ditandai dengan matinya tanaman yang baru mulai tumbuh. Pencegahan
dan pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10
ml/lt air & WT Ajuvant WT dosis 2 ml/lt air. Penyemprotan dilakukan setiap 5 - 7 hari sekali,
dimulai 5 hari setelah tanam.
- Ulat tongkol (Heliothis armigera HSN) ditandai dengan rusaknya tongkol, terutama apabila panen
terlambat. Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit.
- Penggerek batang (Sesamia inferens) ditandai dengan adanya lubang-lubang pada batang karena hama ini
masuk dan mengisap cairan batang, terutama saat tanaman telah berbunga.
Tindakan pencegahan, seperti pada lalat bibit saat tanaman baby corn akan
berbunga.
- Ulat daun (Prodenia litura F) ditandai dengan
rusaknya daun karena hama ini memakan daun baby corn, terutama pada waktu
tanaman mulai berumur satu bulan. Pemberantasannya sama seperti
pemberantasan lalat bibit.
- Ulat tanah (Agrotis sp) dimulai sejak
tanaman baby corn mulai tumbuh. Ulat ini memakan tanaman sampai habis.
Pencegahannya dilakukan dengan cara tanah difumigasi sebelum penanaman
dimulai. Sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan cara ulat yang
biasanya terdapat di dalam tanah dicari dan dibunuh.
- Bulai (Corn downy mildew) Gejala serangan
ditandai dengan adanya garis kuning lebar pada daun yang merupakan benang
cendawan. Pada pagi hari, akan timbul tepung putih menutupi daerah yang
berwarna kuning itu, terutama bagian bawah. Bila penyakit terbawa dari
benih, tanda serangan akan timbul sejak daun masih muda. Penularan
penyakit ini dapat melalui benih dan spora yang terbawa angin. Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan
Sclerospora maydis atau disebut pula Peronossclerospora maydis. Sebaiknya penyakit ini dicegah
dengan cara menanam varietas yang tahan terhadap penyakit ini. Benih
direndam dengan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air sebelum ditanam secara serentak. Lakukan penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air secara berkala 5 – 7 hari sekali.
- Helminthosporium Gajala serangan
ditandai dengan adanya bercak kuning yang dikelilingi warna cokelat pada
daun, pelepah, dan tongkol. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum atau Helminthosporium maydis.
Pengendaliannya dilakukan dengan cara rotasi tanaman, sedangkan
pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air secara berkala 5 – 7 hari sekali.
- Karat Gajala serangan ditandai dengan
adanya noda kecil berwarna merah karat di atas permukaan daun bagian atas.
Pada bercak itu terdapat tepung berwarna cokelat dan terasa kasar seperti
karat bila diraba. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Puccinia polyspora. Pengendaliannya
dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan terhadap penyakit ini,
sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
Panen dan Pasca Panen
- Panen dilakukan dua hari setelah rambut tongkol
keluar (silking) pada pagi atau sore hari.
- Setelah tongkol keluar, harus dilakukan
pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab keterlambatan sehari saja
bisa mengurangi kualitas baby corn. Hal ini disebabkan semakin hari
tongkol akan semakin mengeras dan membesar sehingga tidak memenuhi mutu
yang disukai konsumen.
- Sebaliknya panen tongkol yang lebih awal akan
diperoleh baby corn yang masih terlalu lunak. Sehingga ujung tongkol lebih
mudah patah kualitasnya menurun.
- Ditinjau dari segi standar mutu baby corn, memang
belum ada ketentuan baku tentang standar mutu.
- Setiap konsumen memiliki standar mutu sendiri
misalnya :
§ Taiwan
menetapkan panjang baby corn sekitar 10 cm dan diameter sekitar 1,2 cm;
§ Philipina
menetapkan panjangnya sekitar 4-11 cm dan diameternya sekitar 0,8-1,18 cm;
§ Dieng
Jaya menetapkan mutu grade A 7,5 cm, grade B 7,5 – 8,5 cm, dan grade C 8,5 –
9,5 cm;
§ NAI
menetapkan panjangnya 4,5 -11 cm dan diameternya ‘ 1,5-1,8 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar