BUDIDAYA BAWANG MERAH
- Tanaman
bawang merah diduga berasal dari Asia, terutama Palestina, India, Utara
Pakistan dan daerah pengunungan Iran dan juga berkembang ke Mesir dan
Turki.
- Dari
berbagai penelusuran dalam literatur, menunjukan bahwa zaman I dan II Dynasti
(3200 - 2700 sebelum masehi) bangsa mesir sering melukiskan bawang merah
pada patung dan tugu-tugu mereka.
- Di
Israel, tanaman bawang merah dikenal pada tahun 1500 SM.
- Hingga
sekarang hampir diseluruh negara di dunia ini mengenal bawang merah. Negara-negara
yang menjadi produsennya antara lain; Jepang, USA, Rumania, Italia, Iran,
Meksiko, Vietnam, China, dan Philipina
- Daerah
penyebaran bawang merah di Indonesia antara lain; Brebes, Tegal, Cirebon,
Kuningan, Pekalongan,Wates (Yogyakarta), Solo, Sumenep (Madura), Soreang
dan Madur (Bandung).
- Bawang
merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama kegunaannya adalah
sebagai bumbu penyedap masakkan, sebagai bawang goreng pasaranya telah
menembus pasar ekspor ke Singapura, produsennya adlah kebupaten Kuningan
(Jawa Barat).
- Kegunaan
lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal
sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dari senyawa alliin atau
allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia
dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida.
- Dalam
dunia industri makanan bawang merah sering diawetkan dalam kaleng
(canning), sous, sop kalengan, tepung bawang dll.
- Bawang
merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pegembangan sayuran di
Indonesia, karena setelah ratusan tahun dibudidayakan sekaligus merupakan
sumber pendapatan bagi petani dan ekonomi negara ini.
- Meskipun
fluktuasi harga bawang sering turun naik, usahatani bawang merah ini
sangatlah prospektif untuk diusahakan dan dapat dijadikan andalan,
mengingat permintaan akan bawang merah terus meningkat, tidak hanya pasar
didalam negeri tapi juga pasaran eksport.
DATA BOTANI BAWANG MERAH
- Tanaman
bawang merah dalam tata nama tumbuhan, termasuk dalam klasifikasi sebagai
berikut:
Divisio :
|
Spermatophyta
|
Sub divisio :
|
Angiospermae
|
Kelas :
|
Monocotyledone
|
Ordo :
|
Lilialaes (Liliaflorae)
|
Famili :
|
Liliales
|
Genus :
|
Allium
|
Spesies :
|
Allium ascalonicum L.
|
- Berakar
serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada
kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.
- Memiliki
batang sejati atau disebut "diskus" yang berbentuk seperti
cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas
(titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari
pelepah-pelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah
bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis.
- Daun
Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang dan
bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan letak daun
melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.
- Tangkai
bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 –
90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas
5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau
atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite) dan
dapat menyerbuk sendiri atau silang.
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji
berjumlah 2 –3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening atau
putih setalah tua berwarna hitam. Biji banwang merah dapat digunkan sebagai
bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
SYARAT TUMBUH
- Bawang
merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi + 1.100 m (ideal 0 – 800 m) di atas permukaan laut,
tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung
keadaan iklim meliputi:
§
Kelembaban 50-70 %,
§
Suhu
udara antara 25 – 32 derajat C dan iklim kering.
§
Tempat
terbuka dengan pencahayaan + 70%, karena bawang merah termasuk tanaman
yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant).
§
Tiupan
angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan
pembentukan umbinya akan tinggi.
§
Drainase
dan porositas tanah bagus, namun dapat menjaga kelembaban tanah.
- Bawang
merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung bahan
organik dengan dukungan syarat sebagai berikut:
- Bawang
merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai
liat, Jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau
Latosol
- Derajat
keasaman tanah (PH) tanah untuk bawang merah antara 5,5 – 6,5.
- Tata
air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak
boleh ada genangan.
TEHNIK BUDIDAYA
Pembibitan
- Bawang
merah dapat diperbanyak dengan 2 cara, yaitu bahan tanaman berupa biji
botani (true shallot seed, TSS) dan umbi bibit.
- Dengan
menggunakan biji untuk satu hektar diperlukan paling sedikit + 3 kg,
dengan potensi hasil mencapai 9 – 11,5 ton dipanen pada umur + 80 hari
setelah tanam dengan waktu persemaian selama + 30 hari.
- Bibit
yang berasal dari umbi, daya hasilnya relatif tidak berubah dengan bergantinya waktu.
- Peningkatan
daya hasil hanya bisa dilakukan melalui perbaikan kultur teknis, dan suatu
ketika produksi bawang merah akan mengalami penurunan.
- Untuk
meningkatkan produktivitas bawang merah selain perbaikan kultur teknis,
petani perlu dikenalkan varietas unggul “TUK-TUK” yang dapat ditanam
melalui biji.
- Ciri-ciri
bawang merah ini antara lain bentuk umbi bulat, ukuran seperti bawang
merah lokal Philipina, warna umbi merah muda sampai kecoklatan.
- Adapun
cara pembibitannya sebagai berikut :
§
Benih
atau biji sebaiknya disemai pada lahan terbuka agar tumbuh dengan baik,
caranya:
§
Buat
bedengan dengan lebar 1m, tinggi 40cm-50cm, dan panjang menyesuaikan lahan yang
tersedia, jarak antar bedengan 40-50 cm.
§
Campur
tanah bedengan dengan pupuk kandang 2 Kg/m2 dan kapur pertanian sebanyak
150-200g/m2,
§
Ratakan
kembali bedengan tersebut,
§
Taburi
bedengan dengan sekam padi setebal 9-10 cm.
§
Bakar
sekam padi selanjutnya dibiarkan selama 1 hari.
§
Ratakan
bedengan, semprotkan larutan POC
Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10
ml/ltr air, biarkan 1 minggu.
§
Buat
alur melintang dengan jarak antara alur 5-10cm dan kedalaman 1 cm.
§
Taburkan
biji bawang merah pada alur tersebut sebanyak 150-200 biji/alur, kemudian tutup
alur dengan tanah.
§
Lakukan
penyiraman secara rutin dan hati-hati untuk menjaga kelembaban;
§
Kecambah
akan muncul 5-10 HSS (Hari Setelah Semai); semprotkan larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10
ml/ltr air 3 – 5 hr sekali.
§
Bila
musim hujan sebaiknya bedengan ditutup
dengan sungkup plastik selama 3-4 minggu.
§
Penanaman
1. Buat bedengan yang sama baik ukuran maupun perlakuannya seperti bedengan pesemaian, kemudian diari sampai basah.
2. Buat lubang tanam dengan jarak dalam barisan 5cm-10cm dan jarak antar barisan 10cm;
3. Usahakan baris tanaman dibuat memotong bedengan untuk memudahkan penyiangan;
4. Tanam bibit yang telah berumur 6 minggu setelah semai dengan memasukkan bibit kedalam lubang tanam satu lubang satu bibit;
5. Tekan tanah disekitarnya dengan lembut supaya akarnya menyatu dengan tanah.
1. Buat bedengan yang sama baik ukuran maupun perlakuannya seperti bedengan pesemaian, kemudian diari sampai basah.
2. Buat lubang tanam dengan jarak dalam barisan 5cm-10cm dan jarak antar barisan 10cm;
3. Usahakan baris tanaman dibuat memotong bedengan untuk memudahkan penyiangan;
4. Tanam bibit yang telah berumur 6 minggu setelah semai dengan memasukkan bibit kedalam lubang tanam satu lubang satu bibit;
5. Tekan tanah disekitarnya dengan lembut supaya akarnya menyatu dengan tanah.
- Sedangkan dengan menggunakan umbi
memerlukan prasyarat kualitas (mutu) yang baik, meliputi:
§ Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk
umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau
berkilau)
§ Ukuran
umbi terdiri atas 2 kelas, yaitu umbi besar (kelas I) beratnya 5 – 7,5
gram/umbi dan umbi sedang (kelas II) beratnya 2,5 – 7,5 gram/umbi.
§ Tanaman
dipanen pada umur antara 65 – 75 hari setelah tanam, dan dalam keadaan sehat.
§ Bakal
Bibit Telah mengalami masa penyimpanan antara 60 – 90 hari.
§ Kebutuhan
bibit umbi 1.000 – 1.200 kg perhektar
atau + 200.000 umbi,
§ Sebelum ditanamkan umbi
sebaiknya diperlakukan dengan memotong 1/3 bagian pada ujung umbi.
§ Perlakuan
ini memiliki keuntungan, antara lain pertumbuhan merata, umbi cepat tumbuh, dan
berpengaruh terhadap makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil
umbinya meningkat.
Pengolahan Tanah
- Pupuk
kandang fermentasi disebarkan
di lahan sebanyak 5 ton/ha.
- Diluku
kemudian digaru, semprot dengan larutan POC Warung Tani I
dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr
air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, biarkan 1 minggu.
- Dibuat
bedengan dengan lebar 120 -180 cm. Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal)
dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
- Apabila
pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan
diaduk rata dengan tanah, semprot dengan
larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air, biarkan
2 minggu.
- Berikan
pupuk : 40 kg/ha Urea, 25 kg/ha SP-36, 15 kg/ha Kcl secara merata diatas bedengan dan diaduk
rata dengan tanah.
- Atau jika
dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15)
60 kg/ha dicampur rata dengan tanah di bedengan.
- Siramkan larutan POC
Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis
10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr
air secara merata di atas bedengan
- Biarkan
selama 5 - 7 hari
FASE TANAM
Jarak Tanam
Jarak Tanam
- Pada
Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
- Pada
Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
Cara Tanam
- Umbi
bibit direndam dulu dalam larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air WT Zpt dosis 10
ml/ltr air.
- Simpan
selama 2 hari sebelum tanam
- Pada saat
tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam
permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )
Pengamatan Hama
Pengamatan Hama
- Waspadai
hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan
pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80
butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun
tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi
kendalikan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
- Biasanya
pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua
dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher,
dikendalikan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
- Ulat
tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya
dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada
senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan
yang jadi sarangnya. Semprot dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air,
WT
Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air & WT Ajuvant dosis 2
ml/ltr air.
- Penyakit
yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang,
selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang
terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif
kendalikan dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
Penyiangan dan Pembumbunan
- Penyiangan
pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk
membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama
ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
- Dilakukan
pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar
perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang
rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat
tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut
melem).
Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per ha ) :
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per ha ) :
- 2 minggu
: 40 kg Urea, 25 kg Sp36, 15 kg KCl
- 4 minggu
: 30 kg Urea, 20 kg Sp36, 20 kg KCl
- Campur
secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar
rumpun atau garitan tanaman.
- Pada saat
pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan
terganggu pertumbuhannya.
- Atau jika
dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15), 60 kg/ha diberikan pada umur ± 2 minggu & 50 kg/ha diberikan pada umur ± 4 minggu
Pengairan
- Pada awal
pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari.
- Penyiraman
pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan
basah untuk mengurangi serangan penyakit.
- Penyiraman
sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih
90 %
- Air
salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
- Tinggi
permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari
permukaan bedengan pertanaman
FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
Pengamatan Hama dan Penyakit
- Hama
Ulat bawang, S. litura dan S. Exigua. Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di
sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun
bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat
terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika
ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator
kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/ltr air.
- Penyakit
Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii
melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai
terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di
daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada
umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna
kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera
dilakukan penyiraman. Preventif dengan penyemprotan larutan WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air & WT Ajuvant dosis 2 ml/ltr air.
- Penyakit
Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum
gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih
pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya
daun secara serentak (istilah Brebes: otomotis). Jika ada gejala, tanaman terserang
segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah
kendalikan dengan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air
- Penyakit
oleh virus.Gejalanya
pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai
serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran
tanaman selain golongan bawang-bawangan. Preventif dengan larutan WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air
- Busuk
umbi oleh bakteri.Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa
menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.Busuk umbi/ leher
batang oleh jamur.Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna
kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).Untuk
pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman
lain (bukan golongan Bawang-bawangan. Preventif dengan larutan WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air.
Catatan : PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif
terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.
Pengelolaan Tanaman
- Kurang lebih pada umur 35 hst, beberapa
varietas atau kultivar bawang merah yang mudah berbunga akan mulai keluar
tangkai-tangkai bunga, tangkai-tangkai bunga ini sebaiknya dipotong agar
zat-zat makanan dapat secara optimal terserap pada umbi.
- Penyiangan
kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan
perbaikan bedengan yang rusak.
- Penyemprotan
POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr
air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air tiap
5 -7 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam
hingga hari ke 34. Mulai hari ke 35 dilakukan penyemprotan POC Warung Tani II dosis 10 ml/ltr
air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/ltr air.
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada
pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman
dilakukan siang hari.
FASE PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
FASE PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
PANEN DAN PACA PANEN
Panen
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
PANEN DAN PACA PANEN
Panen
- 60-90 %
daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran
tinggi umur 70 - 90 hari.
- Panen
dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
- Pemanenan
dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat
menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
Pasca Panen
- Penjemuran
dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg).
- Penjemuran
pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya
mengeringkan daun.
- Penjemuran
kedua selama 2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk
mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari
sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan.
- Kadar air
89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan,
ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan
baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.
Om kalo bawang merah tuk tuk 1 rumpunnya berapa umbi ya? trus 1 rumpun berapa gram berat basah dan keringnya?
BalasHapus