Kamis, 02 Agustus 2012

BUDIDAYA BAWANG MERAH


BUDIDAYA BAWANG MERAH
LOKASI : DS. KACANGAN, KEC. TODANAN, KAB. BLORA, JATENG...Mr.Kusyanto
 




BUDIDAYA BAWANG MERAH


  • Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia, terutama Palestina, India, Utara Pakistan dan daerah pengunungan Iran dan juga berkembang ke Mesir dan Turki.
  • Dari berbagai penelusuran dalam literatur, menunjukan bahwa zaman I dan II Dynasti (3200 - 2700 sebelum masehi) bangsa mesir sering melukiskan bawang merah pada patung dan tugu-tugu mereka.
  • Di Israel, tanaman bawang merah dikenal pada tahun 1500 SM.
  • Hingga sekarang hampir diseluruh negara di dunia ini mengenal bawang merah. Negara-negara yang menjadi produsennya antara lain; Jepang, USA, Rumania, Italia, Iran, Meksiko, Vietnam, China, dan Philipina
  • Daerah penyebaran bawang merah di Indonesia antara lain; Brebes, Tegal, Cirebon, Kuningan, Pekalongan,Wates (Yogyakarta), Solo, Sumenep (Madura), Soreang dan Madur (Bandung).
  • Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama kegunaannya adalah sebagai bumbu penyedap masakkan, sebagai bawang goreng pasaranya telah menembus pasar ekspor ke Singapura, produsennya adlah kebupaten Kuningan (Jawa Barat).
  • Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida.
  • Dalam dunia industri makanan bawang merah sering diawetkan dalam kaleng (canning), sous, sop kalengan, tepung bawang dll.
  • Bawang merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pegembangan sayuran di Indonesia, karena setelah ratusan tahun dibudidayakan sekaligus merupakan sumber pendapatan bagi petani dan ekonomi negara ini.
  • Meskipun fluktuasi harga bawang sering turun naik, usahatani bawang merah ini sangatlah prospektif untuk diusahakan dan dapat dijadikan andalan, mengingat permintaan akan bawang merah terus meningkat, tidak hanya pasar didalam negeri tapi juga pasaran eksport.

DATA BOTANI BAWANG MERAH
  • Tanaman bawang merah dalam tata nama tumbuhan, termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:
Divisio :
Spermatophyta
Sub divisio :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledone
Ordo :
Lilialaes (Liliaflorae)
Famili :
Liliales
Genus :
Allium
Spesies :
Allium ascalonicum L.
  • Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.
  • Memiliki batang sejati atau disebut "diskus" yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis.
  • Daun Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.
  • Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite) dan dapat menyerbuk sendiri atau silang.
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 –3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening atau putih setalah tua berwarna hitam. Biji banwang merah dapat digunkan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.

SYARAT TUMBUH
  • Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1.100 m (ideal 0 – 800 m) di atas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi:
§  Kelembaban 50-70 %,
§  Suhu udara antara 25 – 32 derajat C dan iklim kering.
§  Tempat terbuka dengan pencahayaan + 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant).
§  Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi.
§  Drainase dan porositas tanah bagus, namun dapat menjaga kelembaban tanah.
  • Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan syarat sebagai berikut:
  • Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat, Jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol
  • Derajat keasaman tanah (PH) tanah untuk bawang merah antara 5,5 – 6,5.
  • Tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan.

TEHNIK BUDIDAYA
Pembibitan
  • Bawang merah dapat diperbanyak dengan 2 cara, yaitu bahan tanaman berupa biji botani (true shallot seed, TSS) dan umbi bibit.
  • Dengan menggunakan biji untuk satu hektar diperlukan paling sedikit + 3 kg, dengan potensi hasil mencapai 9 – 11,5 ton dipanen pada umur + 80 hari setelah tanam dengan waktu persemaian selama + 30 hari.
  • Bibit yang berasal dari umbi, daya hasilnya relatif tidak berubah dengan bergantinya waktu.
  • Peningkatan daya hasil hanya bisa dilakukan melalui perbaikan kultur teknis, dan suatu ketika produksi bawang merah akan mengalami penurunan.
  • Untuk meningkatkan produktivitas bawang merah selain perbaikan kultur teknis, petani perlu dikenalkan varietas unggul “TUK-TUK” yang dapat ditanam melalui biji.
  • Ciri-ciri bawang merah ini antara lain bentuk umbi bulat, ukuran seperti bawang merah lokal Philipina, warna umbi merah muda sampai kecoklatan.
  • Adapun cara pembibitannya sebagai berikut :
§  Benih atau biji sebaiknya disemai pada lahan terbuka agar tumbuh dengan baik, caranya:
§  Buat bedengan dengan lebar 1m, tinggi 40cm-50cm, dan panjang menyesuaikan lahan yang tersedia, jarak antar bedengan 40-50 cm.
§  Campur tanah bedengan dengan pupuk kandang 2 Kg/m2 dan kapur pertanian sebanyak 150-200g/m2,
§  Ratakan kembali bedengan tersebut,
§  Taburi bedengan dengan sekam padi setebal 9-10 cm.
§  Bakar sekam padi selanjutnya dibiarkan selama 1 hari.
§  Ratakan bedengan, semprotkan larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, biarkan 1 minggu.
§  Buat alur melintang dengan jarak antara alur 5-10cm dan kedalaman 1 cm.
§  Taburkan biji bawang merah pada alur tersebut sebanyak 150-200 biji/alur, kemudian tutup alur dengan tanah.
§  Lakukan penyiraman secara rutin dan hati-hati untuk menjaga kelembaban;
§  Kecambah akan muncul 5-10 HSS (Hari Setelah Semai); semprotkan larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air 3 – 5 hr sekali.
§  Bila musim hujan sebaiknya bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama 3-4 minggu.
§  Penanaman
1. Buat bedengan yang sama baik ukuran maupun perlakuannya seperti bedengan pesemaian, kemudian diari sampai basah.
2. Buat lubang tanam dengan jarak dalam barisan 5cm-10cm dan jarak antar barisan 10cm;
3. Usahakan baris tanaman dibuat memotong bedengan untuk memudahkan penyiangan;
4. Tanam bibit yang telah berumur 6 minggu setelah semai dengan memasukkan bibit kedalam lubang tanam satu lubang satu bibit;
5. Tekan tanah disekitarnya dengan lembut supaya akarnya menyatu dengan tanah.
  • Sedangkan dengan menggunakan umbi memerlukan prasyarat kualitas (mutu) yang baik, meliputi:
§  Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
§  Ukuran umbi terdiri atas 2 kelas, yaitu umbi besar (kelas I) beratnya 5 – 7,5 gram/umbi dan umbi sedang (kelas II) beratnya 2,5 – 7,5 gram/umbi.
§  Tanaman dipanen pada umur antara 65 – 75 hari setelah tanam, dan dalam keadaan sehat.
§  Bakal Bibit Telah mengalami masa penyimpanan antara 60 – 90 hari.
§  Kebutuhan bibit umbi 1.000 – 1.200 kg perhektar atau + 200.000 umbi,
§  Sebelum ditanamkan umbi sebaiknya diperlakukan dengan memotong 1/3 bagian pada ujung umbi.
§  Perlakuan ini memiliki keuntungan, antara lain pertumbuhan merata, umbi cepat tumbuh, dan berpengaruh terhadap makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil umbinya meningkat.

Pengolahan Tanah
  • Pupuk kandang fermentasi disebarkan di lahan sebanyak 5 ton/ha.
  • Diluku kemudian digaru, semprot dengan larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, biarkan 1 minggu.
  • Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm. Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
  • Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah, semprot dengan larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, biarkan 2 minggu.
  • Berikan pupuk : 40 kg/ha Urea, 25 kg/ha SP-36, 15 kg/ha Kcl secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
  • Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15)  60 kg/ha dicampur rata dengan tanah di bedengan.
  • Siramkan larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, dan WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata di atas bedengan
  • Biarkan selama 5 - 7 hari

FASE TANAM
Jarak Tanam
  • Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
  • Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

Cara Tanam
  • Umbi bibit direndam dulu dalam larutan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air WT Zpt dosis 10 ml/ltr air.
  • Simpan selama 2 hari sebelum tanam
  • Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )
Pengamatan Hama
  • Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
  • Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
  • Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air & WT Ajuvant dosis 2 ml/ltr air.
  • Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.

Penyiangan dan Pembumbunan
  • Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
  • Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali 
( dosis per
ha ) :
  • 2 minggu : 40 kg Urea, 25 kg Sp36, 15 kg KCl
  • 4 minggu : 30 kg Urea, 20 kg Sp36, 20 kg KCl
  • Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman.
  • Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
  • Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15), 60 kg/ha diberikan pada umur ± 2 minggu & 50 kg/ha diberikan pada umur ± 4 minggu

Pengairan
  • Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari.
  • Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.
  • Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
  • Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
  • Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )

Pengamatan Hama dan Penyakit
  • Hama Ulat bawang, S. litura dan S. Exigua. Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air & WT Ajuvant dosis 2 ml/ltr air.
  • Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penyemprotan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air & WT Ajuvant dosis 2 ml/ltr air.
  • Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomotis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air
  • Penyakit oleh virus.Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan. Preventif dengan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air
  • Busuk umbi oleh bakteri.Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. Preventif dengan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.

Catatan :  PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

Pengelolaan Tanaman
  • Kurang lebih pada umur 35 hst, beberapa varietas atau kultivar bawang merah yang mudah berbunga akan mulai keluar tangkai-tangkai bunga, tangkai-tangkai bunga ini sebaiknya dipotong agar zat-zat makanan dapat secara optimal terserap pada umbi.
  • Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
  • Penyemprotan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air tiap 5 -7 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 34. Mulai hari ke 35 dilakukan penyemprotan POC Warung Tani II dosis 10 ml/ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
  •  Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

FASE PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

FASE PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

PANEN DAN PACA PANEN
Panen
  • 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
  • Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
  • Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

Pasca Panen
  • Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg).
  • Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun.
  • Penjemuran kedua selama 2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan.
  • Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
  • Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.



1 komentar:

  1. Om kalo bawang merah tuk tuk 1 rumpunnya berapa umbi ya? trus 1 rumpun berapa gram berat basah dan keringnya?

    BalasHapus