Budidaya Pare
Pendahuluan
- Pare seing juga disebut dengan paria di beberapa
daerah di Indonesia.Dalam artikel ini akan saya coba berikan bagaimana
tehnis budidaya pare lengkap dengan analisa keuntugan bertanam pare
tersebut.
- Dari segi pemasaran sayuran tanaman pare
masih mempunyai peluang pasar yang cukup besar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa pedagang di salah satu pasar di Jakarta
Timur, untuk satu pasar saja dalam satu hari memerlukan kurang lebih
5 ton/hari. Belum lagi usahatani ini dapat menghasilkan uang dengan
interval waktu mingguan (panen 1 minggu sekali). Hal ini
yang mendorong usahatani pare masih mempunyai peluang bisnis untuk
dikembangkan lebih lanjut.
- Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba berumur
satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Tanaman yang
merupakan sayuran buah ini mempunyai daun yang berbentuk menjari
dengan bunga yang berwarna kuning. Permukaan buahnya berbintil-bintil
dan rasa buahnya pahit. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan
tumbuhnya tidak tergantung pada musim.
- Sebelum kita membahas cara menanam pare berikut
ini adalah menfaat dari tanaman pare yang memiliki rasa buah pahit ini
yang menimbulkan beberapa manfaat yang terdapat dalam buah pare ini.
Manfaat buah pare bagi kesehatan manusia adalah :
§ Dapat merangsang nafsu makan
§ Dapat menyembuhkan penyakit kuning
§ Memperlancar pencernaan dan sebagai obat malaria
- Selain buah pare, ternyata daun pare juga
mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut
antara lain:
§ Dapat menyembuhkan mencret pada bayi
§ Membersihkan darah bagi wanita yang
baru melahirkan
§ Dapat menurunkan panas
§ Dapat mengeluarkan cacing kremi
§ Dapat menyembuhkan batuk
- Dari hasil analisa beberapa ahli didapat bahwa
pare memiliki kandungan gizi gizi tiap 100 gram daun dan buah pare
seperti tersaji dalam tabel berikut ini :
Uraian
|
Buah Pare
|
Daun
Pare
|
Air
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Zat Besi
Fosfor
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
Folasin
|
91,2 gram
29 gram
1,1 gram
1,1 gram
0,5 gram
45 mg
1,4 mg
64 mg
18 SI
0,08 mg
52 mg
-
|
80 gram
44
gram
5,6 gram
0,4 gram
12 gram
264 mg
5 gram
666 mg
5,1 mg
0,05 mg
170 mg
88 mg
|
Beberapa
jenis pare yang ada dan sering dibudidayakan antara lain :
- Pare Gajih. Pare ini paling banyak
dibudidayakan dan paling disukai. Pare ini biasa disebut pare putih
atau pare mentega. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran 30 - 50 cm
diameter 3 - 7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah. Pare
ini berasal dari India, Africa.
- Pare Hijau. Pare hijau berbentuk lonjong,
kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Pare ini
banyak sekali macamnya, diantaranya pare ayam, pare kodok, pare
alas atau pare ginggae. Dari berbagai jenis tersebut paling banyak
ditanam adalah pare ayam. Buah pare ayam mempunyai panjang 15 - 20
cm. Sedangkan pare ginggae buahnya kecil hanya sekitar 5 cm. Rasanya
pahit dan daging buahnya tipis. Pare hijau ini mudah
sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman pare
hijau ini dapat tumbuh dengan baik.
- Pare Import. Jenis pare ini berasal dari Taiwan.
Benih Pare ini merupakan hybrida yang final stock sehingga jika
ditanam tidak dapat menghasilkan bibit baru. Jika dipaksakan
juga akan menghasilkan produksi yang jelek dan menyimpang dari
asalnya. Di Indonesia terdapat tiga varietas yang telah beredar yaitu
Known-you green, Known-you no. 2, dan Moonshine. Perbedaan ketiga
jenis pare import ini adalah mengenai permukaan kulit, kecepatan tumbuh,
kekuatan penampilan, bentuk buah, ukuran buah.
- Berikut adalah contoh pare import
: Green, Known-You, No. 2, Moon Shine
Syarat
Tumbuh
- Pare mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup
tinggi
- Dapat menyesuaikan diri terhadap iklim yang
berlainan baik suhu dan curah hujan yang tinggi
- Dapat hijau sepanjang tahun dan tidak tergantung
musim
- Membutuhkan drainase tanah yang cukup baik
- Memerlukan tanah yang gembur dan banyak mengandung
bahan organik
- Memerlukan pH antara 5 – 6
- Ketinggian antara 1 meter hingga 1500 meter dpl.
Pengolahan
Tanah
- Tanah yang akan ditanami pare diolah terlebih
dahulu dengan membersihkan dari tanaman lain seperti rumput dan
mencangkul tanah agar gembur.
- Semprot permukaan lahan secara merata dengan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air,
WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air , diamkan 7 hari .
- Buat guludan dengan ukuran lebar 150 cm sampai
dengan 250 cm, sedangkan panjangnya dapat mencapai 10 meter atau
disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.
- Antara guludan satu dengan guludan yang lainnya
dibuat parit dengan lebar 75 cm dan kedalaman 30 cm.
- Arah pembuatan guludan sebaiknya membujur dari
utara ke selatan dengan maksud agar tanaman mendapat sinar matahari
langsung dan penuh untuk proses fotosintesa.
- Semprot permukaan lahan secara merata dengan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air,
WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air , diamkan minimal 2 hari
- Buat lubang tanam dengan panjang 25 cm, lebar 25
cm dan dalam 25 cm (25x25x25) atau bisa juga dengan ukuran 50 x 50 x
50.
- Jarak antar lubang tanam 75 cm x 75 cm atau 100
cm x 100 cm.
Pemilihan
Benih / bibit pare
- Ada dua jenis benih yang dapat dipakai untuk
penanaman pare.
- Jenis pertama adalah benih/ biji yang
langsung ditanam dilapang dan yang kedua adalah benih yang telah
melalui proses persemaian. Pemakaian kedua jenis ini tergantung pada
musim dimana penanaman akan dilakukan.
- Kalau penanaman dilakukan pada musim
penghujan lebih baik penanaman dilakukan dengan menggunakan benih/
biji langsung, karena daya tumbuh benih dilapang pada kondisi
tersebut dapat baik.
- Sedangkan
apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau sebaiknya penanaman
dilakukan dengan menggunakan benih yang telah disemai terlebih
dahulu, karena akan terjamin daya tumbuh benih yang akan ditanam
dilapang.
- Benih sebaiknya ditanam berasal dari tanaman yang
sehat, kuat dan mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi.
- Untuk itu disarankan memakai benih yang telah
berlabel yang telah direkomendasikan oleh Balai Pengendalian Mutu dan
Sertifikasi Benih.
- Jumlah kebutuhan benih dilapang sebaiknya
ditambah 10% dari kebutuhan normal.
- Misalnya kebutuhan benih untuk 1 Ha dengan jarak
tanam 1 x 1 meter lebar guludan 150 cm, panjang guludan 10 meter,
maka kebutuhan benih yang direkomendasikan sebanyak 9735 biji. Jadi
jumlah benih yang harus disediakan sebanyak 9735 + (10% x 9735)
= 10.708 biji atau 2,141 Kg.
Penanaman
Pare
Penanaman
dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama benih/ biji langsung
ditanam dan cara kedua benih disemaikan terlebih dahulu ditempat terpisah
sampai benih tersebut tumbuh beberapa helai daun, baru di pindah dilapang.
Cara
langsung.
- Setelah lubang tanam dibuat dengan ukuran 25 x 25
x 25 cm dan telah diberikan pupuk kandang yang telah matang, masukkan
benih/ biji pare kedalam lubang tanam tadi sedalam kurang lebih 3-4
cm, lalu tutup kembali dengan tanah.
- Pada waktu bersamaan dimasukkannya benih/ biji
pare kedalam tanah, Semprot lubang tanam dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air,
WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
- Penanaman telah disesuaikan dengan jarak tanam
yang telah dibuat tadi pada saat pengolahan tanah yaitu 75 cm x 75 cm
atau 1 m x 1 m dalam guludan.
- Untuk menjamin benih/ biji tumbuh dengan baik,
lakukan penyiraman disekitar tanaman. Penyiraman selanjutnya sangat
tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak terjadi curah hujan
maka tanaman sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam keadaan
kurang hujan atau bahkan sama sekali kering, tanaman harus disiram dua
kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Cara Tidak
Langsung
- Cara penanaman tidak langsung ini, benih/ biji
disemai terlebih dahulu. Ada 2 cara persemaian, yaitu memakai kotak
persemaian dan menggunakan tanah persemaian terpisah.
Persemaian dikotak
§ Buat kotak persemaian yang terbuat
dari papan dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 2 meter dan tinggi 15 cm.
§ Masukkan tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1. Aduk hingga rata.
§ Tanam benih/ biji pare dengan ukuran
2 x 2 cm.
§ Sebelum ditanam biji direndam dengan
menggunakan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT
Zpt dosis 2 ml/lt air selama 10-15 menit.
§ Angkat benih pare yang telah tumbuh
kira-kira yang telah berumur kurang lebih 10 hari kedalam polybag kecil
atau wadah yang terbuat dari daun pisang.
§ Semprot benih dengan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT
Zpt dosis 2 ml/lt air secara periodik 3 – 5 hr sekali.
§ Setelah berumur 15 - 20 hari atau
bibit pare mempunyai 3 helai daun baru pindahkan atau bibit siap untuk
ditanam dilapang.
Persemaian di Lapang
§ Buatkan bedengan dengan ukuran 1,5
meter x 4 meter dan cangkul tanah bedengan tersebut sedalam 30 cm.
§ Campurkan tanah yang ada dalam
bedengan tersebut dengan 40-50 Kg pupuk kandang dan ditambah 0,5 Kg Tsp
lalu aduk hingga rata.
§ Buat naungan dari rumbia dengan
tinggi tiang 1 meter disebelah timur dan 0,75 m disebelah barat.
§ Tanam biji pare seperti yang
dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
§ Selanjutnya perlakukan sama seperti
apa yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
Pemeliharaan
Tanaman
Pemeliharaan
tanaman dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pemeliharaan
tanaman pare dilapang meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan,
pembungkusan, pembebanan, pembuatan turus dan para-para.
Penyiangan
- Penyiangan dilakukan untuk membersihkan semua
jenis tanaman yang tumbuh selain tanaman pare. Tanaman jenis lain
dapat berupa rumput-rumputan, gulma, dan tanaman lainnya.
- Pembersihan ini dilakukan disekitar batang/ akar
tanaman atau diantara parit-parit yang ada dengan menggunakan tangan
(dicabut), kored atau cangkul.
- Penyiangan tanaman dilakukan untuk mengurangi
atau menghindari persaingan antara tanaman pare yang ditanam dengan
jenis tanaman lain yang mungkin tumbuh disekitar tanaman pare dalam
penyerapan unsur-unsur hara, air dan matahari.
- Disamping itu penyiangan dilakukan untuk
menghindari kemungkinan tumbuhnya hama dan penyakit yang mungkin
timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare.
Pembumbunan
- Pembumbunan dilakukan untuk menaikkan tanah yang
ada disekitar tanaman pare agar akar tanaman dapat tertutup.
- Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan
dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki aerasi tanah sekitar akar
yang menjadi padat akibat siraman
air hujan atau air siraman tanaman.
Penyulaman
- Oleh karena pada waktu penanaman ada benih yang
tidak tumbuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kualitas
benih, daya tumbuh benih, kondisi tanah, atau serangan hama, maka
tanaman yang tidak tumbuh tersebut perlu diganti dengan tanaman lain
yang sehat dan kuat (disulam).
- Penyulaman dilakukan sebaiknya pada waktu bibit
tanaman berumur 7 - 10 hari setelah tanam.
Pemangkasan
- Pemangkasan tanaman pare dilakukan untuk
mengontrol pertumbuhan batang utama.
- Tinggi ideal batang utama tanaman pare adalah 2 -
3 meter. Jika panjangnya melebih dari itu, tanaman tidak produktif
lagi oleh karena itu tanaman perlu dipangkas.
- Tunas yang akan tumbuh dari hasil pemangkasan
tersebut dialihkan kesamping melalui para-para.
- Sebagai awal perambatan tunas yang tumbuh
tersebut dapat digunakan tali.
Pembungkusan
- Untuk menghasilkan buah pare yang mulus dan
permukaan kulit tidak bolong, maka sebaiknya dilakukan pencegahan
melalui pembungkusan buah pare.
- Tindakan pembungkusan buah pare ini
dimaksudkan adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang
buah pare pada waktu usia muda.
- Bahan pembungkus dapat digunakan kertas atau
daun pisang yang telah kering (klaras).
- Waktu ideal dilakukannya pembungkusan adalah
pada waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan ukuran batang korek api, atau kurang lebih berumur kira-kira
1,5 bulan.
Pemupukan
Tanaman
- Salah satu bagian dari pemeliharaan tanaman pare
adalah pemupukan.
- Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan tanaman
sehat, kuat dan dapat berproduksi sesuai dengan potensi yang ada
dalam tanaman tersebut.
- Pemupukan dasar dilakukan pada 1 - 2 minggu
sebelum tanaman pare ditanam, atau dilakukan pada saat
pengolahan tanah atau pada waktu pembuatan lubang tanam.
- Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara
membenamkan sebanyak 2 - 3 kg pupuk kandang yang sudah matang kedalam
lubang tanam dan biasanya ditambah 5 - 7 gram pupuk NPK perlubang
tanam.
- Pemupukan susulan pertama dilakukan setelah
tanaman telah berumur 3 minggu.
- Dosis pemupukan diberikan sangat tergantung pada
jenis tanah dan iklim setempat dimana tanaman pare ditanam. Untuk
jenis tanah yang berpasir kombinasi pupuk urea, TSP, dan KCI yang
diberikan sebaiknya dengan perbandingan 1 : 2 : 2, sedangkan
untuk jenis tanah liat sebaiknya diberikan pupuk dengan kombinasi
urea, TSP, dan KCl sebanyak 1 : 2 : 1. Pengalaman dari petani Bambu Apus,
Jakarta Timur kombinasi urea, TSP dan KCl diberikan sebanyak 2 : 2 :
8.
- Setiap tanaman diberikan sebanyak 5 - 7 gram/pertanaman.
- Jadi apabila diberikan 5 gram pertanaman maka
banyaknya urea, TSP dan KCl yang diberikan pada perbandingan 1 : 2 :
2 adalah urea sebanyak 1 Gram, TSP 2 dan KCl 2 gram. Demikian halnya
dengan kombinasi 1: 2 : 1, Urea diberikan 1 gram, TSP 2 gram dan KCl
1 gram.
- Pupuk susulan kedua diberikan 2 minggu setelah
pemupukan susulan pertama dilakukan. Banyaknya pupuk yang diberikan
0,5 dari dosis yang diberikan pada pemupukan susulan Pertama. Dapat
juga diberikan tambahan pupuk seperti NPK. NPK diberikan 2 minggu
setelah pemupukan susulan pertama dilakukan dan dilanjutkan dengan
interval dua minggu sampai tanaman pare berumur empat bulan. Dosis NPK
yang diberikan sebanyak 5 gram pertanaman.
- Penempatan pupuk yang diberikan kepada tanaman
pare adalah ber-jarak antara 10 - 15 cm dari akar dan kedalaman 3-5
cm.
- Penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara berkala 5 – 7 hr sekali, diberikan pada
awal tanam – 21 HST.
- Penyemprotan larutan POC WarungTani II dosis
10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara berkala 5 – 7 hr
sekali, diberikan pada 21 HST – masa panen habis/sdh tdk ekonomis lg.
Pembuatan
Turus dan Para-para
- Tanaman pare merupakan tanaman yang merambat dan
menjalar, oleh karena itu diperlukan suatu tempat dimana nantinya
buah pare tersebut dapat bergantung dengan baik, sehingga pertumbuhan
buah pare dapat maksimal.
- Turus dibuat untuk memanjat batang utama pare,
sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari
batang utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare.
- Tinggi turus dan para-para berkisar 1,5 sampai 2
meter. Hal ini dengan mempertimbangkan agar mudah dalam pemeliharaan
tanaman terutama pada waktu panen dan mudah dalam melakukan penyiangan
dan pembumbunan serta mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan
hama dan penyakit tanaman.
- Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus
dan para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran
sedang. Sebagai penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya
diberikan tali.
Hama dan
Penyakit
- Salah satu syarat agar tanaman pare dapat tumbuh
dan berkembang sehingga menghasilkan buah adalah tanaman pare harus
sehat.
- Agar sehat tanaman harus terbebas dari
gangguan hama dan penyakit tanaman.
- Yang dimaksud dengan hama adalah semua jenis
hewan yang dapat mengganggu tanaman sehingga merugikan bagi tanaman
tersebut.
- Sedangkan penyakit tanaman adalah semua jenis
gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan
kekurangan unsur hara dalam tanaman.
- Pengendalian hama dan penyakit tanaman harus
didasarkan pada prinsip ambang ekonomi, artinya pengendalian hama dan
penyakit baru dapat dilakukan secara intensif apabila dari segi
ekonomi serangan hama dan penyakit mengakibatkan kerugian yang cukup
besar.
- Disamping itu dalam mengendalian hama dan
penyakit prioritas pengendalian dengan cara memperbaiki kondisi
lingkungan setempat, sedangkan aplikasi
pestisida dilakukan pada urutan terakhir.
Hama
- Ulat Grayak. Ulat ini menyerang pada malam
hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah.
Daun pare merupakan bagian tanaman yang diserang. Dalam kondisi
serangan berat semua daun pare habis dimakannya, karena sifat hama
ini adalah hampir semua jenis daun tanaman diserangnya.
Pemberantasan hama ini dapat dilakukan secara mekanis yaitu telur-telur yang baru menetas diambil bersama-sama dengan daun yang menempel. Pengambilan telur - telur ini jangan sampai terlambat sebab kalau terlambat ulat menjadi besar dan bersembunyi didalam tanah. Pemberantasan hama ini dapat juga dilakukan secara biologis yaitu dengan menyemprotkan Bacillus thungiriensis atau Borelinevirus litura atau disemprot dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
- Lembing (Epilachma sparsa). Daun pare yang terserang
hanya tersisa tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklat-coklatan,
akhirnya produksi buah menjadi turun. Hama ini berbentuk
lembing bulat, warnanya merah dengan bercak hitam sebanyak 12 - 26 buah.
Beberapa cara pengendaliannya adalah : telur, larva dan lembing dapat
ditangkap dengan tangan lalu dimatikan, diberantas dengan musuh alaminya,
yaitu jenis tabuhan yang menjadi parasit telur, larva dan pupa. Dilakukan
rotasi tanaman. Disemprot dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2
ml/lt air.
- Kumbang Aulacophora silimis. Gejala serangan yaitu tanaman menjadi layu karena
jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang.
Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2
ml/lt air. Pengendalian
mekanis dapat dilakukan dengan gropyokan.
- Kepik Leptoglossus australis Gejala serangan kualitas buah menurun, bekas
serangan hama sering ditumbuhi cendawan Nematospora, akhirnya buah
menjadi busuk. Pengendaliannya dengan menyemprotkan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2
ml/lt air. Penyemprotan dilakukan
setelah ada gejala serangan kepik ini.
- Lalat Buah (Dacus cucurbitae Cog). Gejala serangan adalah daging buah tidak dapat
dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Tampak luar
daging buah sehat tapi setelah di buka terlihat daging buah penuh
dengan belatung. Pengendalian lalat buah ini adalah : dengan membungkus tanaman pare pada waktu buah berukuran
batang korek api dengan menggunakan kertas atau daun pisang yang
telah kering (klaras). menggunakan insect trap yang ditaruh disekitar
tanaman pare, sehingga lalat buah yang ada disekitar dapat ditangkap
dan mati dalam tangkapan tersebut. mengadakan penyiangan dan
pembubunan serta memelihara kebersihan sekitar tanaman dari gulma dan
sisa tanaman yang membusuk, sebab kondisi seperti itu sesuai dengan
tumbuh dan berkembang-nya lalat buah. menyemprotkan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2
ml/lt air.
- Siput ( Pamarion pupillaris Humb). Gejala serangan yaitu tanaman terutama
dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendaliannya adalah siput ditangkap
lalu dicacah dagingnya untuk makanan ayam. Dapat pula diberantas
dengan menyemprotkan WT
Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2
ml/lt air.
Penyakit
- Penyakit Embun Tepung. Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih
pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat dan
akhirnya mengering. Batang pun diserang tepung ini. Batang seperti
dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak
normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp. Pengendalian penyakit ini
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Mengurangi kelembaban disekitar tanaman dengan cara
pengaturan jarak tanam dan
drainase yang baik, membuang
bagian tanaman yang terserang, menanam
varietas yang resisten. Disemprot
dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air sebagai penyembuhan dan pencegahan.
- Penyakit Antraktosa. Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Pada
serangan berat batang dan buah juga terserang. Serangan lebih berat
terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh
cendawan collectrichum sp. Pengendaliannya adalah dengan
memusnahkan tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan
penyemprotan dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
- Penyakit Layu. Gejala layu tampak pada ujung
daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mengering. Tanaman
akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman
bibit yang baru kecambah, tanaman muda dan tanaman yang telah dewasa.
Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp. Pengendalian dilakukan dengan
memusnahkan tanaman yang terserang, menyiram larutan WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit
dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan pathogen.
- Penyakit Virus. Gejala serangan jelas pada
daun-daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit,
tanaman muda atau tanaman yang telah menghasilkan buah). Penyebab
gejala tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV). Pengendaliannya dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman
yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit
yang akan di pindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang. . Disemprot dengan WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air
& WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air sebagai penyembuhan dan pencegahan.
Panen
- Pemetikan buah pare sangat tergantung pada
pemanfaatan buah pare tersebut.
- Apabila pare yang akan dipanen digunakan untuk
konsumsi maka sebaiknya pilih pare yang bintil-bintil dan keriputnya
masih agak rapat dengan galur-galur yang belum melebar. Panjangnya
antara 25-30 cm dan diameternya 3-5 cm.
- Apabila pare yang dipetik digunakan untuk
benih maka pilih pare yang besar, sehat dan matang sempurna.
- Tanaman pare yang telah berumur 1,5 bulan
biasanya telah berbunga dan diharapkan 1 bulan kemudian buah pertama
dapat dipetik.
- Untuk panen kedua, ketiga dan seterusnya
dengan interval 6 - 7 hari.
- Kalau keadaan tanaman subur maka tanaman
pare dapat di panen selama 4 bulan.
- Cara pemanenan harus diperhatikan dengan baik
karena hal ini menentukan kualitas tanaman pare yang akan dipasarkan.
Pemetikan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat potong yang
tajam. Hindari dengan cara menarik atau memilin tangkai pare, karena
dapat menyebabkan memar pada tangkai yang pada akhirnya akan
menarik cendawan atau penyakit lain kedalam bagian tangkai yang memar
tadi.
- Hasil pemetikan ditaruh keranjang atau
tempat yang bersih dan disusun dengan berselang-seling dan sejajar.
Pasca Panen
- Setelah dipetik sebaiknya pare sudah mulai
ditaruh pada suatu wadah.
- Untuk keperluan pasar tradisional sebaiknya
digunakan karung-karung yang bersih. Pare disusun berdiri dalam
karung, hal ini menghindari pare tertimbun dengan beban
berat diatasnya.
- Pada waktu mengangkat atau menaruh jangan sampai
dilempar untuk menghindari memar pada tanaman pare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar