Kamis, 30 Agustus 2012

BUDIDAYA KENTANG


Budidaya Kentang


PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut “kentang” pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika, tanaman ini pernah menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika pada abad ke-19, di kala terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut ergot. Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18. Sentra tanaman yang utama adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali.

BIOLOGI
  • Tanaman kentang adalah salah satu tanaman budidaya tetraploid (2n = 4x = 40). Asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam.
  • Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi.
  • Bunga kentang.Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga putih.
  • Kentang membentuk tuber di bawah permukaan tanah dan menjadi sarana perbanyakan secara vegetatif. Dalam budidaya kentang, praktis perbanyakan dilakukan melalui model ini, sehingga keragaman kentang di ladang sangatlah rendah dan membuatnya rentan terhadap gangguan dari hama atau penyakit.
  • Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari.
  • Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
    a) Divisi : Spermatophyta
    b) Subdivisi : Angiospermae
    c) Kelas : Dicotyledonae
    d) Famili : Solanaceae
    e) Genus : Solanum
    f) Species : Solanun tuberosum L.
  • Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan lain-lain. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung .
  •  Manfaat Tanaman, Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg


SYARAT PERTUMBUHAN

 Iklim
  • Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang.
  • Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang.
  • Lama penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah 9-10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi.
  • Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 derajat C dan lebih dari 30 derajat C.
  • Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan.
  • Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan, dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara 1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah (300-700 m dpl).

Media Tanam
  • Secara fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah.
  • Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah Andosol yang terbentuk di pegunungan-pegunungan.
  • Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang memiliki nilai pH sekitar 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Pembibitan
  • Bibit Tanaman kentang dapat berasal dari umbi, perbanyakan melalui stek batang dan stek tunas daun.
  • Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul.
  • Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25 derajat C.
  • Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja.
  • Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
  • Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas.
  •  Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan.
  • Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada.
  • Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air & WT Zpt dosis 10 ml/ltr air selama 1-3 jam.
  • Stek Batang dan stek tunas tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih lama.
  • Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam pot.
  • Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan dengan tinggi 25-30 cm.
  • Stek disemaikan di persemaian. Apabila bibit menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat dan baik pertumbuhannya.


B. Pengolahan Media Tanam
  • Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan.
  • Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi
  • Buat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam.
  • Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm
  • Semprotkan POC Warung Tani dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata dipermukaan bedengan. Diamkan lahan selama 2-3 hari.

C. Teknik Penanaman

1. Pemupukan Dasar
  • Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam fermentasi 1ton/ha, kotoran kambing fermentasi sebanyak 1 ton/ha atau kotoran sapi fermentasi 3 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
  • Pupuk anorganik/sintetis  berupa urea (50 kg/ha), SP 36 (50 kg/ha), dan KCl (35 kg/ha).
  • Siramkan POC Warung Tani I  dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata dipermukaan bedengan.

2. Cara Penanaman
·         Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram.
·         Jarak tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain 70 x 30 cm.
·         Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni,
·         Jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan.
·         Penanaman dilakukan dipagi/sore hari.
·         Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm.
·         Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi.
·          Siramkan POC Warung Tani I  dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air secara merata dipermukaan bedengan.
·         Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
·         Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.

3. Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman
  • Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
  • Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi.
  • Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama.

Penyiangan
·         Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman.
·          Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.

Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan.

Pemupukan Susulan
  • Pupuk Makro :
-       21 hst       :           Urea (100kg/ha)       SP36 (100kg/ha)      KCl (75kg/ha)
-       45 hst       :           Urea (50 kg/ha)        Sp36 (- kg/ha)           KCl (50kg/ha)
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
  • POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air  diberikan secara periodik 5 – 7 hr sekali  mulai umur 1 s/d 4 minggu.
  • POC Warung Tani II dosis 10 ml/ltr air,WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air  diberikan secara periodik 5 – 7 hr sekali  mulai umur 5 s/d 10/11 minggu.

D. Pengairan
  • Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan.
  • Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang.
  • Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

E. Hama dan Penyakit

1. Hama
  • Ulat grayak (Spodoptera litura)
    Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan POC Warung Tani I dosis 10 ml/ltr air dan sanitasi lingkungan.Pengendalian : dengan penyemprotan WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, WT Ajuvant dosis 2 ml/ltr air.
  • Kutu daun (Aphis Sp)
    Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan  WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air, WT Ajuvant dosis 2 ml/ltr air .
  • Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
    Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
  • Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
    Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran  WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.
  • Hama trip ( Thrips tabaci ).                                                                                                            Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang; (2). Pengocoran WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air.

2. Penyakit
  • Penyakit busuk daun
    Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk /mati. Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang panen.
  • Penyakit layu bakteri
    Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan  WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang panen.
  • Penyakit busuk umbi
    Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan penggunaan WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang panen.
  • Penyakit fusarium
    Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang panen.
  • Penyakit bercak kering (Early Blight)
    Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan : dengan penggunaan WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air diberikan secara periodik pada sebelum/awal tanam sampai menjelang panen.
  • Penyakit karena virus
    Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan WT Bvr dosis 10 ml/ ltr air, WT Bakterisida dosis 10 ml/ltr air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/ltr air dan melakukan pergiliran tanaman.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan.

F. Panen & Pasca Panen

1.Panen
Ciri dan Umur Panen
  • Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
  • Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.

Cara Panen
  • Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah.
  • Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah.
  • Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh.
  •  Hindari kerusakan mekanis waktu panen.


Prakiraan Produksi
  • Granola/Atlantis: produksi 35-40 ton/ha.
  • Red Pontiac: produksi 15 ton/ha.
  • Desiree: produksi 18 ton/ha.
  • DTO: produksi 20 ton/ha.
  • Klon no. 17: produksi 30-40 ton/ha.
  • Klon no. 08: produksi 25-30 ton/ha.

2. Pascapanen
Penyortiran dan Pengolongan
  • Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat.
  •  Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varitas).

Penyimpanan
  • Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi,
  • Sebaiknya ruangan tempat penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar  terbebas dari bakteri.
  • Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi.

 Pengemasan dan Pengangkutan
  • Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan.
  •  Pengemas harus berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan.

Pembersihan
  • Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi.
  • Untuk memasarkan kentang di pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu.
  •  Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap.
  •  Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet.
  • Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan.
  • Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen.

G. STANDAR PRODUKSI
  • Standar ini meliputi klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara pengujian contoh, syarat penandaan dan pengemasan.
  • Kentang yang segar adalah umbi batang dari tanaman kentang dalam keadaan utuh bersih dan segar, sesuai dengan SNI-01-3175-1992
  • Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam:
    a) Kecil: 50 gram kebawah.
    b) Sedang: 51-100 gram.
    c) Besar: 101-300 gram.
    d) Sangat besar: 301 gram ke atas.
  • Menurut jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan mutu II.
    a) Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
    b) Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
    c) Kerataan permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.
    d) Kadar kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.
    e) Kentang cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
    f) Ketuaan kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk mendapatkan hasil kentang yang sesuai dengan standar maka dilakukan pengujian Yang meliputi:
  • Penentuan keseragaman ukuran kentang.
§  Timbang seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan.
§  Pisahkan butir-butir yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan timbanglah semuanya.
§   Bila presentase berat butir yang diatas/dibawah ukuran berat masing-masing sama/kurang dari 5% maka contoh dianggap seragam.
  • Penentuan kerataan permukaan kentang
§  Timbang seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam cuplikan.
§  Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm sama/kurang dari 10% jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan rata.
  • Penentuan kadar kotoran
§  Timbanglah sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah ke dalam sebuah bak kayu yang disediakan khusus untuk itu.
§   Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat masing-masing.
  • Penentuan cacat pada kentang segar
§  Timbang seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat.
§  Pisahkan butir-butir yang cacat dan timbanglah semuanya.
§  Bila presentase berat butir-butir yang cacat sama/kurang dari 50%, maka cuplikan dianggap Mutu I dan bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan dianggap Mutu II.
  • Penentuan ketuaan pada kentang segar
§  Timbanglah seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua.
§  Pisahkan butir yang tua/cukup tua dan timbanglah semuanya.
Bila presentase berat butir contoh yang kulitnya mengelupas beratnya lebih dari ¼ bagian permukaannya sama/kurang dari 5%, maka cuplikan dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka cuplikan dianggap cukup tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar