BUDIDAYA JAHE ( Zingiber Officinale )
SEJARAH
SINGKAT
- Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu.
- Jahe berasal dari Asia Pasifik yang
tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini
disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama
sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.
- Jahe termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak
(Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma
domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan
lain-lain.
- Nama daerah jahe antara lain halia
(Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi
(Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito
(Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
- Divisi : Spermatophyta
- Sub-divisi : Angiospermae
- Kelas : Monocotyledoneae
- Ordo : Zingiberales
- Famili : Zingiberaceae
- Genus : Zingiber
- Species : Zingiber officinale
- Tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m,
rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga.
- Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ;
tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang,
panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu.
- Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah,
berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya,
sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang
bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik
pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan
atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung
berbentuk bundar telur terbalik,
bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2 - Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran,
bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
§ Jahe putih/kuning besar atau disebut
juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan
gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe
ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe
segar maupun jahe olahan.
§ Jahe putih/kuning kecil atau disebut
juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata
sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua.
Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya
lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan
obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
§ Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
- Rimpang jahe dapat digunakan sebagai
bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue,
biskuit, kembang gula dan berbagai minuman.
- Jahe juga dapat digunakan pada industri
obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe,
dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.
- Dewasa ini para petani cabe menggunakan
jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk
segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe.
- Disamping itu terdapat hasil olahan jahe
seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan
yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim,
campuran sosis dan lain-lain.
- Adapun manfaat secara pharmakologi
antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah,
pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti
inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
- Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam
di kebun dan di pekarangan.
- Pada saat ini jahe telah banyak
dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India,
Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika
mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen
jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.
SYARAT
PERTUMBUHAN
- Tanaman jahe membutuhkan curah hujan
relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
- Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih
tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe
dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari
sepanjang hari.
- Suhu udara optimum untuk budidaya
tanaman jahe antara 20-35 oC.
- Tanaman jahe paling cocok ditanam pada
tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
- Tekstur tanah yang baik adalah lempung
berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
- Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman
tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe
gajah adalah 6,8-7,0.
- Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl.
- Di Indonesia pada umumnya ditanam pada
ketinggian 200 - 600 m dpl.
PEDOMAN
BUDIDAYA
Pembibitan
- Bibit berkualitas adalah bibit yang
memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang
tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang
bebas hama dan penyakit.
- Oleh karena itu kriteria yang harus
dipenuhi antara lain:
§ Bahan
bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
§ Dipilih
bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
§ Dipilih
pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
- Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak
atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu
dikecambahkan.
- Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan
peti kayu atau dengan bedengan.
Penyemaian
pada peti kayu
§ Rimpang
jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian
disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
§ Patahkan
rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas
dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
§ Selanjutnya
potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu
dicelupkan dalam larutan POC
WarungTani I dosis
10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air sekitar
1 jam kemudian keringkan.
§ Setelah
itu dimasukkan kedalam peti kayu.
§ Lakukan
cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu
diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi sekam padi, demikian
seterusnya sehingga yang paling atas adalah
sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah
disemai.
Penyemaian
pada bedengan
§ Buat
rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan
jahe gajah seluas 1 ha).
§ Di
dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10
cm.
§ Rimpang
bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya
diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga
didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami.
§ Perawatan
bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan disemprot
dengan larutan POC
WarungTani I dosis
10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air 3
hari sekali.
§ Setelah
2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar
tidak terbawa bibit berkualitas rendah.
§ Bibit
hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki
3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
- Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan
dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam
karung dan dicelupkan ke dalam larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis
10 ml/lt air & WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air sekitar 8 jam.
- Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah
ditanam.
Pengolahan Media Tanam
- Lokasi penanaman dapat berupa lahan
tegalan, perkebunan atau pekarangan.
- Penyiapan lahan untuk kebun jahe
sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
- Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman
lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit.
- Bila keasaman tanah yang ada tidak
sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus
ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur .
- Pengolahan tanah diawali dengan dibajak/dicangkul
sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi
tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.
- Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu
agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati
terkena sinar matahari.
- Apabila pada pengolahan tanah pertama
dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang
kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk
kandang fermentasi 1.500-2.500 kg.
- Pengapuran dilakukan pada tanah dengan
pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p)
dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap.
- Kondisi tanah yang masam ini dapat
menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp
dan pythium sp.
- Pengapuran juga berfungsi menambah unsur
kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman
yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel
buah dan merangsang pembentukan biji.
§ Derajat
keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 1,5 ton/ha.
§ Derajat
keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 1 ton/ha.
§ Derajat
keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
- Lahan dibuat bedengan selebar 120-200
cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Semprot dengan larutan
POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air merata di permukaan
bedengan, diamkan selama 7 hr.
- Selain dalam bentuk bedengan, lahan
dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi
parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika jahe akan ditanam di
musim hujan.
- Lubang tanam dibuat di atas
bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm.
Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
- Pupuk kandang fermentasi dimasukkan ke
dalam lubang tanam . Keperluan pupuk kandang fermentasi untuk satu hektar
kebun adalah 2 – 2,5 ton, pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000
tanaman.
- Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air ke
dalam lubang tanam,
diamkan selama 7 hr.
Penanaman
- Pembudidayaan jahe secara monokultur
pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu
memberikan produksi dan produksi tinggi.
- Namun di daerah, pembudidayaan tanaman
jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan
kerugian.
- Penanaman jahe secara tumpangsari dengan
tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
c. Meningkatkan produktivitas lahan.
d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
- Praktek di lapangan, ada jahe yang
ditumpangsarikan dengan sayur sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe
rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan
palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
- Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang
jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah
menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur
sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
- Cara penanaman dilakukan dengan cara
melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang
sudah disiapkan. Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi
mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah
sedalam 10 cm.
- Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana
tanaman memerlukan banyak air.
- Semprot dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air stlh penanaman.
- Masa tanam jahe yaitu pada awal musim
hujan sekitar bulan September dan Oktober untuk masa panen musim kemarau
mendatang.
- Penanaman pada di awal musim hujan ini
memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang
sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
Pemeliharaan
Tanaman
Penyulaman
- Tanaman yang rusak/mati diganti oleh
bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
- Sekitar 2-3 minggu setelah tanam,
hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati.
- Bila demikian harus segera dilaksanakan
penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan
tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta
pemeliharaan yang benar.
Penyiangan
- Penyiangan rumput liar dilakukan
pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk
menghindari persaingan makanan dan air.
- Penyiangan pertama dilakukan ketika
tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali.
Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh.
- Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan,
sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut
rimpangnya mulai besar.
- Untuk mencegah kerusakan akar, rumput
liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
Pembubunan
- Tanaman jahe memerlukan tanah yang
peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan.
- Disamping itu tujuan pembubunan untuk
menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah.
- Apabila tanaman jahe masih muda, cukup
tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30
cm.
- Pada bulan berikutnya dapat diperdalam
dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus
terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
- Pertama kali dilakukan pembumbunan pada
waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu,
umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
- Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada
tanaman rimpangrimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup
baik.
- Pembubunan dilakukan dengan menimbun
kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air.
- Pembubunan dilakukan secara rutin setelah
dilakukan penyiangan.
Pemupukan
Pemupukan
Organik
- Penggunaan pupuk kompos organik atau
pupuk kandang fermentasi dilakukan lebih sering dibanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan.
- Adapun pemberian pupuk kompos organik
ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai
pupuk dasar sebanyak 1 – 2 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah
olahan.
- Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos
dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.
- Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada
umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan
sebanyak 0,2 – 0,3 kg per sisi antar barisan tanaman.
- Pemberian pupuk kompos ini biasanya
dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan
pembubunan.
- Penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air dilakukan secara periodik
2 – 4 minggu sekali pada saat tanaman berumur 1 minggu – 6 bulan.
- Penyemprotan larutan POC WarungTani II dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air dilakukan secara periodik
2 – 4 minggu sekali pada saat tanaman berumur 6 bulan - panen.
Pemupukan
Konvensional
- Pemupukan
Awal
§ Pupuk dasar yang diberikan saat
tanam adalah SP-36 sebanyak 30 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm
di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada
jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam.
§ Larikan atau lubang pupuk kemudian
ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk
mencegah kekeringan tunas.
- Pemupukan
Susulan
§ Pada waktu berumur dua bulan,
tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha),
25 kg/ha urea dan 15 kg/ha KCl.
§ Pupuk diberikan kembali pada waktu
umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing
10 kg/ha.
§ Pupuk diberikan dengan cara
disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman
lalu ditutup dengan tanah.
Pengairan dan Penyiraman
- Pengairan dilakukan secara rutin pada
pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal.
- Pengairan selanjutnya ditentukan oleh
kondisi tanah dan iklim.
- Biasanya penyiraman akan lebih banyak
dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah
tidak boleh berada dalam keadaan kering.
Pemulsaan
- Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami
dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan
struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma
secara berlebihan.
- Jerami dihamparkan merata menutupi
permukaan tanah di antara lubang tanaman.
HAMA
DAN PENYAKIT
Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah: Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati. Kumbang. Pengendalian : penyemprotan larutan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah: Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati. Kumbang. Pengendalian : penyemprotan larutan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Penyakit
- Penyakit
layu bakeri. Gejala: Mula-mula helaian daun bagian
bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan
akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna
gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir
berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe
pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara
yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian: jaminan kesehatan bibit jahe; karantina tanaman jahe yang
terkena penyakit; pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik; pengendalian
dengan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air
- Penyakit
busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala : Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian: penggunaan bibit yang sehat; penerapan pola tanam yang baik; penggunaan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. - Penyakit
bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati. Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas. - Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang
komponennya adalah sbb:
- Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang
sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit
serta tahan terhadap
serangan hama dari sejak awal pertanaman. - Memanfaatkan semaksimal mungkin
musuh-musuh alami.
- Menggunakan varietas-varietas unggul
yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
- Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu
dengan tenaga manusia.
- Menggunakan teknik-teknik budidaya yang
baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling
menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan
siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
- Penggunaan pestisida, insektisida,
herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik
baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu
penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan atas
kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
PANEN
- Pemanenan dilakukan tergantung dari
penggunaan jahe itu sendiri.
- Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap
masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4
bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai
tua.
- Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe
dipanen setelah cukup tua.
- Umur tanaman jahe yang sudah bisa
dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau
menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan
mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau
lebih.
- Cara panen yang baik, tanah dibongkar
dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan
sampai rimpang jahe terluka.
- Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya
yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu
jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu.
- Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak
lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
- Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum
musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus.
- Saat panen biasanya ditandai dengan
mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat
dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan
rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan
rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
- Produksi rimpang segar untuk klon jahe
gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit
atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
PASCAPANEN
- Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk
memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma.
- Setelah selesai, timbang jumlah bahan
hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
- Pencucian dilakukan dengan air bersih,
jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya
dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali
lagi.
- Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
- Pemakaian air sungai harus dihindari
karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung
bakteri/penyakit.
- Setelah pencucian selesai, tiriskan
dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal
dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
- Jika perlu proses perajangan, lakukan
dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan
talenan.
- Perajangan rimpang dilakukan melintang
dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm.
- Setelah perajangan, timbang hasilnya dan
taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual
atau dengan mesin pemotong.
- Pengeringan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan
rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%.
pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka
pengering, pastikan rimpang tidak saling
menumpuk. - Selama pengeringan harus dibolak-balik
kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
- Lindungi rimpang tersebut dari air,
udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi.
- Pengeringan di dalam oven dilakukan pada
suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang
akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. - Setelah pengeringan, timbang jumlah
rimpang yang dihasilkan
- Selanjutnya lakukan sortasi kering pada
bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari
benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain.
- Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran
ini (untuk menghitung rendemennya).
- Setelah bersih, rimpang yang kering
dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap
udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
- Berikan label yang jelas pada wadah
tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
- Kondisi gudang harus dijaga agar tidak
lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki
ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan
lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan
yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan
terbebas dari hama gudang.
STANDAR
PRODUKSI
- Standar meliputi jenis dan standar mutu,
cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan.
- Standar mutu jahe di Indonesia tercantum
dalam Standar Nasional Indonesia SNI– 01–3179–1992.
- Jahe diklasifikasikan menjadi 3 jenis mutu,
yaitu: mutu I, II, III.
Syarat
umum
§ Kesegaran
jahe: segar
§ Rimpang
bertunas: tidak ada
§ Kenampakan
irisan melintang: cerah
§ Bentuk
rimpang: utuh
§ Serangga
hidup: bebas
Syarat
Khusus
Ukuran berat:
§ mutu
I > 250 gram/rimpang;
§ mutu
II 150-249 gram/rimpang;
§ mutu
III dicantumkan sesuai hasil
analisa <10%.
Rimpang yang terkelupas
kulitnya (rimpang/jumlah rimpang):
§ mutu
I = 0 %;
§ mutu
II = 0 %;
§ mutu
III < 10 %.
Benda asing:
§ mutu
I = 0 %;
§ mutu
II = 0 %;
§ mutu
III < 3 %
Rimpang berkapang
(rimpang/jumlah rimpang):
§ mutu
I = 0%;
§ mutu
II = 0%;
§ mutu
III < 10%
- Untuk mendapatkan jenis jahe yang sesuai
dengan standar mutu dilakukan pengujian,yang meliputi:
Penentuan
benda-benda asing
§ Timbanglah
sejumlah contoh yang beratnya diantara 100–200 gram.
§ Pisahkan
benda-benda yang akan ditentukan persentase bobotnya dan dipindahkan pada kaca
arloji yang telah ditera.
§ Kaca
arloji beserta benda asing tersebut ditimbang pada neraca analitik.
§ Perbedaan
kedua penimbang tersebut menunjukan jumlah benda asing dalam cuplikan yang
diuji.
Penentuan
kadar serat
§ Keringkan
kira-kira 5 gram cuplikan untuk pengujian didalam sebuah oven udara listrik 105
+ 1 derajat C, sampai berat tetap.
§ Timbanglah
dengan teliti kira-kira 2,5 gram bahan yang telah dikeringkan itu ke dalam
sebuah thimble dan ekstraklah dengan petroleum eter (titik didih 40-60 derajat
C) selama kira-kira 1 jam dengan menggunakan sebuah alat soxhlet.
§ Pindahkan
bahan yang telah bebas lemak tersebut kedalam sebuah labu berkapasitas 1 liter.
§ Ambillah
200 ml asam sulfat encer, tempatkanlah dalam sebuah gelas piala, didihkanlaah
seluruh asam yang mendidih itu kedalam labu yang telah berisi bahan bebas lemak
tersebut di atas.
§ Lengkapilah
segera labu itu dengan pendingin balik yang dialiri air, dan panaskanlah sedemikian
rupa sehingga labu mendidih setelah satu menit.
§ Goyang-goyanglah
labu agak sering sambil menghindari tertinggalnya bahan pada dinding labu yang
tak bersentuhan dengan asam.
§ Lanjutkanlah
pendidihan selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu dan saringlah melalui kain
halus (kira-kira 18 serat untuk setiap sentimeter) yang ditempatkan dalam
sebuah corong penyaring dan cucilah dengan air mendidih sampai cucian tidak
lagi bersifat asam terhadap lakmus.
§ Didihkanlah
sejumlah larutan natrium hidroksida dengan menggunakan pendingin balik dan
didihkanlah selama tepat 30 menit.
§ Tanggalkanlah
labu itu dan saringlah dengan segera dengan kain penyaring.
§ Cucilah
residum dengan baik dengan iar mendidih dan pindahkanlah kedalam krus gooch
yang telah berisi lapisan tipis dan kompak asbes yang telah dipijarkan.
§ Cucilah
residu dengan baik pertama-tama dengan air panas kemudian dengan kira-kira 15
ml etil alkohol 95%.
§ Keringkanlah
Krus Gooch dan isinya pada 105 + 1 derajat C dalam oven udara sampai
berat tetap.
§ Dinginkan
dan timbanglah. Pijarkan krus Gooch tersebut pada 600 + 20 derajat C
dalam tanur suhu udara tinggi sampai seluruh bahan menngandung karbon terbakar.
§ Dinginkanlah
krus Gooch yang berisi abu tersebut dalam sebuah eksikator dan timbanglah.
Penentuan
kadar minyak
§ Timbanglah
dengan teliti, mendekati 1 gram, kira-kira 35–40 gram cuplikan yang telah
dipotong kecil-kecil sebelum dimasukan kedalam labu didih.
§ Tambahkanlah
air sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan tambahkan pula ke dalamnya
sejumlah batu didih.
§ Sambunglah
labu didih dengan alat “Dean-Stark” sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan
destilasi dan panaskanlah labu didih tersebut beserta isinya.
§ Penyulingan
dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes bersama-sama air
atau bila volume minyak dalam penampung tidak berubah dalam beberapa waktu.
§ Biasanya
penyulingan ini memerlukan waktu lebih kurang 6 jam.
§ Rendamlah
penampung beserta isinya kedalam air sehingga
cairan didalamnya mencapai suhu udara kamar dan ukurlah volume minyak yang tertampung.
cairan didalamnya mencapai suhu udara kamar dan ukurlah volume minyak yang tertampung.
- Dari jumlah kemasan dalam satu partai
jahe segar siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti
dibawah ini, dengan maksimum
berat tiap partai 20 ton.
§ Untuk
jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
§ Untuk
jmlh kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7.
§ Untuk
jmlh kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9.
§ Untuk
jmlh kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10.
§ Untuk
jmlh kemasan dalam partai > 1000, contoh yang diambil min 15.
- Kemasan yang telah diambil, dituangkan
isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan
sebagai contoh.
- Khusus untuk kemasan jahe segar berat 10
kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang
telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya.
- Petugas pengambil contoh harus memenuhi
syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu
dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
- Jahe segar disajikan dalam bentuk
rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat maksimum
15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan berat
sesuai kesepakatan anatara penjual dan pembeli.
- Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis,
dengan bahan yang tidak luntur, jelas
terbaca antara lain:
§ Produk
asal Indonesia
§ Nama/kode
perusahaan/eksportir
§ Nama
barang
§ Negara
tujuan
§ Berat
kotor
§ Berat
bersih
Nama pembeli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar