BUDIDAYA BUNCIS
SYARAT PERTUMBUHAN
- Tanah yang cocok bagi tanaman buncis ternyata
banyak terdapat di daerah yang mempunyai iklim basah sampai kering dengan ketinggian yang bervariasi.
- Pada umumnya tanaman buncis tidak membutuhkan
curah hujan yang khusus, hanya ditanam di daerah dengan curah hujan
1.500-2.500 mm/tahun.
- Umumnya tanaman buncis memerlukan cahaya matahari
yang banyak atau sekitar 400-800 feetcandles. Dengan diperlukan cahaya
dalam jumlah banyak, berarti tanaman buncis tidak memerlukan naungan.
- Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buncis adalah
20-25 derajat C. Pada suhu < 20 derajat C, proses fotosintesis
terganggu, sehingga pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi sedikit.
Pada suhu ³ 25 derajat C banyak polong hampa (sebab proses pernafasan
lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga energi yang
dihasilkan lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian polong.
- Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis ±
55% (sedang). Perkiraan dari kondisi tersebut dapat dilihat bila
pertanaman sangat rimbun, dapat dipastikan kelembapannya cukup tinggi.
- Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis
adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah
andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang
dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan organiknya
tinggi, berstektur lempung hingga debu, remah, gembur dan permeabilitasnya
sedang. Tanah regosol berwarna kelabu, coklat dan kuning, berstektur pasir
sampai berbutir tunggal dan permeabel.
- Sifat-sifat tanah yang baik untuk buncis: gembur,
remah, subur dan keasaman (pH) 5,5-6. Sedangkan yang ditanam pada tanah pH
< 5,5 akan terganggu pertumbuhannya (pada pH rendah terjadi gangguan
penyerapan unsur hara). Beberapa unsur hara yang dapat menjadi racun bagi
tanaman antara lain: aluminium, besi dan mangan.
- Tanaman buncis tumbuh baik di dataran tinggi,
pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Walaupun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 300-600
meter.
- Dewasa ini banyak dilakukan penelitian mengenai
penanaman buncis tegak di dataran rendah ketinggian: 200-300 m dpl., dan
ternyata hasilnya memuaskan.
- Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti
Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat ditanam di
dataran rendah pada ketinggian antara 200-300 m dpl.
PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA
Pembibitan
- Benih yang digunakan harus
benar-benar benih yang baik.
- Berasal dari pohon induk yang
baik.
- Mempunyai daya tumbuh minimal
80-85%, bentuknya utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda coklat
terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak
tercampur dengan varietas lain, serta bersih dari kotoran.
- Benih yang baik mempunyai daya
tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, tumbuhnya cepat dan merata, serta mampu menghasilkan tanaman
dewasa yang normal dan berproduksi tinggi.
- Memilih benih yang baik agak
sulit. Karena itu disarankan untuk membeli benih yang bersertifikat. Benih
ini telah diuji coba oleh balai pengujian benih, sehingga dijamin
kualitasnya. Benih bersertifikat telah banyak dijual ditoko-toko sarana
pertanian.
- Benih buncis yang dibutuhkan
dalam jumlah tertentu, tetapi kadang-kadang benih yang dibeli jumlahnya
melebihi yang dibutuhkan. Sehingga, masalahnya sekarang adalah bagaimana
menyimpan kelebihan benih itu. Cara menympannya dengan memberi suhu 18-20
derajat C dengan kelembaban relatif 50-60 %. Kandungan air benih juga
sangat menentukan terhadap keawetan simpan benih. Kandungan yang baik untuk
menyimpan benih sekitar 14%. Bila persyaratan diatas terpenuhi maka daya
simpan benih buncis dapat mencapai 3 tahun.
- Tanaman buncis tidak memerlukan
persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga benih
buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun.
Pengolahan
Media Tanam
- Pengolahan lahan adalah semua
pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam yang
ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan
rumput-rumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan parit-parit drainase
adalah termasuk pengolahan tanah.
- Pembersihan rumput-rumputan
(gulma) bermaksud agar tidak terjadi persaingan makanan dengan tanaman
pokoknya. Cara membersihkannya dapat secara manual, yaitu dengan jalan
mencabut gulma dengan tangan, cangkul, cetok atau traktor (bila lahannya
luas).
- Pemberantasan hama penyakit
dapat dilakukan dengan penyemprotan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt
air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air secara merata pada permukaan lahan.
- Setelah bersih dari gulma
pekerjaan selanjutnya adalah membajak tanah. Tanah dibajak dan dicangkul
1-2 kali sedalam 20-30 cm.
- Untuk tanah-tanah berat
pencangkulan dilakukan dua kali dengan jangka waktu 2-3 minggu, untuk
tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan sekali saja.
Pembuatan
Bedengan
- Selanjutnya untuk memudahkan
pekerjaan pemeliharaan dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang
menyesuaikan panjang lahan, lebar 1 meter dan tinggi 20 cm.
- Jarak antar bedengan 40-50 cm,
selain sebagai jalan juga untuk saluran pembuangan air (drainase).
- Untuk areal yang tidak begitu
luas, mislnya tanah pekarangan, tidak dibuat bedengan tetapi menggunakan
guludan tanah selebar 20 cm, panjang 5 meter, tinggi 10-15 cm dan jarak
antar guludan 70 cm.
Pengapuran
- Umumnya tanah di Indonesia
bersifat asam (pH <7).
- Untuk menaikkan pH tersebut
diperlukan pengapuran, menggunakan batu kapur kalsit, gips, kadolomite,
atau batu kapur talk.
- Dosis untuk menaikan pH sebesar
0,1 sebesar 480 kg/ha.
- Pemberian kapur sebaiknya dilakukan
2-3 minggu sebelum penanaman, dengan cara :Tanah digemburkan dengan
mencakulnya. Kapur disebar merata. Tanah dicangkul kembali agar kapur
dapat bercampur dengan tanah secara merata.
Pemupukan
Dasar
- Untuk meningkatkan kesuburan
tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang fermentasi atau
kompos sebanyak 3-5 ton /ha. Pemberian pupuk kandang fermentasi dimaksudkan
untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, airasi dan drainase
lebih baik. Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk organik ialah
dengan menaburkan disepanjang larikan.
- Saat pemberian pupuk dasar, juga
dilakukan penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air.
PENANAMAN
Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya, sehingga saat menanam yang paling
baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat cocok untuk fase pertumbuhan buncis,
dan fase pengisian serta pemasakkan polong. Pada fase ini di khawatirkan akan
terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk
mengatasi curah hujan yang terlalu tinggi dapat dibuat saluran-saluran
drainase, ini kalau penanamannya dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada
musim kemarau perlu dilakukan penyiraman sesering mungkin terutama pada saat
awal perkecambahan.
Penentuan
Pola Tanam
- Tanaman buncis ditanam dengan
pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau
guludan.
- Pada pola ini, jarak antar
tanaman lebih sempit daripada jarak antar barisan tanamannya.
- Dengan pola tanam barisan akan
mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan,
pemupukan, pembumbunan dan panen.
- Jarak tanaman yang digunakan
adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring.
- Dan bila kesuburan tanahnya
tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi,
yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma,
karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur.
- Penentuan jarak tanam ini harus
benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara
dan cahaya matahari.
Pembuatan Lubang Tanam
- Lubang tanam dibuat dengan cara
ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan
ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut juga
ditugal.
- Kedalaman tugal 4-6 cm untuk
tanah-tanah yang remah dan gembur, sedangkan untuk tanah liat dapat
digunakan ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan
airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum mampu
berkecambah.
Cara
Penanaman
- Tanaman buncis tidak memerlukan
persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga benih
buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun.
- Tiap lubang tanam dapat diisi
2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup dengan tanah.
- Benih mulai tumbuh pada umur 5
hst. Semprotkan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt
air
PEMELIHARAAN
Penyulaman
- Berikutnya Biji buncis dapat
tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera
diganti (disulam) dengan benih yang baru.
- Penyulaman sebaiknya dilakukan
dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak
berbeda jauh dan memudahkan pemeliharaan.
Pembubunan
- Pembubunan dilakukan pada saat
tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari.
- Lebih baik dilakukan pada saat
musim hujan.
- Tujuan dari pembubunan adalah
untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara
struktur tanah.
Pemangkasan
- Untuk memperbanyak
ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak, tanaman buncis perlu
dipangkas.
- Pemangkasan sebatas pembentukan
sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan dilakukan bila tanaman telah berumur 2
dan 5 minggu.
- Pemangkasan juga dimaksudkan
untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat
perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan dapat
digunakan sebagai sayuran.
Pemupukan
- Tindakan pemupukan pada tanaman
buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh
tanaman dalam jumlah yang terbatas.
- Sewaktu-waktu zat hara akan
berkurang karena tercuci kedalam lapisan tanah, terbawa erosi bersama
larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap
oleh tanaman.
- Apabila keadaan tersebut
dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka makin lama persediaan
hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman tumbuhnya merana.
- Untuk mencukupi kebutuhan hara
tersebut, perlu tambahan dari luar melalui pemupukan.
- Diharapkan dengan pemupukan
akan mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga
tanaman akan tumbuh subur dan produksinya akan melimpah.
- Tata cara & dosis pemupukan
:
Waktu
|
Dosis Pupuk Makro (per ha)
|
Dosis POC Warung Tani , WT Bakterisida, WT
Trico/Glio
|
||
Urea (kg)
|
TSP (kg)
|
KCl (kg)
|
||
Perendaman bnih
|
-
|
-
|
-
|
10 ml/ lt air
|
Pupuk dasar
|
60
|
40
|
12
|
10 ml/ lt air
(siram merata)
|
2 minggu
|
-
|
-
|
-
|
10 ml/ lt air
( semprot/siram) |
Susulan I (3 minggu)
|
60
|
-
|
30
|
10 ml/ lt air
( semprot/siram) |
4 minggu
|
-
|
-
|
-
|
10 ml/ lt air
( semprot/siram ) |
Susulan II (6minggu)
|
60
|
-
|
-
|
10 ml/ lt air
( semprot/siram ) |
Catatan :
·
Pemupukan
dilakukan dengan menyemprotkan larutan POC WarungTani I/II dosis
10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air pada tanaman di pagi hari sebelum matahari terbit kalau di Indonesia
sebelum jam 7 pagi atau sore hari kalau di Indonesia sekitar setelah jam 4 sore
(saat matahari belum terbit ataupun matahari sudah terbenam) ,
·
Waktu penyiraman/penyemprotan
setiap 5 – 7 hari sekali secara rutin sampai tanaman akan dipanen.
·
Umur
7 – 30 hari disemprot larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air
·
Umur
30 hari setelah tanam sampai 2 minggu menjelang panen disemprot 8 –
9 tangki POC WarungTani II dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air .
- Cara pemupukan cukup ditunggal
kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutup kembali dengan tunggal
atau diinjak dengan kaki.
Pengairan
- Air yang diberikan alam sangat
bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk
itu, diperlukan pengaturan pengairan.
- Biasanya pengairan dilakukan
bila penanamannya dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada umur 1-15 hari.
- Pelaksanaannya dilakukan 2 kali
sehari, setiap pagi dan sore.
- Bila penanamannya dilakukan
pada musim hujan, yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan
airnya.
- Kelebihan air dapat disalurkan
melalui parit-parit yang telah dibuat di antara bedengan atau guludan.
Pemeliharaan
Lain
- Untuk tanaman buncis tipe
merambat perlu diberi turus atau lanjaran, supaya pertumbuhannya dapat
lebih baik.
- Biasanya turus atau lanjaran
ini dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm.
- Turus tersebut ditancap didekat
tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada
bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh.
- Pelaksanaan pemasangan turus
dapat dilakukan bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu
pada tanaman berumur 20 hari.
HAMA
/ PENYAKIT
Hama
- Kumbang daun Penyebab: kumbang
Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut
kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya
oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Pengendalian: bila sudah terlihat adanya telur,
larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan
tangan; dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air, rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
- Penggerek daun Penyebab: ulat Etiella zinckenella yang
termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan
subtropis. Gejala: polong yang
masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan
ini tidak sampai mematikan tanaman buncis. Pengendalian: penyemprotan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Waktu penyemprotan dilakukan
segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali
menurut keperluan.
- Lalat kacang. Penyebab:
lalat Agromyza phaseoli yang termasuk dalam famili Agromyzidae.
Lalat betina dan jantan mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina
mempunyai panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9
mm. Gejala: daun
berlubang-lubang dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai
atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa pangkal batang yang
membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan
akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tidak mengalami
kematian, maka tumbuhnya kerdil, sehingga produksinya sedikit. Pengendalian: hendaknya
dilakukan sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah. Setelah biji-biji
buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun
pisang. Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang
secara berat, maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam
tanah. Namun, apabila serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur 20 hari,
tergantung berat ringan serangan
- Kutu daun. Penyebab: Aphis gossypii, yang termasuk
dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat
memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya
bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga
sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning
coklat. Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning. Pengendalian: secara
alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing,
lalat dan jenis Coccinellidae;
menggunakan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka
penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali.
- Ulat jengkal semu. Penyebab: ulat jengkal semu. Ada dua dua spesies yang
terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata)
dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat
P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping
berwarna lebih muda. Gejala: daun-daun
berlubang; tanaman menjadi kerdil. Pengendalian: secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak
efektif; sanitasi, yaitu
dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat
persembunyian hama tersebut; dengan
WT
Bvr dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
- Ulat penggulung daun. Penyebab: ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis,
keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejala: daun kelihatan seperti menggulung dan
terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran.
Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun
juga tampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang
utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja. Pengendalian: membuang dan
membakar daun yang telah terjangkit; penyemprotan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
Penyemprotan dapat diulang setiap 7 hari sampai tanaman terbebas dari hama
tersebut.
Penyakit
- Antraknosa. Penyebab: cendawan
Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili
Melanconiaccae.. Gejala: terdapat bercak-bercak kecil
berwarna coklat karat pada polong buncis muda; bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua. Pengendalian: memakai benih yang
benar-benar bebas dari penyakit;pergiliran tanaman, maksudnya untuk
memotong siklus hidup cendawan tersebut. Pergiliran tersebut dapat dengan
tanaman lobak, wortel atau kol bunga;penyemprotan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
- Embun tepung. Penyebab: cendawan
Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala: daun, batang,
bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan
pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal
serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi
kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak
gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga
kualitasnya menurun. Pengendalian: bagian-bagian yang sudah
terserang sebaiknya dipotong atau dibakar; dapat juga
disemprot dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Atau dapat juga dilakukan penghembusan dengan tepung belerang.
- Penyakit layu. Penyebab 1 : bakteri
Pseudomonas sollanacearum. Bakteri ini termasuk dalam famili pseudomonadeceae. Gejala: tanaman akan
terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang
dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan kalau dipijit
keluar lendir berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai
ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat. Pengendalian: penyiraman tanaman dengan air
yang bebas dari penyakit; dengan rotasi tanaman selama
2 tahun; penyemprotan dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Penyebab2: Penyebab layu dengan
gejala diatas disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum, termasuk dalam
famil Stilbellaceae. Gejala yang terlihat seperti gejala 1 di atas dengan
sedikit perbedaan. Perbedaannya yaitu bila batang yang terserang dipijit
tidak mengeluarkan lendir. Pengendalian: cara pengendalian hampir sama dengan
cara pengendalian Pseudomonas. Untuk mengendalikan cendawan ini dapat
digunakan campuran jelatang, kapur, kelor, mulsa daun bamboo ini disemprotkan pada semua batang merata.
- Bercak daun. Penyebab: cendawan
Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat
disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian,
manusia dan lain-lain. Gejala: Daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat
kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat
pita berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu
berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan
biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. Pengendalian: sebelum
ditanam benih buncis direndam air panas dengan suhu 48 derajat C selama 30
menit; rotasi
tanaman, memotong
bagaian tanaman yang telah terserang; penyemprotan dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
Penyemprotan diulang dengan selang waktu 5-15 hari.
- Hawar daun. Penyebab: bakteri
Xanthomonas campestris dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat
berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat
C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan
sisa-sisa tanaman yang sakit. Gejala: Pertama-tama
terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang
daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan.
Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya
rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga
lama-kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian:
memakai benih yang bebas dari penyakit; menjaga
kebersihan lahan. penyemprotan dengan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
- Penyakit busuk lunak. Penyebab: bakteri
Erwinia carotopora, termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini
hanya menyerang bila ada bagian tanaman yang luka, misalnya gigitan ulat
atau memang sudah sakit karena penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi
di lapangan atau di penyimpanan. Gejala: Daun berbercak, berair dan
warnanya menjadi kecokelatan. Gejala ini akan cepat menjalar ke seluruh
bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk.
Kadang-kadang juga bisa roboh bila yang terserang batangnya.
Pengendalian: membakar
dan membuang tanaman yang telah terjangkit penyakit;menjaga kebersihan
lingkungan tanaman; penyemprotan dengan WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Penyemprotan
dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali.
- Penyakit karat. Penyebab: cendawan Uromyces
appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat
bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan
akan kembali menghebat pada musim hujan. Penyebarannya dapat melalui
hembusan angin, percikan atau aliran air, serangga maupun terbawa dalam
pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah lain. Gejala: Pada jaringan daun terdapat
bintik-bintik kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun sebelah atas
maupun bawah dan biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada
varietes yang tahan, gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja.
Pengendalian: menanam
bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa
wonder;mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit;
penyemprotan dengan menggunakan WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air. Penyemprotannya
dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10% dengan selang waktu 7
hari.
- Penyakit Dumping Off. Penyebab: cendawan
Phytium sp, termasuk dalam famili Phytiaceae. Penularannya dapat melalui
tanah maupun biji. Serangannya akan sangat hebat bila suhu dan kelembaban
udara cukup tinggi. Gejala: Bagian batang yang terletak
di bawah keping biji (hipokotil) berwarna putih pucat karena mengalami
kerusakan klorofil. Akibatnya terjadi nekrosa secara cepat, jaringan yang
berada di atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak
kuat lagi menyangga kotiledon dan kemudian tanaman menjadi roboh.
Pengendalian: menyiram
tanaman denganair yang bebas penyakit; menyemprotkan WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
- Penyakit ujung keriting. Penyebab: virus
mosaik keriting, yang penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu
sejenis kutu loncat dari famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa,
kutu ini dapat menjadi pembawa (carrier) virus tersebut. Gejala: Daun-daun muda
menjadi keriting dan berwarna kuning, sedang daun yang sudah tua
menggulung atau memilin. Biasanya daun-daun terasa lebih kaku, tangkai daun
mengeriting ke bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang
menjadi kerdil. Pengendalian: menanam
bibit yang tahan penyakit seperti spurt dan strike;mencabut dan membakar
tanaman yang telah terserang penyakit;melakukan penyemprotan WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
PANEN & PASCA PANEN
Panen
- Pemanenan dapat dilakukan saat
tanaman berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut:Warna polong agak muda dan suram. Permukaan kulitnya agak kasar. Biji
dalam polong belum menonjol. Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi
letup.
- Dalam menentukan saat panen
harus setepat mungkin sebab bila sampai terlambat memetiknya beberapa hari
saja maka polong bincis dapat terserang penyakit bercak Cercospora.
Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun dan bagian tanaman
lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat maka penyakit
tersebut berkembang sampai ke polong-polongnya.
- Cara panen yang dilakukan
biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau
atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan
luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri
dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
- Pelaksanaan panennya dapat
dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh polonh yang seragam dalam tingkat
kemasakkannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari
80 hari, atau kira-kira sejumlah 7 kali panen.
- Bila dalam pelaksanaan budidaya
tanaman buncis sudah baik, artinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
diatas maka produksi perhektar dapat mencapai 150 kuintal polong segar.
Pascapanen
- Sortasi meliputi kegiatan-kegiatan
membuang atau memisahkan hasil berdasarkan kualitas dan mengadakan
klarifikasinya.
- Polong buncis yang cacat akibat
serangan hama dan penyakit, polong yang tua maupun polong yang patah
akibat panen yang kurang baik, semuanya kita pisahkan. Polong-polong yang
demikian hanya akan mengurangi nilai pasar dan nilai beli dari komoditi
tersebut.
- Proses sortasi ini biasanya
dilakukan ditempat-tempat pengumpulan yang diletakkan tidak jauh dari
lahan pertanian.
- Tempat dilakukannya sortasi ini
harus cukup terlindung, supaya hasil yang baru dipanen tidak lekas menjadi
layu.
- Buncis termasuk sejenis sayuran
yang tidak tahan disimpan lama dalam keadaan segar, cepat rusak atau busuk
sehingga disebut sebagai perishable food. Hal ini terjadi karena setelah
dipanen masih terjadi respirasi dan transpirasi sehingga lama kelamaan
komoditi ini mengalami kemunduran (deterioration).
- Dengan kemunduran tersebut
menyebabkan komoditi menjadi lebih peka terhadap serangan jasad renik
sehingga komoditi menjadi rendah mutunya dan akhirnya membusuk.
- Mengingat sifat buncis tersebut
maka diperlukan penyimpanan khusus bila buncis tidak langsung dikonsumsi.
Cara penyimpanan yang biasa dilakukan adalah sistem refrigarasi
(pendinginan), dengan suhu 0-4,4 derajat C dan kelembaban 85-90%.
- Pada keadaan yang demikian,
maka umur kesegaran buncis bisa mencapai 2-4 minggu. Ruangan penyimpanan
diusahakan agar udara segar dapat beredar dan selalu berganti.
- Yang menjadi masalah adalah,
masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa dengan suhu dan kelembaban
yang lebih rendah lagi akan menghasilkan umur kesegaran yang lebih lama
pula. Padahal pendapat ini kurang benar pula. Penyimpanan pada suhu yang
lebih rendah dengan suhu yang dianjurkan memberikan hasil yang sama,
sedangkan kelembaban yang terlampau rendah, akan menyebabkan komoditi
menjadi cepat layu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar